Laporan Praktikum Plankton


.

1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Plankton adalah mikroorganisme yang ditemui hidup diperairan baik di sungai, waduk, danau maupun diperairan payau dan laut. Organisme ini baik dari segi jumlah dan jenisnya sangat banyak. Plankton merupakan salah satu komponen utama dalam sistem mata rantai makanan (food chain) dan jaring makanan (food web). Mereka menjadi pakan bagi sejumlah konsumen dalam sistem mata rantai makanan dan jaring makanan. Mikroorganisme (plankton) ini ada yang dapat bergerak aktif sendiri seperti bahwa hewan dan kita sebagai hewani (zooplankton) dan ada juga plankton yang dapat melakukan asimulasi (photosyntesis) seperti halnya tumbuhan. Kelompok ini disebut plankton nabati (phytoplankton). Plankton juga mempunyai kemampuan berkembang biak dengan cepat dan dapat dengan mudah dibudidayakan secara massal, sehingga tidak perlu dikhawatirkan mereka akan punah. (Rizky,2009)
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan dari materi Penggunaan Mikroskop adalah
- Menambah ketrampilan mahasiswa terutama dalam penggunaan mikroskop dan memelihara mikroskop
- Menambah kemampuan mahasiswa untuk menghitung luas bidang pandang
1.2.2 Tujuan dari materi Jenis dan Klasifikasi Plankton adalah
- Menambah pemahaman mahasiswa tentang jenis dan klasifikasi plankton
- Menambah ketrampilan mahasiswa dalam identifikasi plankton
1.2.3 Tujuan dari materi Kelimpahan Plankton adalah
- Menambah pemahaman mahasiswa tentang jenis dan kelimpahan plankton
- Menambah ketrampilan mahasiswa dalam menghitung kelimpahan plankton
1.2.4 Tujuan dari materi Pengumpulan Plankton adalah
- Menambah pemahaman mahasiswa tentang pengumpulan plankton
- Menambah ketrampilan mahasiswa terutama dalam penentuan lokasi dan pengambilan sampel plankton

1.3 Tempat dan Waktu
Pelaksanaan praktikum Planktonologi ini pertama dilakukan di Balai Benih
Ikan Jalan Mawar Putih 86 Sidomulyo Punten, Batu pada tanggal 16 November 2009 pukul 07.00 – 15.00 WIB.
Dan kedua dilakukan di Laboratorium Hidrologi gedung C lantai 1 Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, pada tanggal 21 November 2009 pukul 07.00 – 10.00 WIB



















2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Materi Pengumpulan Plankton
2.1.1 Parameter kualitas air dan faktor-faktor yang mempengaruhi kehidupan plankton :
2.1.1.1 Parameter fisika
 Suhu
Menurut Cholik. Etall (1996), suhu sangat berpengaruh terhadapproses kimiawi dan biologi. Kaidah umum menunjukkan bahwa reaksi kimia dan biologi meningkatkan lipat dua untuk setiap kenaikan suhu sebesar 10oC.Hal ini dapat diartikan bahwa jasad perairan akan menggunakan oksigen terlarut dua kali lebih banyak pada suhu lebih kritis dalam air bersuhu tinggi dibanding dengan yang rendah.
Pertumbuhan dari kehidupan biota budidaya sangat dipengaruhi suhu air. Umumnya batas-batas tertentu kecepatan pertumbuhan biota meningkat sejalan dengan naiknya suhu air. Sedangkan derajat kelangsungan kehidupan bereaksi sebaliknya terhadap kenaikan suhu (Kordi dan Andi, 2007).

 Kecerahan
Kecerahan adalah sebagian cahaya yang diteruskan kedalam air dan dinyatakan dalam persen dari beberapa panjang gelombang didaerah spectrum yang terlihat cahaya yang melampauilapisan sekitar 1 meter, jatuh agak lurus pada permukaan air. Kemampuan cahaya matahari untuk menembus sampai kedasar perairan dipengaruhi oleh kekeruhan (terbidity) air,kekeruhan dipengaruhi oleh (1) benda-benda halus yang disuspensikan seperti lumpur dan sebagainya,(2) adanya jasad-jasad renik (plankton) dan (3) warna air (Kordi dan Andi,2007).
Kecerahan air tergantung pada warna dan kekeruhan, kecerahan merupakan ukuran transparansi perairan yang ditentukan secara visual dengan menggunakan secchidisk (Effendi, 2003).

2.1.1.2 Parameter Kimia
 Oksigen Terlarut (DO)
Menurut Kordi dan Andi (2007) dilihat dari jumlahnya oksigen adalah satu jenis gas terlarut dalam air dengan jumlah sangat banyakyaitu menempati ukuran kedua setelah nitrogen. Namun jika dilihat dari segi kepentingan untuk budidaya perairan oksigen menempati urutan teratas, oksigen yang diperlukan biota air untuk pernafasannya harus terlarut dalam air. Oksigen merupakan salah satu factor pembatas sehingga bila ketersediaanya didalam air tidak mencukupi kebutuhan biota budidaya, maka senjata aktivitas biota akan terhambat.
Menurut Barnis (2005), sumber utama oksigen terlarut dalam air adalah penyerapan oksigen dari udara melalui kontak antara permukaaan air dengan udara dan dari proses fotosintesis selanjutnya air kehilangan oksigen melalui perlepasan dari permukaan ke atmosfer dan melalui kegiatan respirasi dari semua organisme air.

 Karbondioksida (CO2)
Menurut Kordi dan Andi (2007), karbondioksida (CO2) atau biasa disebut orang sangat mudah larut dalam suatu larutan. Pada umunya perairan alam mengandung karbondioksida sebesar 2mg/l. Pada konsentrasi yang tinggi (> 10mg/l), karbondioksida dapat beracun, karena keberadaanya dalam darat dapat menghambat pengikatan oksigen oleh hemoglobin.
Sumber karbon utama dibumi adalah atmosfer dan perairan, terutama lautan. Laut mengandung karbon lima puluh kali lebih banyak daripada karbon diatmosfer (Effendi,2003).

 pH
Menurut cholik. et all (1986). pH adalah ukuran dari konsentrasi ion hydrogen dan menunjukkan suasana air tersebut apakah bereaksi asam atau basa. Skala pH mempunyai deret 0-14 dan pH 7 adalah netral, berarti air tidak bersifat basa ataupun asam. Bila nilai pH dibawah 7 berarti air tersebut asam dan bila diatas 7 berarti basa. Secara alamiah, pH perairan dipengaruhi oleh konsentrasi karbondioksida dan senyawa bersifat asam. Fitoplankton dan tanaman air lainya akan mengambil karbondioksida dari air selama proses fotosintesis sehingga mengakibatkan pH air meningkat dari siang hari dan menurun pada waktu malam hari.
pH air mempengaruhi tingkat kesuburan perairan karena mempengaruhi kehidupan jasad renik. Perairan asam akan kurang produktif, malah dapat membunuh hewan budidaya pada pH rendah, kandungan oksigen terlarut akan berkurang (Kordi dan Andi,2007).

 TOM (total organic matter)
Menurut Sutrisno dan Suciastuti (2004), zat organic yang terdapat didalam air bias berasal dari :
- Alam, minyak tumbuh-tumbuhan, serat-serat minyak dan lemak hewan, alcohol, gula, pati, sellulose, dan sebagainya.
- Sintesa berbagai persenyawaan dan buah-buahan yang dihasilkan dari proses-proses dalam pabrik.
- Fermentasi, alcohol, aseton, glycerol, antibiotic,asam-asam dan sejenisnya yang berasal dari kegiatan mikroorganisme terhadap bahan-bahan organic. Adanya bahan organic erat dengan perubahan sifat fisik air seperti warna , bau, rasa dan kekeruhan itu sendiri, jasad mati merupakan sumber nutrisi jasad heterotrofik buangan berbentuk CO2, H2O,alcohol, asam asetat, NH, dan sebagainya. Beberapa digunakan sebagai sumber nutrisi jasad heterotrofik.

 Nitrat
Menurut Yuli dan Kusriani (2005), nitrat adalah sumber nitrogen dalam air laut maupun tawar. Bentuk kombinasi lain dari element isi bias tersedia dalam bentuk amonia, nitrit dan komponen organic. Kombinasi element ini sering dimanfaatkan oleh fitoplankton terutama kalau unsure nitrat terbatas. Pemanfaatan nitrat oleh fitoplankton mencakup konversi nitart menjadi amonia sebelum diasimilasi oleh material sel.
Menurut Barrus (2001), nitrat adalah merupakan zat nutrisi yang dibutuhkan oleh tumbuhan untuk dapat tumbuh dan berkembang.

 Phosphat
Pada perairan alami, phosphorus terdapat dalam bentuk terlarut baik dalam bentuk organic atau anorganik dan Orthophospat kelihatan merupakan sumber utama phosphorus. Sel fitoplankton dapat mengakumulasi phosphat jika nutrient tersedia dalam jumlah yang berlebih. Hal ini disebut “Luxury consumtion”, phosphat tersebut selanjunya akan dimanfaatkan kalau sumber juga bias dimanfaatkan oleh beberapa spesies fitoplankton selama defisiensi phosphat anorganik (Yuli dan Kusriani, 2005).
Menurut Dugon (1972) dalam Effendi (2003), fosfat merupakan bentuk fosfor yang dapat dimanfaatkan oleh tumbuh-tumbuhan. Fosfat yang berikatan dengan Ferri (Fe2(PO4)) bersifat tidak dan mengendap didsar perairan.

2.1.2 Faktor-faktor yang mempengaruhi kehidupan
A. Fitoplankton
 Fisika
1. Suhu
Aktivitas fotosintesis oleh fitoplankton bisa terjadi pada kondisi suhu yang ekstrim seperti habitat antarfik dengan suhu dibawah OoC dan tropical muaflat yang suhunya mencapai 30oC atau bahkan lebih. Pengamatan dilapangan memang menunjukkan fluktuasi yang mempunyai pola musiman yang dikontrol oleh temperature (Yuli dan kusriani,2005).

2. Kecerahan
Menurut Nantji (1986), fitoplankton bisa ditemui diseluruh masa air melalui dari permukaan laut sampai pada kedalaman dengan intensitas chaya yang memungkinkan terjadinya fotosintesis.
Banyaknya cahaya yang menembus permukaan laut dan menerangi lapisan permukaan laut setiap harridan perubahan intensitas dengan bertambahnya memegang perairan penting dalam menentukan pertumbuhan fitoplankton. (Rommimohtartodan Juwana, 2001).

 Kimia
1. pH
Kisaran pH untuk budidaya alga 7-9 dengan besaran yang optimal 8,2; 8,7 kegagalan dalam budidaya alga dapat disebabkan oleh kegagalan dalam mempertahankan pH media budidaya. Hal tersebut dapat diatasi dengan penggunaan aerasi (Ekawati,2005).
Secara alamiah pH perairan dipengaruhi oleh konsentrasi karbondioksida da senyawa yang bersifat asam. Fitoplankton dan tumbuhan air lainnya akan mengambil CO2 dari air selama proses fotosintesis, sehingga mengakibatkan pH air meningakat pada siang hari dan menurun pada malam hari (Wirawan, 1995).

2. Nitrat
Menurut Yuli dan Kusriani (2005), nitrat adalah sumber nitrogen dalam air laut maupun air tawar. Bentuk kombinasi lain dari element ini biasa tersedia dalam bentuk amonia, nitrit dan komponen organic. Kombinasi element ini sering dimanfaatkan fitoplankton terutama kalau unsure nitrat terbatas, nitrogen terlarut juga bisa dimanfaatkan oleh jenis blue green algae dengan fiksasi nitrogen. Pemanfaatan nitrogen oleh fitoplankton mencakup konversi nitart menjadi amonia sebelum diasimilasi oleh material sel. Oleh karena itu pengambilan komponen ammonium dalam pengukuran jauh lebih bermanfaat, sementara dari percobaan culture menunjukkan bahwa ammonium –N lebih disukai dalam bentuk nitrat, dan unsur nitrat ternyata tersedia dalam jumlah yang diperairan alami.
Menurut beberapa peneliti kadar N diperairan sangat kecil, umunya kurang dari 5 ppm, sedangkan batas minimal untuk tumbuh algae adalah 0,35 ppm. Nitrogen tidak selalu menjadi factor pembatas bagi semua algae, misalnya dari jenis diatome dan cyanophyceae walaupun unsure N ini merupakan bagian dari protoplasma jasad-jasad tersebut (Subahjanto,2005).

 Biologi
1. Substrat
Dalam budidaya fitoplankton, media kultur digunakan sebagai tempat bertumbuh dan berkembang biak. Menurut Suriawira (1985), susunan bahan baik bahan alami maupun bahan buatan yang digunakan untuk perkembangan dan berkembang biakan mikro dinamakan media. Media yang digunakan dalan budidaya fitoplankton berbentuk cair yang didalamnya terkandung beberapa senyawa kimia (pupuk) yang merupakan sumber nutrient untuk keperluan hidupnya. Selanjutnya menurut Chen J dan H. PC. Slaelye (1991) dalam Nelvy.D dan Sudjiharno (2002), pertumbuhan dan perkembangan fitoplankton memerlukan berbagai nutrient yang diabsorbsi dari luas (media). Hal ini berarti keterangan unsure mikro nutrient dan makro nutrient dalam media tumbuhnya mutlak diperlukan.

2. Kompetisi
Organisme akan mengadakan kompetisi satu sama lain dan hal ini menyebabkan kondisi interfisik dalam memenfaatkan, sumber energy maksimum. Biasanya digunakan untuk kapasitas reduksi yang berlebihan kelimpahan fitoplanktonadalah lebih sedikit dalam kolam 10-25% dibandingkan kolam 0 dan 5% menutupi kolam, kompetisi sejenis bunga baku dengan fitoplankton yang berhubungan dengan macrophytes lain untuk mengurangi efisiensi fitoplankton dalam kolam (Musa dan Yanuhar, 2006).

3. Predasi
Kontaminasi oleh bakteri protozoa atau spesies lain merupakan masalah yang serius dalam budaya mikroalga mono spesifik atau axenix (Ekawati, 2005).

B. Zooplankton
 Fisika
1. Suhu
Pemilihan suhu yang optimal untuk budidaya pada pembesaran tergantung dari tipe morfologinya, small type dan long type juga berbeda dalam kebutuhanya terutama suhu optimal untuk pertumbuhannya. Suhu optimal antara 15-25oC. pada umumnya peningkatan suhu didalam batas-batas optimal biasanya mengakibatkan aktivitas reproduksi juga meningkat (Ekawati, 2005).

2. Kecerahan
Kecerahan atau kekeruhan air disebabkan oleh adanya partikel-partikel liat lumpur atau lainya yang mengendap, akan merusak nilai guna dasar perairan yang merupakan daerah pemijahan dan habitat berbgai organism (Wirawan, 1992).
Banyaknya cahaya yang menembus permukaan laut dan menerangi lapisan permukaan air laut setiap hari dan perubahan intensitas dengan bertambahnya memiliki peranan penting dalam menentukan pertumbuhan fitoplankton (juga zooplankton yang ada didalamnya) (Rommimohtarto dan Juwono, 2001).

 Kimia
1. pH
Zooplankton biasanya banyak terdapat diperairan yang kaya bahan organic, zooplankton alam hidup pada pH > 6,6, sedangkan pada kondisi biasa yang optimal hidup pada kondisi pH 6-8 (Ekawait, 2005).
pH merupakan salah satu bagian dari factor yang sangat berpengaruh terhadap banyak tidaknya kelimpahan zooplankton disuatu perairan, adapun pH optimum yang baik untuk pertumbuhan atau kelimpahan zooplankton disuatu perairan alami adalah pH antara 6,2-8.6 (www.research.vi.oc.id, 2005).

2. DO (Oksigen Terlarut)
Porifera merupakan salah satu zooplankton yang dapat bertahan hidup di air dengan kadar oksigen terlarut yang rendah yakni 2mg/l. tingkat oksigen tertinggi dalam air budidaya tergantung apda suhu, salinitas, kepadatan, jenis makanan yang yang digunakan (Ekawati, 2005).

3. TOM
Menurut Barrus (2001), sebagian besar zooplankton menggantungkan sumber nutrisinya pada materi organic, baik berupa fitoplankton maupun detritus.

 Biologi
1. Substrat
Menurut Subahjanti (2005), zooplankton biasanya banyak terdapat diperairan yang kaya akan bahan organic karena sebagai makananya.
2. Kompetisi
Organisme yang mengadakan kompetisi satu sama lain dan hal ini menyebabkan kompetisi inter spesifik dalam memenfaatkan sumber energy maksimum, biasanya digunakan untuk kapasitas reproduksi yang berlebihan (Musa dan Yanuhar, 2005).
3. Predasi
Predasi adalah hubungan antara mangsa dan pemangsa (predator). Hubungan ini sangat erat sebab tanpa mangsa, predator tidak dapat hidup, sebaliknya predator juga berfungsi sebagai pengontrol populasi mangsa, seperti adanya zooplankton sebagai pemangsa fitoplankton yang ada diperairan (Pendamping praweda biologi, 2001).





2.2 Materi Penggunaan Mikroskop
2.2.1 Pengertian Mikroskop
Menurut Putra dan Permana (2000), mikroskop adalah peralatan yang digunakan untuk memperbesar gambaran objek atau specimen yang berukurab kecil
Bagian-bagian mikroskop dan fungsinya adalah :
- Okuler : sebagai pembesar objek 10 x ukuran sebenarnya.
- Tangkai : sebagai penyokong body.
- Body : sebagai tempat system lensa.
- Revolver : untuk membantu dalam memilih daya perbesaran
tertentu.
- Obyektif : untuk memperbesar objek.
- Meja preparat : untuk tempat objek dan slide mikroskop berfungsi
untuk memindahkan objek ketempat yang bisa
terlihat dengan jelas.
- Kondensor : untuk mengkondersasikan cahaya yang masuk
melalui mikroskop.
- Diafragma : untuk mengatur jumlah cahaya yang masuk
melalui kondensor
- Pengatur kondensor : untuk menaikkan atau menurunkan kondensor,
membantu untuk mengatur pemusatan cahaya ke
objek.
- Tombol pengatur
Focus : untuk mengatur secara kasar dan halus.
- Sumber cahaya : untuk menyediakan cahaya terang/putih untuk
melihat objek
- Kaki : untuk menyokong mikroskop dan juga untuk
membawa mikroskop
2.3 Materi jenis dan klasifikasi plankton
2.3.1 Pengertian plankton
Menurut yuli dan kusriani (2000) ,plankton adalah organisme hidup yang melayang dalam air laut atu air tawar dan pergerakannya secara pasif tergantung pada arus dan angin.
Plankton adalah biota yang hidup di pintaka pelagic dan mengapung, menghambat atau berenang sangat lemah, artinya mereka tidak dapat melawan arus plankton terdiri dari fitoplankton atu plankton tumbuhan dan zooplankton atau plankton hewan (rommimohtarto dan juwana)

2.3.2 Pengelompokan plankton
a. berdasarkan ukuran
menurut yuli dan juwano (2005), euplankton bisa di klasifikasi secara artifosial berdasarkan ukuran yaitu :
• Makroplankton :plankton yang ukurannya >3 mm
• Mikroplankton :plankton yang ukurannya < 3mm
• Nanoplankton :plankton yang tertangkap dengan net
plankton ukuran 25 sehingga diameternya
lebih kecil dari plankton 60 mikron.
b. Berdasarkan asal
menurut Herawati (1989) ,plankton bisa di klasifikasakan berdasatkam asal, yaitu:
• Aurogenetik plankton :plankton yang berasal dari perairan
sendiri
• Allogenetik plankton :plankton yang berasal dari perairan lain
c.Berdasarkan siklus hidup
Menurut Herawati (1989),Plankton bisa di klasifikasikan berdasarkan siklus hidup, yaitu:
• Holoplankton :plankton yang seluruh hidupnya tidak pernah
keluar dari sifatnya sebagai plankton
• Mesoplankton :plankton yang mempunyai karekteristik hanya
sementara saja dri siklus hidupnya bersifat
sebagai plankton
• Tycopalnkton :plankton yang sebagian siklus hidupnya sebagai
plankton dan setelah dewasa menjadi organism lain seperti sea bass
d. Berdasarkan Habitat
Menurut Herawati (1989), plankton dibedakan menjadi:
• Limnoplankton :jeni plankton yang hidup di parairan danau
• Rheopplankton :jenis plankton yang hidup di lingkungan sungai
• Haliplankton :jenis plankton yang hidup di laut
• Hipalmesoplankton :plankton yang hidup di daerah estuari.

• Hypapplankton :plankton yang hidup mendekat dasar
perairan
• Epiplankton :plankton yng hidup di zona eupotik
• Bathiplankton :plankton yang biasa hidup di daerah zona apothik
• Mesoplankton :plankton yang hidup di daerah zona disphotik
e.Berdasarkan jenis makanannya
menurut Herawati (1989), berdasarkan jenis makanannya plankton di bedakan menjadi 2 yaitu:
• Plankton tanaman disebut fitoplankton
• Zooplankton terdiri dari plankter yang makanannya bersifat holosit termasuk semua jenis semua planton hewani
2.3.3 Ciri-ciri plankton
a.phylum chlorophyta
menurut Herawati (1989), cirri chlorophyta antara lain:
 Berwarna hijau karena mempunyai proporsi pigmen pada chloroplas nya jauh lebih baik
 Tersebar luas paada daerah air stagner dari perairan tawar sampai kelaut tetapi lebih spesifik pada perairan tawar
 Reproduksinya secara seksual
 Dinding selnya bagain bawah terdiri dari selulosa yang dilapisi jaringan pectin
 Bisa menyebabkan blooming perairan jika mereka membentuk lapisan pectin dan tebal
b. Phylum Chyanophyta
Menurut Herawati (1989) cirri Cyanophyta antara lain:
 Mengandung pigmen kebiruan cphycocianin dan sering juga pigmen kemerahan
 Variasi warna disebabkan oleh clorofil ,care tonoid,phyloocoanin,plycococoid,dan kadang –kadang juga oleh pigmen sel serta refraksi warna oleh pseudova
 Tidak mempunyai membrane nucleus dan nukleous
 Reproduksi aseksual
 Sering menyebakan blooming perairan
 Hidup meleyang pda atau dekat permukaan
 Hidup secara berkoloni
 Jika mati menghasilkan bau busuk

c.Phylum Chryscphyta
Menurut Herawati ,cirri-ciri Chryscphyta antara lain:
 Bersift bentis atau bahkan arsial dan tertestial,sedangkan lainnya bersifat ephiphytic/epizopic
 Dapat berkembang cepat sebagai ,flora planktonik
 Merupakan tanaman satu sel
 Sel diatom terdiri dua bagian disebut value. Bagian atau atsas epiteca dan bagian bawah hypoteca
 Value mengandung silica
 Reproduksinya dengan cara pembesaran sel dan pembentukan spora
 Reproduksi seksual

d.Phylum Rhodophyta
Dalam selnya mempunyai dinding yang terdiri dari selulosa dan agar karagen.tidak pernah menghasilkan sel-sel berflagel.pigmen klorofil terdiri dari klorofil A dan P,pigmenn fikobilin terdiri dari fitoetrin dan tikosia yang sering disebut pigmen aksesoris.pigmen tersebut ada dalam kloroplas cadangan makanan berupa tepung holidea dan berada diluar klorofil.Reproduksi secara vegetative dilakukan dengan frekmentasi rhodophyta memberi bermacam-macam spora,dan pospora(spora seksual) sperta nektral, monopora ,tetrasporo, biospora, polispora (Davisi ,1995)

2.4 Materi Kelimpahan plankton
2.4.1 Tingkat kesuburan perairan
a.Kesuburan perairan berdasarkan kelimpahan fitoplankton
Menurut Ladner (1976) dalam wikepedia (2008) ada 3 pembagian
perairan berdasarkan kelipahan fitoplankton:
• Oligotrofik :0-2000 individu
• Mesotrofik :200- 15000 individu
• Eutrofik :15000 individu

b. Kesuburan perairan berdasarkan kelimpahan Zooplankton
Menurut Ladner (1976) ,dalam wikepedia (2008) ada 3 macam pembagian peralatan berdasarkan kelimpahan Zooplankton:
• Oligotrofik :1 individu
• Mesotrofik :1 – 500 individu
• Eutrofik :7500 individu
2.4.2 Indek Keragaman
Indek keragaman menurut Shanon wheirer (1949) dalam Djonthani(2000) :
H’ ~ in .pi
Dimana H’= indeks keanekaragaman
Pi=m/h
n₂= jumlah individu jenis kel 1
N=jumlah total individu
H’ < 2 ,3026 =keanekaragaman kecil dan kestabilan komunitas rendah
2 , 3026 H’ >6,9076 =keanekaragaman sedang dan kestabilan komunitas sedang

H’ > 6,9078 =keanekaragaman tinggi dan kestabilan komunitas tinggi

2.4.3 Indeks Domnasi
Indeks Dominasi (D) menurut Sinpson 1949
D= x 100 %
Dimana D = Indeks dominasi
n =jumlah individu jenis ke i
N = jumlah total Individu
D mendekati O tidak ada jenis yang mendominasi dan D mendekati terdapat jenis yang mendominasi (Njonthoni , 2008)























3. MATERI DAN METODE

3.1 MATERI PRAKTIKUM
3.1.1 Penggunaan Mikroskop
Materi praktikum adalah pengenalan penggunaan dan pemeliharaan mikroskop setelah dipakai serta mengetahui cara perhitungan luas bidang pandang. Mikroskop yang dipakai dalam praktikum ini adalah mikroskop cahaya binokuler dengan cahaya dari lampu listrik. Praktikum dilakukan diLaboratorium Hirologi Fakultas Perikanan dan Ilmu kelautan Universitas Brawijaya, Malang. Selama praktikum praktikan diharapkan mampu menggunakan mikroskop dengan baik dan benar.
3.1.2 Jenis dan Klasifikasi Plankton
Materi praktikum adalah identifikasi dan pengklasifikasian plankton. Identifikasi merupakan metode untuk mengetahui jenis atau spesies plankton ynag ada dalam perairan. Identifikasi merupakan metode kualitatif. Namun hal ini sangat penting jika ingin mengenal plankton lebih khusus, tidak seperti potensi umum seperti yang telah kita bicarakan terdahulu. Untukitu buku petunjuk identifikasi sangat diperlukan sekali terutama buku identifikasi untuk plankton didaerah tropik.
Selain itu pengalaman juga sangat diperlukan dalam melakukan identifikasi. Namun sebagai pengetahuan dasar, pada praktikum kali ini kita akan mengenal berbagai jenis plankton secara umum berdasarkan buku identifikasi seperti Needham prescult dan Davis.
3.1.3 Kelimpahan Plankton
Materi praktikum adalah metode penghitungan plankton pada pola distribusi kelimpahannya. Tempat pengambilan contoh bisa didapat dari kolam, tambak, laut, waduk atau danau. Sedangkan anialisa akan dilakukan diLaboratorium Hidrologi Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Brawijaya, Malang. Pada praktikum ini setiap praktikan diharapkan mampu untuk menghitung kelimpahan palnkton.
3.1.4 Pengumpulan Plankton
Materi praktikum adalah pengumpulan atau konsentrasi plankton dalam air dan mengukur parameter-parameter yang mempengaruhi kehidupan plankton. Tempat pengambilan sampel adalah diperairan tawar. Selama praktikum,praktikan diharapkan mampu mengoperasikan alat dan prosedur pengambilan sampel plankton
3.2 Fungsi Alat dan Bahan
 Parameter fisika
3.2.1 Suhu
Alat :
- Thermometer Hg : untuk mengukur suhu perairan
Bahan :
- Air Sampel : untuk bahan utama pengukuran yang akan diukur suhunya

3.2.2 Kecerahan
Alat :
- Secchi Disk : alat untuk mengukur kecerahan perairan
- Tali : untuk mengikat secchi disk
Bahan :
- Air Sampel : untuk bahan utama pengukuran yang akan diukur
kecerahannya

 Parameter kimia
3.2.3 Karbondioksida (CO2)
Alat :
- Gelas ukur : untuk menakar air sampel yang diambil sesuai takaran
- Erlenmeyer 250 ml : tempat air sampel yang akan direaksikan
- Pipet tetes : untuk mengambil dan meneteskan larutan
Bahan :
- Air Sampel : bahan utama yang akan diukur CO2 nya
- Indikator PP : sebagai indikator suasana basa
- Na2CO3 (0,0454 N) : indikator warna merah muda/pink dan mengikat CO bebas di
perairan menjadi 2NaHCO3.

3.2.4 Nitrat Nitrogen
Alat :
- Spektrofotometer : alat untuk mengukur kadar nitrat nitrogen
- cawan petri : tempat sampel yang diuapkan /tempat kerak
nitrat
- Pipet tetes : untuk mengambil dan meneteskan larutan
- Pipet volum : untuk mengambil aquades
- Bola hisap : alat bantu untuk mengambil larutan
- Beaker glass : tempat larutan yang direaksikan
- Gelas ukur : tempat untuk mereaksikan
- Spatula : untuk mengaduk larutan agar homogen
- Hotplate : memanaskan sampel
- Kertas saring : untuk menyaring
- Cuvet : tempat larutan yang akan diukur dalam
spektrofotometer
- Rak : tempat cuvet
Bahan :
- Asam Fenol Disulfonik : untuk melarutkan kerak nitrat
- Aquades : sebagai pereaksi/pengencer
- NH4OH (1:1) : untuk melarutkan lemak dan minyak dari kerak
nitrat
- Air Sampel : sebagai pembuatan kerak nitrat
- Kertas label : untuk memberi nama pada cuvet

3.2.5 pH
Alat :
- Stopwatch : untuk mengukur waktu
- Kotak pH : untuk mencocokkan warna pada kertas pH
Bahan :
- Kertas pH : untuk mengukur derajat keasaman (pH) dari suatu
perairan
- Air Sampel : untuk bahan utama pengukuran yang akan diukur
PHnya
3.2.6 Oksigen Terlarut (DO)
Alat :
- Botol DO : sebagai tempat air sampel yang akan diukur DOnya
- Buret : sebagai tempat larutan titran dan sebagai alat untuk
titrasi
- Statif : sebagai penyangga buret untuk titrasi
- Selang air : alat membuang cairan bening di atas endapan
- Pipet tetes : untuk mengambil dan meneteskan larutan
Bahan :
- Air Sampel : sebagai bahan utama yang akan diukur DOnya
- MnSO4 : mengikat oksigen
- NaOH+KI : melepas I2 dan membentuk endapan coklat
- H2SO4 pekat : pengkondisian asam dam melarutkan endapan
- Amilum : indiktor warna ungu
- N2S2O3 (0,025 N) : sebagai penitrasi dan mengikat I2 membentuk 2NaI

3.2.7 Orthophosfat
Alat :
- Erlenmeyer 250 ml : tempat air sampel yang direaksikan
- Pipet tetes : untuk mengambil dan meneteskan larutan
- Spektrofotometer : alat untuk mengukur kadar ortofosfat
- Cuvet : tempat larutan yang akan diukur dalam
spektrofotometer
- Rak : tempat cuvet
Bahan :
- Air Sampel : bahan utama yang akan diukur kadar
orthofosfatnya
- SnCl2 : sebagai indikator warna biru
- Ammonium molybdat : mengikat fosfat terlarut membentuk ammonium
phosphomolybdat
- Kertas label : untuk memberi nama pada cuvet


3.2.8 Pengambilan sampel plankton
Alat :
- Plankton net : untuk menyaring sampel plankton dari dalam kolam
- Botol film : untuk menampung sampel plankton dari dalam kolam
- Ember : untuk mengambil air dari kolam untuk disaring
diplankton net.
- Pipet tetes : untuk menenteskan larutan lugol pada sampel plankton
Bahan :
- Air kolam : sebagai bahan ynag diambil sampel planktonnya
- Lugol : untuk mengawetkan sampel plankton

3.2.9 Penggunaan mikroskop
Alat
- Mikroskop binokuler : untuk mengamati plankton
- Objek glass : untuk meletakkan sampel plankton yang akan diamati
- Cover glass : untuk menutup sampel plankton diatas objek glass
Bahan
- Air sampel plankton : sebagai bahan yang diamati planktonnya
- Aquadest : untuk membersihkan objek glass dan cover glass

3.2.10 Penggunaan preparat
Alat
- Nampan plastik : digunakan untuk wadah alat
- Objek glass : untuk meletakkan sampel plankton yang diamati
dibawah mikroskop
- Cover glass : untuk menutup sampel plankton diatas objek glass
- Pipet tetes : untuk meneteskan sampel plankton diatas objek glass
- Washing bottle : sebagai tempat aquadest
- Botol film : sebagai wadah sampel plankton
Bahan
- Air sampel plankton : sebagai bahan yang akan diamati planktonnya
- Aquadest : untuk memebersihkan objek glass dan cover glass
- Tissue : untuk mengelap cover glass dan objek glass

3.2.11 Pengamatan plankton dan perhitungan kelimpahannya
Alat
- Mikroskop binokuler : untuk mengamati plankton
- Objek glass : untuk meletakkan sampel plankton yang
diletakkan dibawah mikroskop
- Cover glass : untuk menutup sampel plankton diatas objek
glass
- Alat tulis : untuk mencatat hasil pengamatan
- Buku prescott : untuk mengidentifikasi jenis plankton yang
ditemukan
Bahan
- Air sampel plankton : sebagai bahan yang diamati planktonnya
- Aquadest : untuk membersihkan objek glass dan cover glass
- Tissue : untuk mengelap cover glass dan objek glass
- Kertas : untuk mencatat hasil pengamatan

3.3 Skema Praktikum

 Parameter kimia
3.3.1 Prosedur Pengambilan Sampel DO


- dicatat volumenya
- dimasukkan ke dalam air perlahan-lahan (45o), jangan sampai terjadi gelembung udara
- ditutup bila sudah terisi penuh tanpa ada gelembung dan penutupan dilakukan di dalam air

- dibuka tutup botol DO
- ditambahkan 2ml MnSO4
- ditambahkan 2ml NaOH + KI
- dibolak-balik sampai terbentuk endapan coklat
- ditunggu sampai 30 menit, sampai terlihat batas yang jelas antara endapan dengan aliran di atasnya
- dibuang air bening diatas endapan dengan selang
- ditambahkan 2ml tetes amilum
- dititrasi dengan Na-thiosulfat 0.025 N sampai jernih pertama kali
- dicatat ml Na-thiosulfat yang terpakai (ml titran)
- dihitung dengan rumus : V titran x N titran x 8 x 1000
V botol DO – 4

3.3.2 pH (Potensial Hidrogen)


-dimasukkan dalam perairan
- ditunggu selama ±2 menit
- diangkat dari perairan
- dikibas-kibaskan sampai setengah kering
- dicocokkan dengan kotak standard
-dicatat nilai PH yang didapat




3.2.3 Orthofosfat

Ortofosfa

-diambil dengan gelas ukur sebanyak 25 ml
- dimasukkan sampel air ke dalam Erlenmeyer 50 ml
- ditambahkan 1 ml amonium molybdat
- dihomogenkan dengan cara Erlenmeyer digoyang-goyangkan
- ditambahkan 3 tetes SnCl2 dan dihomogenkan
- dimasukkan dalam cuvet
- diukur menggunakan spektrofotometer dengan panjang gelombang 690 µm




3.3.4 Nitrat Nitrogen


-diambil sebanyak 12,5 ml dengan gelas ukur dan dituangkan ke dlm cwn
- dipanaskan hingga berbentuk kerak dan didinginkan
- ditambahkan 0,5 ml asam ferol disulfonik, diaduk dengan spatula
- diencerkan dengan 5 ml aquades
- ditambahkan dengan NH4OH sampai terbentuk warna
- diencerkan dengan aquades sampai 12,5 ml
- dimasukkan dalam cuvet
- diamati kandungan nitrogennya dengan spektrofotometer dengan panjang gelombang 410 µm







3.3.5 CO2 (Karbondioksida)


-diambil 25ml dengan gelas ukur
- dimasukkan dalam Erlenmeyer 50 ml
- ditambahkan 1-2 tetes PP (Phenol Ptalein)
- dititrasi dengan Na2CO3 0,0454 N hingga warna larutan menjadi pink untuk pertama kali
- dihitung CO2 bebas = ml (titran) x N (titran) x 22 x 100/ml air sampel (mg/l)



3.3.6 Suhu


- dimasukkan ke dalam perairan, dengan posisi membelakangi matahari
dan jangan sampai tersentuh dengan tangan secara langsung pada
bagian air raksa
- ditunggu sampai air raksa berhenti pada skala tertentu selama 1-2 menit
- dilakukan pembacaan saat termometer masih di dalam perairan
- dicatat dalam skala oC













3.3.7 Kecerahan


- dimasukkan secara perlahan ke dalam perairan hingga batas tidak tampak pertama
- dicatat sebagai d1 diberi tanda dengan karet gelang batas yang tidak tampak pertama kali
- dimasukkan kembali dalam perairan sampai benar-benar tidak terlihat
- ditarik pelan-pelan sampai tampak pertama kali kemudian diberi tanda dengan karet gelang sebagai d2
- dihitung dengan rumus d = d1 + d2
2


3.3.8 Pembuatan preparat
Air sampel dalam botol film
- dikocok
- diuka tutup botol film
- diambil dengan pipet tetes
- diteteskan pada objek glass sebanyak 1 tetes
- ditutup cover glas dengan kemiringan 450
- diamati dibawah mikroskop
Hasil
3.3.9 pengambilan sampel plankton
Botol film
- dipasang pada plankton net no 25
- diambil air sampel kolam dengan sampler ukuran 5 liter
- disaring dengan plankton net
- diberi alkohol sebanyak 3-4 tetes
- diberi label
Hasil
3.10 Penggunaan mikroskop
Mikroskop
- objek glass dan cover glass dibersihkan dengan aquadest
- dikeringkan dengan tissue secara searah
- diambil botol film yang berisi plankton dan dikocok
- dibuat preparat plankton demgan mengambil sampel dari botol film dengan pipet tetes
- diteteskan pada objek glass sebanyak 1 tetes
- ditutup cover glass dengan sudut 450
- diletakkan dibawah mikroskop
- dinyalakan lampu mikroskop
- diatur fokusnya dengan perbesaran 400x
- diamati organisme plankton
- dihitung luas bidang pandang dengan rumus LBP=1/4 .d2
Hasil
3.3.11 pengamatan plankton dan perhitungan kelimpahannya
Preparat
- diletakkan dibawah mikroskop dengan lensa objektif 400x
- ditempatkan dibawah lensa okuler dengan memutar revolver
- lampu dalam mikroskp dinyalakan
- diatur fokus mikroskop dengan perbesaran 400x
- dilihat gambar plankton pada bidang pandang 1-5
- digambar bentuk plankton,ditulis ciri-ciri serta dicatat jumlah plankton
- diidentifikasi dengan buku prescott (1970)
- dihitung kelimpahan plankton dengan rumus N= T X V
L X V X P X W
Hasil


3.3. Analisa Prosedur
3.3.1. Parameter Kualitas Air
a. Parameter Fisika
1. Suhu
Disiapkan alat yang digunakan untuk pengukuran suhu yaitu thermometer Hg. Thermometer dimasukkan dalam perairan dengan membelakangi matahari agar tidak ada pengaruh suhu dari panas matahari. Ketika memegang thermometer harus pada tali yang ada di ujung thermometer, dengan tujuan agar suhu tubuh tidak mempengaruhi pengukuran suhu di perairan. Setelah dimasukkan ke dalam perairan, ditunggu selama ± 2 menit sampai air raksa yang ada dalam thermometer berhenti. Kemudian dicatat suhu yang diperoleh dalam satuan °C. Pengukuran suhu dilakukan 3 kali yaitu pada pukul 07.58, 10.52, dan 14.20.
2. Kecerahan
Disiapkan alat yang digunakan dalam pengukuran kecerahan yaitu secchi disk. Tali pada secchi disk dipegang dan secchi disk dimasukkan ke dalam perairan secara perlahan sampai tidak terlihat pertama kali, diukur dengan penggaris dan dicatat sebagai d1. kemudian secchi dish dimasukkan lebih dalam lagi sampai benar-benar tidak tampak sama sekali dan diangkat kembali secara perlahan sampai terlihat pertama kali, diukur dengan penggaris dan dicatat sebagai d2. Selanjutnya dihitung dengan menggunakan rumus d1 + d2/2 dan hasilnya dicatat dalam satuan meter. Pengukuran kecerahan dilakukan 3 kali yaitu pada pukul 07.58, 10.52, dan 14.20.
b. Parameter Kimia
1. Oksigen Terlarut (DO)
Disiapkan alat dan bahan yang digunakan dalam pengukuran DO. Pertama kali dicatat volume botol DO. Kemudian botol DO dimasukkan dalam perairan secara perlahan dan dengan posisi miring agar memudahkan pengambilan air dan diusahakan tidak ada gelembung udara yang masuk dalam botol, karena gelembung udara dapat mempengaruhi nilai DO. Setelah botol DO penuh, lalu ditutup pada saat botol DO masih berada dalam air agar tidak ada udara yang masuk ke dalam botol DO.
Selanjutnya botol DO yang berisi air sampel dibuka tutupnya dan diberi MnSO4 sebanyak 2 ml (44 tetes) untuk mengikat O2 terlarut dalam air dan NaOH + KI sebanyak 2 ml (44 tetes) untuk membentuk endapan coklat dan melepas I2. lalu dibolak-balik agar homogen. Setelah itu didiamkan selam 30 menit sampai terdapat endapan coklat di dasar dan cairan bening di atas endapan.
Kemudian air bening dibuang. Setelah itu, endapan tersebut diberi H2SO4 sebanyak 2 ml (44 tetes) untuk melarutkan endapan coklat. Kemudian diberi 3 tetes amilum yang berfungsi sebagai indikator suasana basa, lalu dihomogenkan dan dititrasi dengan Na2S2O3 0,025 N untuk mengikat I2 sampai jernih pertama kali. Dicatat volume awal dan akhir titran, kemudian dihitung DO dengan rumus
DO (mg/l) = V(titran) x N (titran) x 1000 x 8
V(botol DO)- 4
Hasilnya dicatat dengan satuan mg/l. Pengukuran DO dilakukan 3 kali yaitu pada pukul 07.58, 10.52, dan 14.20.
2. Karbondioksida (CO2)
Disiapkan alat dan bahan yang digunakan dalam pengukuran CO2. Air sampel diambil dan dimasukkan dalam botol aqua 600 ml. Kemudian diukur sebanya 25 ml dengan menggunakan gelas ukur 50 ml. Lalu dimasukkan dalam Erlenmeyer 100 ml dan diberi PP (Phenol Ptalein) sebanyak 3 tetes sebagai indicator suasana basa. Bila air tidak berubah warna menjadi pink menandakan ada kandungan CO2 nya, lalu dititrasi dengan Na2SO3 0,0454 N yang berfungsi untuk mengikat CO2 bebas sampai tampak warna pink pertama kali. Dicatat volume awal dan akhir titran dan kemudian dihitung dengan rumus
CO2 (mg/l) = V(titran) x N(titran) x 22 x 1000
ml air sampel

hasilnya dicatat dalam satuan mg/l. Pengukuran CO2 dilakukan 3 kali yaitu pada pukul 07.58, 10.52, dan 14.20.
3. pH
Disiapkan alat dan bahan yang digunakan dalam pengukuran pH. Diambil air sampel dan dimasukkan dalam botol aqua 600 ml. Lalu pH paper dicelupkan dalam air sampel tadi dan ditunggu ± 2 menit. Setelah itu dikibas-kibaskan sampai setengah kering, karena bila masih basah akan sulit dicocokkan warnanya dengan warna yang ada di kotak standart. Kemudian dicocokkan pada kotak standart dan dicatat hasilnya. Pengukuran pH dilakukan 3 kali yaitu pada pukul 07.58, 10.52, dan 14.20.
3.3.2. Pengambilan Sampel Plankton
Disiapkan alat dan bahan yang digunakan dalam pengambilan sampel plankton. Botol film dibuka dan dimasukkan pada lubang plankton net dan diikat dengan karet. Lalu air sampel diambil dengan ember (1 ember = 5 L). Selanjutnya, air yang ada dalam ember disaring menggunakan plankton net. Pada saat air disaring, plankton net diputar-putar agar plankton dapat tersaring. Kemudian setelah botol film terisi plankton, ditambahkan larutan lugol sebanyak 7 tetes sebagai bahan pengawet, digunakan lugol karena ketahanan untuk mengawetkan sampel plankton sangat baik. Selain itu, ditandai dengan kertas label agar tidak tertukar. Selanjutnya sampel disimpan dalam kotak cool box. Pengambilan sampel plankton ini dilakukan selama 3 kali yaitu pada pukul 07.58, 10.52, dan 14.20.
3.3.3. Penggunaan Mikroskop
Disiapkan alat dan bahan yang diperlukan. Pertama kali objek glass dan cover glass dikalibrasi dengan aquadest agar tidak terkontaminasi kotoran dari luar dan dikeringkan dengan tissue. Cara membersihkan dengan tissue yaitu tissue digosokkan searah agar serabut-serabut tissue tidak menempel pada objek glass dan cover glass. Sebelum mengambil sampel, botol film dibolak-balik dahulu agar homogen, kemudian diambil 1 tetes air sampel plankton dengan menggunakan pipet tetes dan diteteskan pada objek glass, lalu ditutup dengan cover glass. Tahap selanjutnya yaitu mikroskop binokuler yang sudah dihubungkan dengan sumber listrik dinyalakan dan preparat yang sudah siap tadi diletakkan di atas meja mikroskop. Kemudian diatur focus pembesaran 100X hingga pengatur kasar dan halus. Setelah didapat focus yang baik, lalu diamati luas bidang pandangnya dimana ada d1 dan d2 dan dimasukkan dalam persamaan LBP = ¼ Π d².
3.3.4. Pembuatan Preparat
Disiapkan semua alat dan bahan yang diperlukan. Pertama kali objek glass dan cover glass dikalibrasi dengan menggunakan aquadest agar tidak terkontaminasi kotoran dari luar dan dikeringkan dengan tissue. Cara membersihkan dengan tissue yaitu tissue digosokkan searah agar serabut-serabut tissue tidak menempel pada objek glass dan cover glass. Sebelum mengambil sampel, botol film dibolak-balik dahulu agar homogen, kemudian diambil 1 tetes air sampel plankton dengan menggunakan pipet tetes dan diteteskan pada objek glass, lalu ditutup dengan cover glass. Cara menutup objek glass dengan cover glass adalah cover glass dimiringkan 45° agar tidak ada gelembung udara dalam preparat. Dan hasilnya diperoleh preparat yang siap diamati dengan mikroskop.
3.3.5. Pengamatan Plankton
Disiapkan alat dan bahan yang diperlukan. Setelah preparat sudah siap, tahap selanjutnya adalah pengamatan plankton. Pengamatan plankton dilakukan pada bidang pandang 1 sampai bidang pandang 5 dimana letak dari bidang pandang 1 sampai 5 digambarkan seperti dibawah ini



Pada masing-masing bidang pandang dicari planktonnya. Bila sudah ditemukan, diamati dan digambar bentuk plankton, warna, dan cirri-ciri lainnya. Setelah itu diidentifikasi denagn menggunakan buku Presscott (1970).
3.3.6. Penghitungan Kelimpahan Plankton
Disiapkan alat dan bahan yang dibutuhkan. Setelah pembuatan preparat dan pengamatan plankton, tahap selanjutnya adalah menghitung kelimpahan plankton dengan mengamati jumlah plankton pada setiap bidang pandang mulai dari bidang pandang 1 samapi dengan bidang pandang 5. Setelah itu, dihitung kelimpahan planktonnya dengan persamaan Lacky Drop :
N = T x V x N
L x V x P x W
kemudian hasilnya dimasukkan ke dalam data pengamatan.

4. DATA HASIL DAN PEMBAHASAN
Waktu Pengamatan Warna Kecerahan Suhu CO2 DO pH
07,08




10,52



14,20
Coklat kekuning – kuningan


Coklat Kehijauan


Hijau 41m




38,25m



26,5 245 ◦c




27 ◦c



27 ◦c 0















8




8



8

NO Gambar Perbesaran Klasifikasi Gambar literatur
1







2











3









4







5






6







7







8









9







10







11







12







13







14










15







16








17

















































100x







100x










100x










400x







400x






400x







400x







400x









400x










400x







400x







400x







400x







400x










400x







400x









400x P :Chrycophyta
SP :Xanthophaceae
O : Mischceater
F:Pleurochrnidaceae
G : Tetradriella
S:Tetradriella gigar


P :Chrycophyta
SP :Xanihopycea
O :Mischoccales
F:Pleurochlo clasceae
G :Batrydiopsis
S:Batridiopsis archirabazi





P : Chrycophyta
SP :Bacillario Phycea
O : Pennales
F :Pleurochlori Daiceae
G : Amphipluceae
S :Amphipluceae pehiada





P : Chrycophyta
SP : Bacillarriophyceae
O :Pewrinates
F :Fragilariaceae
G :Ophipora
S :Ophipora Marly


P :Chrycophyta
SP:Chloro
O:Pyraminoceae
G:Spareliopsil
S:Sphareliupsis gleacyfams


P:chrycophyta
SP:Chlorophyceae
O:Volvocales
F:Chlumyclomonadace
G:Haematococus
S:Haematococus Lawstris


P: chrycophyta
SP:Bacillariophyceae
O:Pennales
F:Nitzchloeae
G: -
S:Nirzchia Sp


P: chrycophyta
SP:Chroococcales
O: -
F: chroococacae
G:Aphanocapsa
S:Aphanocapsa Grevillei



P: chrycophyta
SP:Chlorophyceae
O:Volvocales
F:Clamyo Lonionadaceae
G:Polytoma
S:Poltoma Obtosuni






P: chrycophyta
SP: -
O:Oscillatoriaceae
F:Oscillatoriaceae
G:Borzia
S:Borzia intoclares


P: chrycophyta
SP:-
O:Nostocalles
F:Loriellaceae
G:Collurenema
S:collurenamal Runebve


P: chrycophyta
SP: -
O:Oscillatoriates
F:Oscillatoriaceae
G:Rumeria
S:Rumeria Elagans


P: chrycophyta
SP:-
O:Chumaesiphonales
F:Pleurorapsaceae
G:Myxasarana
S:Myxosarana amethydina


P: chrycophyta
SP: -
O:Nortucales
F:Scylon mataceae
G:Desmonepa
S:Desmonema Wrangeli





P: chrycophyta
SP:Chlorophyta
O:Chlorococales
F:Cooomgxaleae
G:Ourococucus
S:ourococcus Bicuudetus


P: chrycophyta
SP: -
O: Chruocaccales
F: chroocacaceae
G: Synethocuccus
S:Synechoecus Aerugenosus





P: chrycophyta
SP: -
O:Wosrucales
F:Rinulariaceae
G:Colothrix
S:Calotrix Sp





































4.1.4. Data Perhitungan Kualitas Air dan Kelimpahan Plankton
a. KECERAHAN
PUKUL 07.58 WIB


PUKUL 10.52


PUKUL 14.20


b. KARBONDIOKSIDA ( CO2 )
PUKUL 07.58


= 0 mg/l


PUKUL 10.52


PUKUL 14.20




c. DISSOLVED OXYGEN ( DO )
PUKUL 07.58




PUKUL 10.52




PUKUL 14.20




PERHITUNGAN KELIMPAHAN PLANKTON




MENGGUNAKAN RUMUS MODIFIKASI LUCKY DROP


a. PUKUL 07.58













b. PUKUL 10.25



c. PIKUL 14.20








RUMUS

a. PUKUL 07.58





b. PUKUL 10.25


c. PUKUL 14.20







RUMUS INDEKS DOMINASI


a. PUKUL 07.58












b. PUKUL 10.52



c. PUKUL 14.20













RUMUS INDEKS KERAGAMAN


a. PUKUL 07.58













b. PUKUL 10.5





c. PUKUL 14.20













4.2 Pembahasan
4.2.1 Keadaan Umum Lokasi Praktikum (Lingkungan Fisik)
Pada Kelompok 7, lokasi praktikum yang digunakan adalah kolomnya persegi panjang warnanya coklat kekuning-kuningan, airnya tergenang, ada ikannya, ada rumput serta ada pohonnya.
Untuk data pengamatan kualitas air pada kolam semipermanen pada kelompok 240C, Karbondioksidanya bernilai 0 (terikat), nilai DO nya 4,67 dan pHnya yaitu 8. Untuk pengamatan pada pukul 10.52 warna perairan kolamnya yaitu coklat kehijauan. Kecerahannya mencapai 38.25 cm suhunya mencapai 270C, karbondioksidanya 27,97, nilai DOnya 8,6 dan phnya 8. Untuk pengamatan pada pukul 14.20 warna perairan kolamnya yaitu hijau, kecerahannya mencapai 26,5 cm suhunya 270C, karbondioksidanya 39,9, nilai DOnya yaitu 7,1 dan pHnya 8.


4.2.2 Lingkungan Biologi
4.2.3 Kelompok 7 melakukan pengamatan pada kolam semipermanen yang mempunyai kedalaman 55 cm. Bentuk kolam persegi panjang, warna perairannya yaitu coklat kekuning-kuningan airnya tenang. Pada kolam tersebut ada ikannya, disekitar kolam ada tanaman serta rumput dan pohon, yang keadaannya sangat subur.
4.2.4 Keadaan Umum BBI Punten
Balai Benih Ikan Punten terletak di daerah Punten, Kota Batu. Balai Benih Punten merupakan balai dengan menggunakan kolam tradisional, semiparmanen dan permanent ikan yang dibudidayakan banyak golongan ikan mas, ikan koki, ikan nila, dan ikan air tawar lainnya. Lingkungan pada Balai Benih Punten sangat strategis karena dekat dengan sumber air terutama air tawar. Pembenihan pada Balai Benih Ikan Punten ada yang secara tradisional, semi intensif maupun intensif ini terlihat kolam yang digunakan pada balai tersebut.
4.2.5 Deskripsi Stasiun Pengamatan
Pengamatan dilakukan pada kolam semipermanen di Balai Benih Ikan, Punten, Batu Kolam pengamatan berbentuk persegipanjang, dengan warna perairan coklat kekuning-kuningan airnya tenang. Disekeliling kolam dikelilingi oleh rumput-rumput yang tumbuh secara bebas. Kolam tersebut mempunyai kedalaman 55 cm.
4.2.6 Hubungan Parameter Kualitas Air Terhadap Kelimpahan Plankton
a. Parameter Fisika
1. Suhu
Pada pukul 07.58 suhu bernilai 240C, pada pukul 10.52 bernilai 270C dan pada pukul 14.20 tetap 270C. Dari data ini terjadi akibat keadaan cuaca yang berubah atau mengalami kenaikan suhu, dari pagi hingga siang yang suhunya semakin naik.
Suhu sangat berperan mengendalikan kondisi ekosistem perairan. Organisme aquatik memiliki keceraan suhu tertentu (Batas atas dan Batas bawah) yang disukai bagi pertumbuhannya, misalnya olga dari phylum cheorophyta dan dialam akan tumbuh dengan baik pada kisaran suhu berturut-turut 30-350C dari 20-300C. Pylum Chyanophyta telah dapat bertoleransi terhadap kisaran suhu tinggi dibandingkan dengan Cholorophyta dan diatom (Effendi, 2003).
Selain peningkatan suhu juga mengakibatkan peningkatan metabolisme dan respirasi organisme air dan selanjutnya mengakibatkan peningkatan konsumsi oksigen. Peningkatan suhu juga menyebabkan peningkatan dekompisisi bahan organik oleh mikroba. Kisaran suhu optimum bagi pertumbuhan fitoplankton diperairan adalah 20-300. (Effendi, 2003).
2. Kecerahan
Pada pukul 07.58 kecerahan kolam 41 cm, pukul 10.52 kecerahan kolam 38.2 cm pada pukul 14.20 kecerahan kolam 26,5 cm. Dari data terlihat bahwa terjadi penurunan kecerahan pada pukul 10.52 dikarenakan kurangnya cahaya matahari yang masuk kedalam perairan. Dalam kecerahan kecerahan ini, fitoplankton bias tumbuh dengan baik karena cahaya bisa optimal diserap oleh fitoplankton untuk berfotosintesis. Namun menurut Ghufron (2003).
Kecerahan air tergantung pada warna dan kecerahan. Kelimpahan plankton yang dominan diperairan tumbuh erat hubungannya dengan tingkat kecerahan air. Kelimpahan yang terlalu tinggi dan jenis plankton yang merugikan akan sangat membahayakan bagi organisme perairan. Warna air berkaitan dengan dominant jenis plankton tertentu harus bermuara pada kondisi diperairan tersebut (Anonymous, 2009).
b. Paramater Kimia
1. pH (Poisioning Hidrogen)
pH air mempengaruhi tingkat kesuburan perairan karena mempengaruhi kehidupan jasad renik. Perairan asam akan kurang produktif, malah dapat membunuh hewan budidaya. Pada pH rendah (keadaan tinggi) kandungan okigen terlarut akan berkurang, Sebagai akibat konsumsi oksigen menurun, Akibatnya pernapasan naik dan selera makan akan berkurang. Sebaliknya pH tinggi menyebabkan peningkatan kadar ammonia, sehingga secara tidak langsung membahayakan biota perairan. pH tinggi (9,0 – 9,5) kadang-kadang terjadi ditambak-tambak pada siang hari dan biasanya dibarengi dengan ledakan plankton (Plankton biomin), (Kordi dan Tancung, 2007).
2. DO (Disolved Oxygen)
Biota air membutuhkan okigen guna pembakaran bahan bakarnya (makanan untuk menghasilkan aktivitas, seperti aktivitas berenang, pertumbuhan, reproduksi dan sebaliknya. Oleh karena itu ketersediaan oksigen bagi biota air untuk hidup dengan baik adalah 5 ppm (Pordi dan Tancung, 2007).
Penggunaan alat Bantu dalam penanganan konsentrasi okigen terlalu rendah juga dapat diperkecil melalui pengaturan pembenihan pakan biasanya diikuti dengan proses pembusukan yang memanfaatkan oksigen dalam dan air dan hasil akhirnya berupa bahan organik yang merupakan pupuk bagi fitoplankton (Kardi dan Tancung, 2007).
Dari hasil pengamatan kelompok 7 memperoleh hasil sebagai berikut pukul 07.58 DO nya 4,67 mg/l, pukul 10.52 DO nya 10.52 Do nya 8,6 mg/l, pukul 14.20 DO nya 7,1 mg/l. Kadar okigen dalam air ini sangat baik pada perairan kolam, dan bagi organisme didalamnya yang berkembangbiak pada kolam tersebut.
3. Karbondioksida (CO2)
Karbondioksida merupakan gas yang dibutuhkan oleh tumbuh-tumbuhan air renik (pitoplankton) maupun tingkat tinggi untuk melakukan fotosintesis meskipun peranan karbondioksida sangat besar bagi organisme air, namun kandungan yang berlebihan sangat mengganggu, bahkan menjadi racun fotosintesis dari fitoplankton akan mengambil karbondioksida pada siang hari, sedangkan respirasi tanaman akan menghasilkan karbondioksida pada malam hari. Kadar karbondioksida sebesar 5 ppm didalam air masih dapat ditoleransi oleh hewan air termasuk zooplankton asalkan kadar oksigennya cukup tinggi (Kardi dan Tancung, 2001).
Menurut Effendi (2003) bahwa perairan yang diperuntukkan kadar karbondioksida bagi kepentingan perikanan kurang dari 5 mg/l.
Dari data pengamatan kelompok 7 diperoleh nilai sebagai berikut : pukul 07.58 memperoleh nilai 0 mg/l, pukul 10.52 memperoleh 27,97 mg/l, pukul 14.20 memperoleh nilai 39,9 mg/l. Menurut Kardi dan Tancung, (2007). Kadar karbondioksida 50-100ppm dapat mematikan hewan air. Jadi kadar CO2 pada siang hari dan sore hari masih dapat ditoleransi yaitu 23,97 mg/l dan 10,56 mg/l.
4. Phospot
Berdasarkan kadar fosfat total, perairan diklasifikasikan menjadi 3 bagian yaitu perairan tingkat kesuburan rendah (0-0,2 mg/l) Perairan dengan tingkat keseburan sedang (0,021-0,05 mg/l) dan perairan dengan tingkat kesuburan tinggi (0,051-0,1 mg/l) (Low dalam Effendi, 2003).
Kadar fosfat yang diperkenankan bagi kepentingan air minum adalah 0,2 mg/l dalam bentuk fosfat (PO4) kadar fosfat pada perairan alami berkisar untuk 0,005-0,02 Mg/l. Keberadaan fosfat secara berlebihan yang disertai dengan keberadaan nitrogen dapat menstimular pedakal pertumbuhan alga diperairan (alga bloman).
Algae berlimpah ini dapat membentuk lapisan pada permukaan air selanjutnya dapat menghambat penetrasi oksigen dan cahaya matahari sehingga kurang menguntungkan bagi ekosistem perairan (Effendi, 2003).
5. Nitrat
Nitrat (NO3) adalah bentuk utama nitrogen diperairan alami dan merupakan nutrient utama bagi pertumbuhan tanaman dan algae. Nitrat nitrogen sangat mudah larut dalam air dan bersifat stabil. Nitrifikasi merupakan proses oksidasi ammonia menjadi nitrit dan nitrat adalah proses yang paling penting dalam siklus nitrogen dan berlangsung pada kondisi aerob. Oksidasi ammonia ini menjadi nitrit dilakukan oleh bakteri Nitrosomonas dan oksidasi nitrit menjadi nitrat dilakukan oleh bakteri nitro bakteri (Effendi, 2003).
Kadar nitrat nitrogen pada perairan alami hampir tidak pernah lebih dari 0,1 mg/l. Kadar nitrat lebih dari 0,1 mg/l. Kadar nitrat lebih dari 5 mg/l menggambarkan terjadinya pencemaran antrophogenin yang berasal dari aktivitas manusia dari 0,2 mg/l dapat mengakibatkan terjadinya eutrafikasi perairan, yang selanjutnya menstimulir pertumbuhan algae dan tumbuhan air secara pesat (bloming) (Effendi, 2003)
4.2.6. Tingkat Keseburan Perairan Berdasarkan Plankton Yang Ditemukan
a. Berdasarkan Kelimpahan Fitoplankton
Menurut Iadner (1976) dalam wikipedia (2008), terdapat pembagian perairan berdasarkan kelimpahan fitoplankton yaitu oligotropik : 0-2000 in/liter mesotrofik = 2000-15.000 individu/liter, oligotropik > 15.000 individu/liter. Dari hasil tersebut disimpulkan bahwa perairan tersebut bersifat Oligotropik.
Dari hasil praktikum diperoleh hasil bahwa pada pukul 07.50 terdapat beberapa phylum antara lain Chrsophyta yang terdiri dari beberapa genus antara lain tetrodriella, batnydiopsis, amphipleura, ophipora, nitztha. Phylum chlorophyta tersiri dari beberapa genus antara lain sphoerelipsis, haemorococcus, cholorotylum. Pada pukul 10.52 terdapat 2 phylum antara lain chynophyta, dengan genusaphanocopya, dan phylum cholorophyta dengan genus politama. Pada pukul 14.20 terdapat beberapa phylum plankton antara lain : chynophyta yang terdiri dari genus mborzia, coltorenema, romeria, mysosarano, aeromonema,. Phylum chlorophyta dengan genus ouroccocus dan phylum chynophyta dengan macam genus synccacus, carathrix sp.
b. Berdasarkan Kelimpahan zooplankton
Bahwa zooplankton adalah sejenis plankton hewani yang bersifat tototaksin negative dan hidupnya adalah dibawah perairan. (Anonymous, 2008)
Dari hasil praktikum tidak ditemukan adanya zooplankton. Hal ini dikarenakan mungkin pada saat pengambilan sampel kurang kedalam sehingga zooplankton tidak terambil. Hal ini sesuai yang di katakan Wikipedia (2009). Bahwa zooplankton adalah sejenis plankton hewani yang bersifat fototaksis negative dan hidupnya adalah dibawah perairan.
4.2.7 Jenis Plankton yang Mendominasi
a. Berdasarkan Data Indeks Dominasi
Dari hasil praktikum pada pukul 07.58,Jenis fitoplankton yang mendominasi adalah Nischiya Sp dari phylm chrisophyta yang mendominasi sebanyak 1,69%. Pada pukul 10.52. jenis fitoplnkton yang mendominasi adalah Aphanocapsa grefelley dari phylum chyanophyta,yang mendominasi sebanyak 10,54 %. Pada pukul 14.20 jenis phytoplankton yang mendominasi adalah Borzia triloculahylum chyanophyta yang mendominasi sebanyak 0,607 % di perairan.
b. Berdasarkan Data Indeks Keragaman
Dari hasil praktikum pada pukul 07.58, jenis keragaman fitoplankton yang mendominasi adalah nitzchia sp dari phylum crysophyta dengan nilai keragaman sebanyak 12,673 %. Pada pukul 10.52 jenis keragaman fitoplankton yang mendominasi adalah Aphanochapsa dreville dari phylum chyanophyta dengan nilai keragaman sebanyak 46,84%. Pada pukul 14.20, jenis keragaman fitoplankton yang mendominasi adalah Borzhia triloculari dari phylum chyanophyta dengan nilai keragaman sebanyak 5,56 % diperairan.











5. PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Dari hasil praktikum diperoleh beberapa kesimpulan antara lain :
- Plankton adalah mikroorganisme yang ditemui hidup diperairan baik di
sungai, waduk, danau maupun diperairan payau dan laut
- Kehidupan fitoplankton dipengaruhi oleh suhu, kecerahan, substrat, pH, nitrat,
phospat, DO dan CO2
- Kehidupan zooplankton dipengaruhi oleh suhu, kecerahan,substrat,Ph,
TOM dan DO
- Jenis kolam yang diamati oleh kelompo 7 yaitu semi permanen yang
mempunyai kedalaman 55 cm. Gambaran ekologi pada kolam semi
permanen adalah bentuk kolam persegi panjang, airnya tergenang dan
berwarna coklat kekuning-kuningan, pada kolam terdapat ikan, disekitar
kolam
terdapat tanaman, rumput dan pohon yang kondisi lingkungannya sangat
subur
- Dari data pengamatan kualitas air didapat hasil sebagai berikut pada waktu
pengamatan pukul 07.58 warna air kolam yaitu coklat kekuning-kuningan,
kecerahannya mencapai 41 cm, suhu 24oC, CO2 0 mg/l karena CO2 terikat,
DOnya 4,67 mg/l, Ph 8. Pada pengamatan pukul 10.52 warna air kolam
coklat kehijau-hijauan, kecerahannya 38,2 cm, suhu 27oC, CO2nya 27,97
mg/l, DOnya 8,6 mg/l, pH 8. Pada pengamatan pukul 14.20 warna air kolam
hijau, kecerahannya 26,5 cm, suhunya 27oC, CO2nya 39,9 mg/l, DOnya 7,1mg/l dan pH 8.

5.2 Saran
Sebaiknya pada praktikum plankton ditambah alat –alat, agar dalam praktikum tidak saling menunggu dan praktikum dapat berjalan dengan lancer

DAFTAR PUSTAKA

Arfiati. 2001. Limnolgi.Fakultas Perikanan.Universitas Brawijaya. Malang
Baru, S. 2003. Pengantar Limnologi. Linulus. Amerika Serikat
Effendi. 2003. Telaah Kualitas Air. Yogyakarta
Herawati. 1989. Diktat Kuliah Planktonologi. UB. Malang
Hatabarat dan Evans. 1985. Pengantar Oceanografi. UI press. Jakarta
Musa dan Uun. 2006. Diktat Limnologi. UB. Malang
Romimohtarto dan Jawana. 2006. Biologi Laut. Djumbatan. Malang
Subahjanti. 2005. Faktor Lingkungan Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Plankton Universitas Brawijaya. Malang 2008
Yuli dan Kusriani. 2005. Planktonologi. Universitas Brawijaya. Malang

Your Reply