Archive for 2011

Berawal Dari Kertas Kecil Menjadi Sebuah Pergerakan Untuk Perubahan


.



Berawal Dari Kertas Kecil Menjadi Sebuah
Pergerakan Untuk Perubahan


Siapa yang tidak mengenal kampus Universitas Brawijaya atau yang sering dikenal dengan UB. Kampus terbesar dan juga kampus unggulan di Malang ini memiliki banyak kisah bagiku. Setiap cerita dan kehidupan sehari-hariku selalu berawal dari kampus biru ini. Tepatnya ketika ku menemukan sebuah lembaran kecil yang berisi pengumuman tentang kompetisi Duta Lingkungan Hidup Malang 2011. Sungguh suatu yang sangat menarik sekali tentang kompetisi ini. Tapi sebenarnya ada sesuatu hal lain yang membuatku tertarik untuk mengikuti kompetisi ini yaitu bukan karena ingin menjadi pemenang, melainkan hadiah yang ditawarkan jika menjadi Duta Lingkungan Hidup yaitu bibit pohon dan juga uang tunai. Sungguh membuatku tertarik untuk mengikutinya. Karena selama ini aku kebingungan dengan mencari sebuah pendananaan untuk kegiatan bakti sosial yang aku buat bersama teman-teman. Bakti sosial ini sendiri harus mempunyai pendanaan yang cukup dan juga dukungan dari semua pihak, khususnya civitas akademika fakultas perikanan dan ilmu kelautan. Tapi, tidak semudah organisasi lain yang bisa menggunakan proposal dalam pencarian dana. Untuk ku dan kawan-kawanku di Indonesian Youth Water, mencari dana melalui proposal adalah sebuah perlawanan yang memerlukan tenaga ekstra. Karena kami sendiri terbentuk secara mandiri, tidak ada yang mendampingi dan juga karena kami hanya seorang pemuda yang peduli terhadap keberlansungan perairan. Mungkin kawan-kawan yang berkecimpung dalam organisasi pasti mengerti dalam kondisi hal seperti ini.
Kebingungan yang saya ceritakan diatas akhirnya menemukan titik terang dan membuat semua yang harapkan terbuka untuk menjadi sebuah kenyataan. Dengan pemikiran yang matang dan harapan untuk mendapatkan sebuah keindahan, saya memberanikan diri untuk mendaftar kompetisi pemilihan Duta Lingkungan Hidup Malang 2011. Dengan memenuhi segala persyaratan yang harus dipenuhi dan juga harus membuat sebuah essay tentang lingkungan, maka kucoba untuk membuatnya dengan penuh harapan jika sebuah essay yang kutulis adalah sebuah harapan dariku. Tuhan memang maha mendengar dan mengetahui, akhirnya harapan yang kutulis menjadi kenyataan, akhirnya aku bisa lolos dalam seleksi pertama. Dan harus melewati 3 tahap lagi untuk menjadi seorang Duta Lingkungan. Dengan sebuah semangat dan harapan yang kuat, kuterus mencoba untuk melewati semua tahap.
Akhirnya tidak terduga-duga ku bisa melewati semua tahap itu dan sampai pda grand final Duta Lingkungan. Sungguh sesuatu yang sangat menggembiraakan, ketika ku bisa masuk dalam grand final dengan lolos seleksi dari beberapa ratus mahasiswa dan juga 10 finalis unggulan dan akhirnya menjadi 3 finalis. Masih tidak percaya pada kondisi ini, karena kuanggap ini semua masih terasa sebuah mimpi. Tapi ku ingat sebuah kata pepatah , sebuah usaha yang keras pasti ada sebuah jalan yang terang. Mungkin ini adalah hasil dari usahaku. Sehingga bisa membuat semua menjadi kenyataan. Masuk pada 3 finalis Duta Lingkungan Hidup aku harus sungguh – sungguh membuat sebuah pergerakan dari finalis yang lain. Untungnya kawan-kawanku kuliah di Manajemen Sumberdaya Perairan’09 selalu memberiku semangat dan dukungan yang besar. Sungguh suatu hal yang beda ketika ku melihat kawan-kawan setia dan respect padaku untuk semangat menang menjadi Duta Lingkungan. Hal tersebut membuatku semakin semangat jika sebenarnya inilah jalanku dan inilah caraku. Sampailah pada tahap seleksi 3 finalis yaitu menjawab pertanyaan yang diberikan oleh para juri, sungguh pertanyaan yang membuat semua akan berubah jika ku tak bisa menjawab pertanyaan yang diberikan para dewan juri.
Tapi semua terasa berubah ketika ku menjawab pertanyaan dari juri, karena pertanyaan yang diberikan sangatlah memberikan sebuah gambaran tentang bagaimana ku memulai sebuah pergerakan untuk perubahan bagi lingkungan. Sangatlah bisa kujawab, bagaimana aku memulainya dan bagaimana aku melakukannya, yaitu dengan kujawab dengan Indonesian Youth Water. Tak perlu ku ceritakan panjang lebar tentang bagaimana Indonesian Youth Water memulai sebuah pergerakannya, tapi ku bisa menceritakan jika kita hanya menginginkan perubahan. Sampailah pada puncaknya, yaitu pengumuman siapa Juara Favorit Duta Lingkungan Hidup Malang 2011. Sungguh hati terasa bedetak sangat kencang, karena inilah yang akan membuatku bisa memulai pergerakan. Dan diberitahukan juara Favorit Duta Lingkungan Hidup Malang 2011 adalah M.Asary, sungguh sesuatu yang tidak bisa kupercaya jika aku adalah pemenangnya. Tapi ku sadar inilan jalah tuhan yang sebenarnya kudapatkan jika berharap sesuatu yang suci dangan memberikan sebuah harapan yang pasti bagi sesama. Dan kumulai percaya pergerakan yang kuharapkan ini akan menjadi sebuah pergerakan perubahan bagi sesama. Karena tidak lagi ku harus memikirkan bagaimana mencari dana dan membeli bibit pohon. Semua berkat Allah SWT dan juga dukungan dari semuanya. Dan perubahan tidak lagi dalam wacana bagiku, karena perubahan ada pada tanganku.

The Next Leader, From Campus to Nation


.



The Next Leader, From Campus to Nation
“ Mengobarkan semangat para pemimpin with Motivation “


TEMA HARI INI,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,!!!
How to win friends and influence People,,????
1. Tekhnik Dasar Dalam Menangani Manusia
Tak semua dari kita memiliki Motivasi untuk menjadi seorang yang visioner. Tapi apakan kita kan selalu mengurung diri untuk menutupinya, tanpa berjalan untuk mengubahnya. Membentangkan sayap untuk menjadi maju dan melepaskan keluh kesah agar berubah. Lihatlah teman di samping kalian dan tanyakan maukah kau menjadi motivasiku ??? dan Pengaruhi lah mereka dengan MOTIVASIMU bukan dengan KRITIK MU .
MOTIVASIKU ( Kalau Anda Ingin Mengumpulkan Madu, Jangan Tendang Sarang Lebahnya )
 Sifat dasar Manusia : “ Mereka yang bersalah menyalahkan orang lain selain diri mereka sendiri ”. ( kritik itu seperti merpati pos, mereka akan kembali pulang dan orang yang kita kritik dan dicaci maka akan mempertahankan dirinya dan mencaci kita kembali).
 Benjamin Franklin : Seseorang yang tidak bijaksana dalam masa mudanya, tapi akhirnya menjadi seorang yang sangat diplomatis dan menjadi duta besar Amerika untuk perancis. Rahasianya “ SAYA TIDAK AKAN BICARA HAL BURUK TENTANG SEORANGPUN DAN HANYA MEMBERIKAN HAL YANG BAIK TENTANG SEMUA ORANG ”
 B.F Skiner ( Psikolok terkenal dunia ) : Dengan mengkritik, kita tidak membuat perubahan yang lenggeng dan seringkali malah menimbulkan rasa benci.
 Hans Selye : “ Kehausan kita akan persetujuan sama besarnya dengan ketakutan kita pada kritik. ”
 Dr. Johnson : “ Tuhan sendiri tidak menghakimi orang, hingga tiba pada akhir hari-harinya.”
Kawan-kawan ku semua, hilangkan budaya saling mengkritik pada diri kita, karena itu bukanlah suatu solusi tapi itu akan menimbulkan kebencian.
Okey dah TEMAN,,,kita rasa cukup dulu ya, kata2 motivasinya.

COTO MANGGALA, CERITA HARIAN MAHASISWA KOBAR DI MALANG


.






COTO MANGGALA, CERITA HARIAN MAHASISWA KOBAR DI MALANG
PART 1 : SENANGNYA MENJADI MAHASISWA !!!


Banyak teka-teki tentang para pejuang pendidikan bangsa atau yang biasa kita kenal dengan sebutan Mahasiswa. Tak mudah untuk mengenal sosok para pejuang ini. Mengapa ? Dan juga tak mudah untuk menjawab pertanyaan yang cukup sederhana ini. Karena pastinya realita kehidupan akan berbeda-beda dari setiap waktu dan individu. Cukupkah kita menjawab, bahwa mahasiswa adalah agent of change atau juga agent of control ? saya memberanikan untuk menjawab TIDAK. Mengapa dan Kenapa ? sebelum saya menjawab pertanyaan yang sederhana ini, akan tetapi sangat berat hati untuk menjawabnya. Saya ingin memberikan gambaran dan sekaligus menceritakan tentang kehidupan saya dan teman-teman yaitu juga salah satu dari penjuang pendidikan bangsa atau juga Mahasiswa.
Ketika predikat mahasiswa telah ku dapat dan juga menyatu dalam kehidupan sehari-hari. Sangat bahagia dan bangga sekali, akhirnya predikat ini yang selama ini ku dambakan telah ku dapatkan. Karena tak semua orang yang bisa mendapatkan predikat mahasiswa. Hari demi hari kujalani kehidupanku sebagai seorang mahasiswa. Betapa bahagianya pula, predikat mahasiswa ini kudapatkan di lingkungan salah satu perkuliahan ternama di Indonesia. Kujalani kehidupan mahasiswa ku ini, bukan juga didaerah asalku Kotawaringin Barat atau tepatnya di provinsi Kalimantan Tengah. Karena itu perasaan bebas dan tidak terbebani dari semua kewajiban sebagai seorang anak di dalam sebuah lingkungan keluarga, akhirnya dapat kurasakan. Dan kota Malang lah yang menjadi tempat kehidupanku yang baru untuk menjalani kehidupan sebagai mahasiswa.
Malang adalah kota yang dikenal sebagai kota yang sejuk dan indah, sebagian besar penghuninya adalah para mahasiswa-mahasiwi. Banyak dari mahasiswa-mahasiwi di Malang adalah pendatang dari luar kota. Salah satunya seperti saya dan teman-teman seperjuangan saya. Kita semua berasal dari daerah yang jauh dan hanya untuk menempuhkan pendidikan di kota Malang. Kurang lebih 150 mahasiswa Kotawaringin Barat yang sekarang sedang menempuh pendidikan di kota Malang. Jujur saja, bangga bisa kuliah di kota Malang. Rasa senang itu tak lantas membuatku selalu merasa bahagia dengan identitas baruku menjadi seorang mahasiswa. Apakah itu ? Continue ke bagian 2,,,,,,,,,,,,,,

PART 2 : MAHASISWA DAN UANG BULANAN
Menanggapi, mengapa aku tak lantas selalu merasa senang dan bahagia dengan menjadi seorang mahasiswa. Karena Ada sebuah faktor yang sering saya rasakan ketika menjadi mahasiswa. Dan faktor itu selalu menjadi abstrak dan sulit untuk dipahami bagiku. Perasaan itu adalah ketika jauh dari daerah asal dan keluarga. Perasaan tersebut tidak lain adalah ketakutan. Dan banyak arti dari ketakutan tersebut. Takut bukan karena kita tidak akan bisa merasakan masakan ibu ataupun mungkin takut karena tidak bisa bersama orang yang kita cintai.
Ketakutan tersebut sangat sulit untuk diungkapkan, karena semua ketakutan ini dirasakan oleh ku semua sebagai mahasiswa. Jujur ketakutan itu hanya sebuah kata yang sederhana dan sangat umum semua orang mengetahuinya. Dan uang adalah faktor ketakutan terbesar bagiku sebagai mahasiswa. Jika selama ini orang makan untuk hidup, tapi untuk ku dan juga bagi para mahasiswa lainnya, uang adalah untuk makan. Sederhana saja bukan, tapi perlu diperjelas lagi, tak ada satupun mahasiswa yang akan merasa bahagia tanpa adanya uang bulanan.
Uang bulanan ini seakan adalah salah satu faktor menakutkan bagi kami mahasiswa Kobar di Malang yang jauh dari orang tua untuk tidak mendapatkan uang bulanan. Karena perbedaan yang mendasar dari mahasiswa lokal dan mahasiswa perantau seperti ku dan teman-teman yaitu ketika mahasiswa lokal gampang untuk mendapatkan uang untuk jatah kehidupan sehari-hari, tapi berat bagi ku jika uang bulanan tidak sampai ataupun macet. Karena itu, uang bulanan adalah faktor menakutkan bagi kami para mahasiswa Kobar yang ada di Malang. Jika para orang tua mengaharapkan kami para mahasiswa untuk menjadi orang yang sukses, sebaliknya kami mengharapkan uang bulanan lebih.
Waktu terus berputar dan ketakutan itu terus menghantui. Mahasiswa-mahasiwi Kobar di Malang adalah salah contoh saja dalam realita kehidupan mahasiswa perantauan. Banyak lagi realita sebenarnya yang terjadi. Untuk menjawab pertanyaan di atas tadi. Boleh lah saya menjawab, jika kami tidak akan bisa menjadi bagian dari agent of change dan juga agent of control, jika perasaan tertekan selalu menghantui kami. Kami merasa biarkanlah ketakutan menghantui, tetapi semangat yang akan mengalahkannya. Dan itu terjawab oleh teman-teman saya yang di Malang yang sekarang juga sebagai mahasiswa-mahasiswi dari Kotawaringin Barat. Continue ke bagian 3,,,,,

PART 3 : COTO MANGGALA ALA MAHASISWA KOBAR DI MALANG

Waktu demi waktu telah kurasakan kerasnya hidup diperantauan menjadi mahasiswa, akan tetapi akhirnya ketakutan tersebut bisa aku kalahkan bersama-sama kawan-kawan dengan semangat kami. Adanya jiwa kekeluargaan yang terasa di kami sebagai mahasiswa perantauan. Kami memberanikan diri untuk mebuat semua itu berubah, agar kehidupan penuh ketakutan ini bisa kami selesaikan. Kekeluargaan itu kami buat dalam sebuah kelurga baru yang kami beri nama Forum Komunikasi Mahasiswa Kobar di Malang atau FKMP KOBAR MALANG. Alhamdulillah dengan adanya sebuah keluarga baru ini, banyak hal-hal yang positif yang kami lakukan dan tentunya agar ketakutan tersebut tidak selalu menghantui kami. Salah satunya kami memberanikan diri untuk membuat suatu yang beda dari mahasiswa lainnya, yaitu dengan memperkenalkan budaya, wisata dan juga sampai makanan khas Kotawaringin Barat. Tapi tak mudah untuk membuat itu semua, pastinya perlu sebuah dukungan, baik itu dari segi tenaga dan juga financial.
Banyak hal yang telah kami lakukan agar semua ini bisa terlaksana. Tapi memang sangat sulit untuk melakukannya dan ironis sekali jika semuanya sia-sia. Cara demi cara telah kami lakukan, meminta dukungan kawan-kawan mahasiswa dan juga pemerintah daerah Kobar sendiri sebagai salah satu bagian terpenting dari kami. Apa boleh dibuat, jika usaha ini tidak mendapatkan dukungan apapun. Tapi seorang mahasiswa yang ingin menjadi agent of change dari sinilah belajar, bagaimana dapat meyelesaikan suatu masalah. Meski harus uang tabungan dan iuran dari teman-teman, tidak membuat kami putus asa dalam mewujudkan ini semua. Dari sini pula kami belajar, sebuah kemandirian itu sangat perlu sekali, berani mengambil sebuah keputusan berarti berani menghadapi sebuah resiko. Dan kalimat ini yang selalu saya tekankan kepada kawan-kawan mahasiswa Kobar di Malang. Pemikiran untuk menjadi seorang yang mandiri, akhirnya memberanikan diri saya untuk berbuat suatu yang nyata akan tetapi memberikan hasil dan manfaat.
Coto manggala adalah inspirasi kemandirian itu. Saya berpikir menjadi sesorang yang mandiri dan bermanfaat, berarti juga memberi. Akhirnya teman-teman setuju jika Coto Manggala adalah inovasi itu. Mungkin tidak perlu diperjelas lagi apa itu Coto Manggala, mungkin semua telah mengetahuinya dan juga pernah merasakannya khususnya masyrakat Kotawaringin Barat. Tetapi untuk masyarakt di pulau jawa khususnya di Malang. Coto Manggala adalah sebuah makanan yang aneh dan baru. Karena itu, inovasi ini setidaknya harus dikenalkan dan dikembangkan. Kami berusaha untuk itu dan juga bagaimana semua usaha ini tidak akan menjadi sia-sia. Alhamdulillah, respon dari masyarakat di daerah Malang cukup menerima dengan adannya coto manggala, walaupun mereka masih merasa aneh dengan makanan ini. Tapi usaha kami untuk tetap berusaha membesarkan makanan khas Kotawaringin Barat terus akan kulakukan. Walau perlu waktu yang cukup lama, tapi setidaknya kami telah melakukan proses yang dapat membantu kami di masa yang akan datang.

Usaha Coto manggala ini mungkin hanya sebagian kecil dari aktivitas kami dalam memperkenalkan dan usaha membuat ketakutan kami bisa menjauh. Tapi apapun itu, dengan usaha Coto manggala ini akhirnya ketakutan itu bisa sedikit ada pencerahan. Karena juga sedikit memberikan manfaat bagi kami. Karena itu, jelaslah sebuah usaha akan ada hasilnya walau berat melakukannya. Coto Manggala, mudah-mudahan inovasi makanan ini yang akan membuat perubahan bagi mahasiswa-mahasiswi Kobar di Malang. Amien,,,,,!!?

Laporan Praktikum Mikrobiologi Dasar


.

1.PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Pengenalan alat dan sterilisasi merupakan hal mendasar yang harus kita ketahui dan kuasai karena penting dalam melaksanakan kegiatan-kegiatan mikrobiologi selanjutnya.Sterilisasi adalah membebaskan bahan dari semua mikroba.Sedangkan sterilisasi komersil (commercial sterilization) adalah bertujuan untuk membunuh bakteri yang merugikan dan tidak diinginkan (bakteri patogen).Sterilisasi adalah istilah mutlak yang artinya mematikan semua bentuk kehidupan pada suatu daerah.Sehingga dalam sterilisasi nanti alat-alat tidak terkontaminasi dengan pihak luar.
Sterilisasi terbagi menjadi dua, yaitu:
1. Sterilisasi basah, yaitu sterilisasi yang menggunakan autoklaf dengan temperatur 121C tekanan 1 atm/0,15 Mpa selama 15-20 menit.
2. Sterilisasi kering, yaitu sterilisasi yang menggunakan oven dengan temperatur 160-170C selama kurang lebih 2 jam.
Sterilisasi ditujukan agar terjadi denaturasi protein dan terutama tidak aktifnya enzim yang digunakan untuk metabolisme bakteri, dan perlakuan panas ditujukan untuk membunuh spora bakterinya.Sterilisasi pada medium dan alat-alat bertujuan untuk mencegah adanya bakteri yang tidak diinginkan dalam pemiaraan.
1.2 Maksud dan Tujuan
Maksud dari praktikum ini adalah agar praktikan mengetahui alat-alat yang digunakan dalam praktikum mikrobiologi dan kegunaannya serta mengetahui tata cara sterilisasi basah.
Sedangkan tujuan dari praktikum adalah agar praktikan dapat melakukan proses sterilisasi dan memiliki ketrampilan dalam menggunakan alat-alat di laboratorium mikrobiologi.
2. METODE

2.1 Alat dan Fungsi
Adapun alat-alat yang digunakan dalam praktikum mikrobiologi dasar tentang pengenalan alat dan sterilisasi adalah:
2.1.1 Alat Kecil
• Washing bottle : sebagai tempat aquades
• Gelas ukur : untuk mengukur volume larutan
• Erlenmeyer : sebagai media pembuatan NA dan PDA
• Bunsen : untuk pengondisian aseptis
• Sprayer : wadah alcohol 70%
• Spatula : untuk menghomogenkan larutan
• Pipet serologis : untuk mengambil larutan 0,1-1ml
• Pipet volume : untuk mengambil larutan 1-10ml
• Pipet tetes : untuk mengambil larutan dalam jumlah sedikit
• Triangle : untuk meratakan sampel pada metode tebar
• Jarum loop : untuk menginokulasi dari bentuk padat ke cair dan sebaliknya
• Jarum ose : untuk menginokulasi dari bentuk padat ke padat
• Beaker glass : tempat pembuatan media kaldu
• Cawan petri : sebagai media penanaman
• Obyek glass
Cekung :untuk pewarnaan gram
Biasa : untuk mengamati mikroorganisme dibawah mikroskop
• Mortar : untuk menghaluskan sampel
• Alu : untuk menghaluskan sampel
• Crusable tang : untuk mengambil alat saat kondisi panas
• Tabung reaksi : untuk pengenceran bertingkat
• Rak : untuk tempat tabung reaksi
• Nampan : untuk tempat alat dan bahan
• Cover glass : untuk menutup obyek glass
• Pisau : untuk memotong daging
2.1.2 Alat Besar
• Votex mixer : untuk menghomogenkan sampel
• Water bath : untuk memanaskan sampel
• Incubator : untuk menginkubasi sampel
• Autoklaf : untuk memanaskan sampel
• Freezer : untuk membekukan sampel
• Refridiator : untuk menyimpan sampel pada kondisi dingin
• Incase : untuk menginkubasi sampel
• Mikroskop : untuk mengamati preparat
• Cooling incubator : untuk menginkubasi sampel pada suhu rendah
• Timbangan digital : untuk menimbang bahan dengan ketelitian 0,001
• Coloni counter : untuk membantu perhitungan koloni pada cawan
• Oven : untuk mengeringkan sampel
• Kompor : sebagai sumber panas
• Panci : untuk merebus kaldu
2.2 Bahan dan Fungsi
Adapun bahan yang digunakan dalam praktikum mikrobiologi dasar tentang pengenalan alat dan sterilisasi adalah:
• Koran : untuk membungkus pipet serologis dan cawan petri
• Tali : untuk mengikat alat seperti pipet serologis dan cawan petri yang sudah dibungkus koran
• Kapas : untuk menutup pangkal pipet serologis
• Kertas label : untuk memberi tanda pada alat agar tidak tertukar
• Air : untuk mengisi elemen pemanas dan mencuci alat-alat yang sudah digunakan
2.3 Cara Kerja

Alat dicuci lalu dikeringkan

Alat yang telah kering ditutup dengan menggunakan kapas (pipet serologis dan cawan petri)

Dibungkus dengan kertas koran dan diikat

Dimasukkan autoklaf untuk disterilisasi

Bila air dalam autoklaf kurang, maka tambah dengan air sampai menutupi elemen pemanas

Autoklaf ditutup dan dirapatkan


Dinyalakn kompor dan tutp dirapatkan hingga suhu naik 121C tekanan 1 atm

Ditunggu selam 15-20 menit

Dimatikan kompor dan ditunggu sampai tekanan kembali 0 Mpa

Dibuka tutup autoklaf dan dikeluarkan alat-alat dan didinginkan

Hasil


3. TINJAUAN PUSTAKA

3.1 Pengertian dan Tujuan Sterilisasi
3.1.1 Pengertian Sterilisasi
Yang dimaksud dengan sterilisasi dalam mikrobiologi adalah suatu proses untuk mematikan semua organisme yang terdapat pada atau di dalam suatu benda.Ketika Anda untuk pertama kalinya melakukan pemindahan biakan bakteri secara aseptic, sesungguhnya Anda telah menggunakan salah satu cara sterilisasi, yaitu pembakaran.Namun kebanyakan peralatan dan media yang umum dipakai di dalam pekerjaan mikrobiologis akan menjadi rusak bila dibakar.Untungnya tersedia berbagai metode lain yang lebih efektif (Hadioetomo, 1990).
Bahan atau peralatan yang digunakan dalam bidang mikrobiologi harus dalam keadaan steril.Steril artinya tidak didapatkan mikroba yang tidak diharapkan kehadirannya, baik yang mengganggu atau merusak media atau mengganggu kehidupan dan proses yang sedang dikerjakan.Setiap proses baik fisika, kimia dan mekanik yang membunuh semua bentuk kehidupan terutama mikroorganisme disebut dengan sterilisasi (Waluyo,2005).
Merupakan proses untuk mematikan semua mikroorganisme yang hidup.Adanya pertumbuhan mikroorganisme menunjukkan bahwa pertumbuhan bakteri masih berlangsung dan tidak sempurnanya proses sterilisasi.Jika sterilisasi berlangsung sempurna, maka spora bakteri yang merupakan bentuk paling resisten dari kehidupan mikroba, akan diluluhkan (Lay dan Hastowo, 1992).

3.1.2 Tujuan Sterilisasi
Sterilisasi dengan cara pengeringan akan dapat menghentikan atau mengurangi aktivitas metabolic dan kemudian diikuti kematian microbe.Secara umum dikatakan efek dari desikasi adalah bakteriostatik.Prinsip desikasi adalah menghilangkan air dari sel mikroorganisme (Waluyo,2008).
Proses sterilisasi lain juga dilakukan pada suhu kamar ialah penyaringan.Dengan cara ini larutan atau suspensi dibebaskan dari semua organism hidup dengan cara melakukannya lewat saringan dengan ukuran pori yang sedemikian kecilnya (0,45 atau 0,22um) sehingga bakteri dan sel-sel yang lebih besar tertahan diatasnya sedangkan filtratnya ditampung di dalam wadah yang steril.Beberapa contoh bahan yang biasa disterilkan dengan cara ini adalah serum, larutan bikarbonat,enzim, toksin bakteri, medium sintetik tertentu dan antibiotic (Hadioetomo, 1990).

3.2 Macam sterilisasi beserta kelebihan dan kekurangan
Menurut Waluyo (2008), macam sterilisasi antara lain adalah:
a. Sterilisasi panas kering
b. Sterilisasi dengan panas basah
c. Sterilisasi dengan pembekuan
Kelebihan :
Suhu rendah dapat menghambat pertumbuhan mikroorganisme dengan cara menginaktifkan enzim-enzim yang berperan dalam proses metabolism microbe tersebut.Sterilisasi bahan makanan dengan cara menyimpan dalam suhu beku,sehingga dapat bertahan lebih lama.
Kekurangan :
Proses pembekuan dapat menimbulkan partikel-partikel es di dalam sel mikroorganisme, sehingga dinding sel microbe menjadi rusak.Proses pembekuan tidak efektif untuk membasmi spora.
d. Sterilisasi dengan pengeringan (desikasi)
Kelebihan :
Sterilisasi dengan cara pengeringan akan dapat menghentikan/mengurangi aktivitas metabolic dan kemudian diikuti kematian microbe.Menghilangkan air dari sel mikroorganisme.
Kekurangan :
Jenis mikroorganisme mempengaruhi lamanya microbe dapat bertahan hidup setelah pengeringan.
e. Sterilisasi dengan radiasi
Kelebihan :
• Dapat mengurangi populasi microbe di kamar bedah rumah sakit,ruang aseptis pengisian obat-obatan di industry farmasi
Kekurangan :
• Dapat bersifat letal terhadap mikroorganisme
• Daya penetrasi rendah (jika menggunakan radiasi sinar ultra ungu)

3.3 Kelebihan dan Kekurangan Produk Sterilisasi
Kelebihan Produk Sterilisasi:
Menurut Fardiaz (1989), kelebihan produk sterilisasi antara lain adalah:
a. Dapat dicegah terjadinya penyimpanan citarasa yang disebabkan ialah panas dan interaksi dengan wadah.
b. Mutu produk konstan.
c. Warna produk dapat dipertahankan.
d. Kerusakan vitamin dapat dicegah.
e. Dapat dipergunakan berbagai jenis wadah seperti karton,kaleng atau plastic yang tidak tahan panas.
f. Ukuran wadah yang digunakan bervariasi.
Kelebihan produk sterilisasi, menurut Waluyo (2008):
a. Dapat mengurangi populasi microbe di kamar bdah rumah sakit, ruang asptik,dsb.
b. Makanan dapat lebih tahan lama saat sterilisasi dengan pembekuan.
Kekurangan Produk Sterilisasi:
Menurut Sofyan (1995), kekurangan produk sterilisasi antara lain adalah:
a. Banyak bahan yang tidak tahan panas.
b. Sterilisasi dengan gas etilen oksida atau bahan kimia lain dapat menimbulkan residu yang membahayakan kesehatan.
Kekurangan produk sterilisasi, menurut Waluyo (2008):
a. Pada sterilisasi dengan minyak panas, setelah sterilisasi peralatan harus dibilas untuk menghilangkan lemak dan minyak yang menempel sehingga waktunya lebih lama.
b. Zat-zat yang terkandung pada medium dapat terurai pada sterilisasi dengan panas basah.














4. PEMBAHASAN

4.1 Analisa Prosedur
4.1.1 Pengemasan
Cawan Petri
Pada praktikum mikrobiologi dasar tentang pengenalan alat dansterilisasi.Langkah awal yang dilakukan dalam pengemasan cawan petri adalah menyiapkan alat dan bahan yang dibutuhkan.Adapun alat yang dibutuhkan adalah cawan petri sebagai alat yang akan dikemas untuk disterilisasi dan autoklaf sebagai alat untuk mensterilisasi cawan petri agar terbebas dari mikroba.Sedangkan bahan yang digunakan antara lain adalah kertas koran untuk membungkus cawan petri dan tali untuk mengikat.
Seusai menyiapkan alat dan bahan, selanjutnya mencuci cawan petri agar bersih dan mengeringkannya agar saat dibungkus koran, tidak membasahi koran pembungkusnya.Kemudian membungkusnya dengan kertas Koran agar saat disterilisasi di dalam autoklaf cawan petri tidak basahterkena uap air.Lalu memasukkannya ke dalam autoklaf agar steril.

• Pipet Serologis
Pada praktikum mikrobiologi dasar tentang pengenalan alat dansterilisasi.Langkah awal yang dilakukan dalam pengemasan pipet serologis adalah menyiapkan alat dan bahan yang dibutuhkan.Adapun alat yang dibutuhkan adalah pipet serologis sebagai alat yang akan dikemas untuk disterilisasi dan autoklaf sebagai alat untuk mensterilisasi cawan petri agar terbebas dari mikroba.Sedangkan bahan yang digunakan antara lain adalah kertas koran untuk membungkus pipet serologis dan tali untuk mengikat.
Seusai menyiapkan alat dan bahan, selanjutnya mencuci cawan petri agar bersih dan mengeringkannya agar saat dibungkus koran, tidak membasahi koran pembungkusnya.Kemudian membungkusnya dengan kertas Koran agar saat disterilisasi di dalam autoklaf cawan petri tidak basah terkena uap air.Lalu memasukkannya ke dalam autoklaf agar steril.

4.1.2 Cara Kerja Sterilisasi dengan Menggunakan Autoklaf
Pada praktikum mikrobiologi dasar tentang mikrobiologi dasar tentang pengenalan alat dan sterilisasi.Langkah awal yang dilakukan dalam sterilisasi dengan menggunakan autoklaf, maka disiapkan dahulu autoklafnya.Autoklaf diisi air sampai elemen pemanas terendam semua.Setelah alat dikemas lalu disterilisasi dengan autoklaf (sterilisasi basah).
Setelah itu, cawan petri dan pipet serologis dimasukkan ke dalam autoklaf yang telah diisi air sampai elemen panas.Kemudian ditutup secara diagonal yang proses menutupnya sempurna.Lalu dinyalakan kompor sampai suhu naik 121C dan tekanan 1 atm selama 15-20 menit.Setelah 15-20 menit maka autoklaf dimatikan dan dibuka tutup klep uapnya untuk mengeluarkan uap ditunggu tekanan hingga 0 atm agar jika dibuka tutupnya tidak terjadi perbedaan tekanan yang ekstrim antara tekanan udara dan di dalam autoklaf yang dapat merusak peralatan dan bisa membahayakan.Setelah itu tutupnya (koran) dibuka dan dikeluarkan alat yang sudah disterilkan, kemudian didinginkan dan dimasukkan incase.

4.2 Analisa Hasil
Gambar alat dan fungsi
No. Nama Alat Gambar Fungsi
1. Washing bottle Sebagai tempat aquades
2. Gelas ukur 250ml Untuk mengukur volume larutan
3. Gelas ukur 500ml Untuk mengukur volume larutan
4. Erlenmeyer Sebagai wadah pembuatan NA dan PDA
5. Bunsen Untuk pengkondisian aseptis
6. Spatula Untuk menghomogenkan
7. Pipet serologis Untuk mengambil larutan 0,1ml -1ml
8. Pipet volume Untuk mengambil larutan 1ml-10ml
9. Pipet tetes Untuk mengambil larutan dalam jumlah sedikit
10. Triangle Untuk meratakan sampel pada metode tebar
11. Jarum loop Untuk menginokulasi dari bentuk padat ke cair dan sebaliknya
12. Jarum ose Untuk menginokulasi dari bentuk padat ke padat
13. Beaker glass 250ml Tempat pembuatan media kaldu
14. Cawan petri Sebagai media penanaman
15. Objek glass cekung Untuk pewarnaan gram
16. Objek glass biasa Untuk mengamati mikroorganisme di bawah mikroskop
17. Mortar dan alu Untuk menghaluskan bahan
18. Crusable tang Untuk mengambil alat saat kondisi panas
19. Tabung reaksi Untuk pengenceran bertingkat
20. Rak tabung reaksi Untuk tempat tabung reaksi
21. Nampan Sebagai tempat alat dan bahan
22. Cover glass Untuk menutup objek glass
23. sprayer Tempat alkohol
24. Beaker glass 1000ml Untuk pembuatan media kaldu
25. Vortex mixer Untuk menghomogenkan Sampel
26. Water bath Untuk memanaskan sampel cair (media cair) pada suhu yang dapat ditentukan
27. inkubator Untuk menginkubasi sampel padat pada suhu yang ditentukan
28. autoklaf Untuk memanaskan sampel pada suhu 121C tekanan 1atm selama 15-20 menit
29. freezer Untuk membekukan sampel
30. Refridiator Untuk menyimpan sampel pada suhu rendah
31. Panci Untuk merebus kaldu
32. Incase Untuk menginkubasi sampel pada suhu kamar 25-27C
33. Kompor gas Sebagai sumber panas
34. Coloni Counter Untuk menghitung jumlah koloni bakteri
35. Cooling inkubator Untuk menginkubasi media dan isolasi suhu rendah
36. Oven Untuk sterilisasi kering pada suhu 160-170C selama 2 jam
37. Timbangan digital mattler Untuk menimbang bahan dengan ketelitian 0,001 gram
38.





5.KESIMPULAN

Dari praktikum mikrobiologi dasar tentang pengenalan alat dan sterilisasi antara lain adalah:
• Sterilisasi adalah usaha untuk membebaskan alat dari segala macam kehidupan atau kontaminasi.
• Sterilisasi ada 2 macam, yaitu:
a. Sterilisasi basah adalah sterilisasi dengan menggunakan autoklaf temperatur 121C tekanan 1 atm/0,15 Mpa selama 15-20 menit.
b. Sterilisasi kering adalah sterilisasi yang menggunakan oven dengan temperatur 160-170C selama kurang lebih 2 jam.
• Tujuan sterilisasi adalah agar terjadi denaturasi protein dan terutama tidak aktifnya enzim yang digunakan untuk metabolisme protein.
• Alat-alat yang digunakan ada 2 macam, yaitu alat besar dan alat kecil.Adapun alat besar yang digunakan antara lain adalah vortex mixer, water bath, inkubator, autoklaf, freezer, refridiator, incase, mikroskop, cooling inkubator , timbangan digital,coloni counter, oven, kompor dan panci.Sedangkan alat kecil yang digunakan antara lain adalah washing bottle, gelas ukur, erlenmeyer, bunsen, sprayer, spatula, pipet serologis, pipet volume, pipet tetes, triangle, jarum loop, jarum ose, beaker glass, cawan petri, objek glass cekung, objek glass biasa, crusable tang, tabung reaksi, nampan, cover glass, pisau, mortar dan alu.
• Hasil visualisasi alat sebelum disterilisasi terdapat bekas air yang tidak kering pada dinding cawan petri dan pipet serologis.
• Hasil visualisasi alat setelah disterilisasi didapat cawan petri dan pipet serologis yang bersih dan kering.

DAFTAR PUSTAKA

Fardiaz,Srikandi.1989. Mikrobiologi Pangan. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi.Jakarta
Fardiaz,Srikandi.1992. Mikrobiologi Pangan. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi.Jakarta
Hadioetomo, Ratna Siri.1985. Mikrobiologi Dalam Praktek. Gramedia.Jakarta
Hadioetomo, Ratna Siri.1990.Mikrobiologi dalam Praktek.Gramedia.Jakarta
Lay dan Hastowo.1992. Mikrobiologi .Rajawali. Jakarta
Murachman.1991. Buku Penuntun Praktikum Mikrobiologi Dasar. Universitas Brawijaya.Malang
Sofyan.1995. Analisis Mikrobiologi Pangan .PT Raja Gravindo Persada.Jakarta
Suriawiria,Unus.1986. Buku Materi Pokok Mikrobiologi modul 1-9. Karunika.Jakarta
Waluyo,Lud.2004. Mikrobiologi Umum. UMM Press.Malang
Zubaidah,Elok.2006. Mikrobiologi Umum. Universitas Brawijaya.Malang

Laporan Praktikum Oceanografi


.

1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Laut adalah bagian dari bumi kita yang tertutup oleh air asin. Kata laut sudah dikenal sejak dulu kala oleh bangsa kita dan bahkan oleh bangsa-bangsa beberapa negara di Asia Tenggara seperti Filiphina, Malaysia, Thailand, Singapura dan mungkin beberapa suku bangsa lain di kawasan ini. Laut lepas yang luas yang dibatasi oleh benua-benua yang kita kenal sebagai samudera (Romimohtarto dan Juwana, 2001).
Bangsa Eropa mempunyai cerita tersendiri tentang asal-usul kata samudera ini. Mereka menamakan the Oceans yang berasal dari kata Yunani. Kata Oceanus. Nama Oceanus, atau anak surga dan bumi dan diberikan untuk sebutan sungai yang dikira selalu mengalir mengelilingi bumi, yang dulu dianggap rata. Jadi tidak bundar seperti kita ketahui sekarang. Kemudian nama itu berlaku untuk perairan yang terletak jauh dari jangkauan daratan. Kita menamakan laut lepas atau samudera. Nama ini pertama- tama diberikan kepada samudera Atlantik (Atlantik Ocean) yang terletak di luar tonggak-tonggak Hercules (Pilar of Hercules). Hercules adalah pahlawan nasional Yunani kuno yang gagah perkasa dan tahan terhadap pekerjaan berat. Sedangkan tonggak-tonggak Hercules adalah dua tanjung kedua sisi ujung timur dari Selat Gibraltar, yakni Rock of Gibraltar di Bagian Eropa dan Jebel Musa di bagian Afrika yang konon didirikan oleh Hercules. Sampai sekarang nama itu mempunyai arti yang sama dan membedakannya dari laut, teluk, dan selat yang terletak di sekitar pinggiran-pinggiran samudera tersebut. (Romimohtarto dan Juwana, 2001).
1.2 Maksud dan Tujuan
Maksud diadakannya praktikum Oceanografi ini adalah untuk mengetahui nilai pengukuran parameter fisika (suhu, kecerahan, pasang surut, gelombang, kecepatan arus, dan sifat optis air) dan parameter kimia (pH, salinitas, dan oksigen terlarut (DO) di perairan Probolinggo, Jawa Timur.
Adapun tujuan diadakannya praktikum Oceanografi ini adalah agar praktikan mengetahui dan menggunakan alat-alat yang digunakan di dalam pengukuran parameter fisika dan parameter kimia di Perairan Probolinggo, Jawa Timur.
1.3 Waktu dan Tempat
1.3.1 Waktu
Praktikum Oseanografi ini dilaksanakan pada hari Rabu, 20 Mei 2009 pada pukul 08.00-18.00 WIB.
1.3.2 Tempat
Praktikum Oseanografi ini dilaksanakan bertempat di Pelabuhan Tanjung Tembaga, Kecamatan Mayangan, Probolinggo, Jawa Timur.
























4.4 Manfaat di Bidang Perikanan
4.4.1 Suhu
Manfaat suhu di bidang perikanan ialah: merubah struktur hidrologi kolom perairan yang dapat mempengaruhi distribusi fitoplakton, mempengaruhi fotosintesa di laut baik secara langsung maupun tidak langsung, suhu air yang layak untuk budidaya air laut adalah 27-320 C. Di Indonesia suhu udara rata-rata pada siang hari di berbagai tempat berkisar antara 28,20 C sampai 34,60 C dan pada malam hari suhu berkisar antara 12,80 C sampai 300 C. Keadaan suhu tersebut tergantung pada ketinggian pada ketinggian tempat dari atas permukaan laut. Suhu air umumnya beberapa derajat relatif rendah dibangding suhu udara di sekitarnya. Secara umum, suhu air di perairan Indonesia sangat mendukung bagi pengembang budidaya perairan.
4.4.2 Kecerahan
Manfaat kecerahan adalah untuk budidaya perikanan, kecerahan air yang dipersyaratkan adalah lebih dari 3 m, radiasi matahari penting dalam melengkapi cahaya yang dibutuhkan tanaman hijau-hijauan untuk dipakai dalam proses fotosintesa, merupakan faktor penting dalam hubungannya dengan perpindahan populasi hewan laut.
4.4.3 Pasang Surut
Pengetahuan tentang pasang surut sangat diperlukan di dalam transportasi laut, kegiatan pelabuhan, pembangunan di daerah pesisir pantai, dan lain-lain.
4.4.4 Gelombang
Manfaat gelombang adalah dari gerakan air berpengaruh terhadap pendekatan spora pada substratnya. Karakteristik spora dan algae yang tumbuh pada daerah berombak dan berarus kuat. Umumnya cepat tenggelam dan memiliki kemampuan menempel dengan cepat dan kuat. Sebagai contoh: Euchuma serra, E. Spinossum, Gelidium spp dan Pleroladia spp. Sementara itu, algae yang tumbuh di daerah yang tenang memiliki karakteristik spora yang mengandung lapisan lendir dan memiliki ukuran serta bentuk yang lebih besar. Gerakan air tesebut juga sangat berperan dalam mempertahankan sirkulasi zat hara yang berguna untuk pertumbuhan. (Dahuri, 2003)
4.4.5 Kecepatan Arus
Manfaat arus bagi banyak biota adalah menyangkut penambahan makanan bagi biota-biota tersebut dan pembuangan kotoran-kotorannya. Untuk algae kekurangan zat-zat kimia dan C02 dapat dipenuhi. Sedangkan bagi binatang CO2 dan produk-produk sisa dapat disingkirkan dan O2 tetap tersedia. Arus juga memainkan peranan penting bagi penyebaran plakton, baik holoplankton maupun mesoplankton.
4.4.6 Sifat Optis Air
Cahaya matahari merupakan salah satu parameter utama yang berpengaruh dalam pembentukan terumbu karang. Penetrasi cahaya matahari merangsang terjadinya fototaksis oleh zoo xantheliae simbiotik dalam jaringan karang. Tanpa cahaya yang cukup, laju fotosintesis akan berkurang dan bersamaan dengan itu kemampuan karang untuk membentuk terumbu (CaC03) akan berkurang dan pula.
4.4.7 pH (Derajat Keasaman)
Manfaat pH adalah air laut mempunyai kemampuan menyangga yang sangat besar untuk mencegah perubahan pH. Perubahan pH dapat mempunyai akibat buruk terhadap kehidupan biota laut, baik secara langsung, maupun tidak langsung. Akibat langsung adalah kematian, banyaknya telur. Serta mengurangi produksi primer. Akibat tidak langsung adalah perubahan toxisitas zat-zat yang ada dalam air.

4.4.8 Salinitas
Keanekaragaman salinitas dalam air laut akan mempengaruhi jasad-jasad aquatik melalui pengendalian berat jenis dan keanekaragaman tekanan osmotik. Pada udang putih pengaruh osmoregulasi, salinitas yang tinggi juga bisa menyebabkan udang sulit berganti kulit karena kulit udang cenderung keras.
4.4.9 Oksigen Terlarut
Oksigen terlarut merupakan petunjuk utama tahap pencemeran air sungai. Keadaan biologikal sungai, penguraian bahan organik dalam sungai dan tahap purifikasi secara semula jadi sungai. Merupakan faktor penting sebagai pengatur metabolisme tubuh organisme untuk tumbuh berkembang,. Merupakan indikator kualitas perairan, karena oksigen terlarut berperan dalam proses oksidasi dan reduksi bahan organik dan anorganik.

Laporan Praktikum Limnologi


.

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Limnologi mempelajari tentang sistem parairan, didalamnya termasuk danau dan air kolam,kolam air asin, rawa, sungai (rivers) dan aliran atau cucuran air (streams). Limnologi mencakup beberapa bidang ilmu kimia, fisika, geologi dan biologi (Musa,2006).
Limnologi berasal dari bahasa Inggris yaitu limnology, dari bahasa Yunani Lymne, “danau” dan logos “pengetahuan”. Merupakan padanan bagi bilogi perairan darat, terutama perairan tawar. Lingkup kajiannya kadang-kadang mendakup perairan payau (estuari). Limnologi merupakan kajian menyeluruh mengenai kehidupan diperairan darat, sehingga digolongkan sebagi bagian dari ekologi. Dalam bidang perikanan, limnologi dipelajari sebagai dasar bagi budidaya perairan (akulturadarat) (Anonymous,2009).

1.2 Maksud dan Tujuan
1.2.1 Maksud
Praktium limnologi ini dimaksudkan agar praktikan dapat mengukur kualitas dan analisis disuatu perairan tertentu, baik parameter fisika maupun kimia.
1.2.2 Tujuan
Praktikum limnologi ini bertujuan untuk mengetahui kualitas air dan menganalisis perairan yang ada di Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Brawijaya.

1.3 Kegunaan
Kegunaan dari praktikum limnologi adalah sebagai berikut :
• Untuk mengetahui komponen-komponen apa saja yang menyusun dalam sistem perairan.
• Untuk mengetahui dari fungsi masing-masing komponen tersebut dalam dinamika secara keseluruhan.




1.4 Waktu dan Tempat
1.4.1 Waktu
Praktikum limnologi dilaksanakan pada tanggal 15 oktober 2009 pada hari kamis pukul 11.00 WIB.
1.4.2 Tempat
Praktikum limnologi dilaksanakan di laboratoorium Workshop Budidaya Perairan dan Laboratorium Reproduksi Ikan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Brawijaya.





















Bab 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Limnologi
Limnologi berasal dari bahasa yunani “limne” artinya genangan air yang berarti bias kolam, rawa, atau danau. Linologi mempelajari tentang sistem perairan. Didalamnya ternasuk danau dan kolam air tawar, danau, dan kolam air asin, rawa, sungai (rivers) dan aliran dan cucuran air (treams). (Musa, 2006) Limnologi adalah ilmu yang mempelajari hal-hal tentang perairan daratan yang mencakup factor-faktor abiotik serta interaksi yang terjadi di antarnya. Perairan daratan adalah suatu badan air yang ada di daratan atau yang masih berhubungan dengan daratan, termasuk danau, waduk, rawa, suatu atau estuari. Akdinbemfapri. 2009).
2.2 Parameter Kualitas Air
2.2.1 Parameter Fisika
a. Suhu
Suhu marupakan salah satu faktor yang penting dalam pengaturan seluruh proses kehidupan dan penyebaran organisme, dan proses metabolisme terjadi hanya dalam kisaran tertentu. Dilaut, suhu berpengaruh secara langsung pada laju proses fotosintesis dan proses fisiologi hewan (derajad metabolisme dan siklus reproduksi) yang selanjutnya berpengaruh terhadap cara makan dan pertumbuhannya.
Perubahan suhu juga dapat menyebapkan terjadinay surkulasi dan stratifikasi massa air dan hal itu dapat mempengaruhi distribusi. Ikan biasanya memilih suju optimum untuk dapat hidup dengan baik. (Binus, 2009).
b. Kecepatan Arus
arus atau aliran air adalah parameter fisika yang dapat dijadikan pembeda beberapa ekosistem perairan tawar, perbedaan utama ekosistem lotik dan letik adalah arus.
Arus sungai dapat diukur melalui persamaan sebagai berikut:
V=c√d.s
Di mana: v: kecepatan arus c: konstanta
d: kedalaman rata-rata s: slope
(Musa, 2006)

Kecepatan arus dan arah arus dari suatu badan air sanga berpengaruh terhadap kemampuan badan air untuk mengeliminasi dan mengangkut bahan pencerna serta perkiraan pergerakan b ahan pencemar mencapai lokasi tertentu. Satuan kecepatan arus adalah meter per detik (m∕s). jika air tidak mengalir akan mengakibatkan deoksigenasi (kekurangan oksigen terlarut), timbulnya serangga penyakit, tertimbunnya hasil pembusukan dan menyebabkan air keruh serta penebalan endapan. (Binus, 2004).
c. Kecerahan
cahaya matahairi adalah merupakan sumber energi dalam proses fotosintesis. Dalam fotosintesis terjadi pembentukan bahan organik yang diperlukan bagi pertumbuhan dan pengembangan yang normal.kecerahan perairan berhubungan erat dengan penitrasi cahaya matahri. Kecerahan matahari yang ideal lebih dari 1 meter. Air yang keruh (biasanya mengandung lumpur) dapat menghalangi tembusnya cahaya matahari di dalam air sehingga proses fotosintesis menjadi terganggu. (Subdit. PBSK, 2009).
Menurut anonymous 2009, kecerahan adalah ukuran transparansi perairan yang di ambil secara visual dengan alat Bantu yang disebut “secchi disk” kekeruhan menggabarkan sifat optis air yang di tentukan berdasarkan banyaknya cahaya yang di serap dan di pancarkan oleh bahan-bahan yang terdapat di dalam air. (Binus, 2004).
2.2.2. Parameter Kimia
a. pH
pH merupakan suatu ekpresi dari konsentrasi ion hidrogen (H+) di dalam air. Besarannya dinyatakan dalam minus logaritma dari konsentrasi ion H. Sebagai contoh, kalau ada pernyataan pH 6, itu artinya konsentrasi H dalam air tersebut adalah 0.000001 bagian dari total larutan. Karena untuk menuliskan 0.000001 (bayangkan kalau pH 14) terlalu panjang maka orang melogaritmakan angka tersebut
sehingga manjadi -6. Tetapi karena ada tanda - (negatif) dibelakang angka tersebut, yang dinilai kurang praktis, maka orang mengalikannya lagi dengan tanda - (minus) sehingga diperoleh angka positif 6. Oleh karena itu, pH diartikan
sebagai "-(minus) logaritma dari konsenstrasi ion H".
pH = - log (H+)
Ph sangat penting sebagai parameter kualitas air karena ia mengontrol tipe dan laju kecepatan reaksi beberapa bahan di dalam air. Selain itu ikan dan mahluk-mahluk akuatik lainnya hidup pada selang pH tertentu, sehingga dengan diketahuinya nilai pH maka kita akan tahu apakah air tersebut sesuai atau tidak untuk menunjang kehidupan mereka. Besaran pH berkisar dari 0 (sangat asam) sampai dengan 14 (sangat basa/alkalis). Nilai pH kurang dari 7 menunjukkan lingkungan yang masam sedangkan nilai diatas 7 menunjukkan lingkungan yang basa (alkalin). Sedangkan pH = 7 disebut sebagai netral (o-fish, 2009).
Derajat keasaman (pH) merupakan parameter kimia yang menunjukkan salinitas atau derajat keasaman dari suatu perairan dimana biota air dapat hidup di dalamnya, pH yang ideal berkisar antara 6,5 – 8,5. Dimana setiap organisme air memiliki toleransi pH yang berbeda (Purba, 1994 dalam Rijalpurnailmiawan, 2009).
Menurut Binus (2004), suatu perairan yang ber pH rendah dapat mengakibatkan aktivitas pertumbuhan menurun atau ikan menjadi lemah serta lebih mudah terinfeksi penyakit dan biasanya diikuti dengan tingginya tingkat kematian.
b. DO (Oksigen Terlarut)
Oksigen adalah gas yang berwarna, tidak berbau, tidak berasa, dan hanya sedikit larut dalam air. Untuk mempertahankan hidupnya makhluk hidup yang tinggal di air, baik tanaman maupun hewan, bergantung kepada oksigen yang terlarut ini. Jadi penentuan kadar oksigen terlarut dapat dijadikan ukuran untuk menentukan mutu air. Kehidupan di air dapat bertahan jika ada oksigen terlarut minimum sebanyak 5 mg oksigen setiap liter air (5 ppm). Selebihnya bergantung kepada ketahanan organisme, derajat keaktifannya, kehadiran pencemar, suhu air. Jadi udara yang bersentuhan dengan permukaan air itu bertekanan 760 m dan mengandung 21% oksigen (Sastrawijaya, 1991).
Kadar oksigen terlarut yang tinggi tidak menimbulkan pengaruh fisiologis bagi manusia. Ikan dan organisme akuatik lain membutuhkan oksigen terlarut dengan jumlah cukup. Kebutuhan oksigen sangat dipengaruhi oleh suhu dan bervariasi antar organisme (Tebbut, 1992 dalam Effendi, 2003).
Jika air terlalu hangat, kandungan oksigen tidak banyak/berkurang. Ketika terlalu banyak bakteri atau hewan akuatik di area perairan, mungkin dalam kondisi overpopulasi, penggunaan DO akan meningkat (Lenntech, 2009).
c. Karbondioksida
Karbondioksida sangat mudah larut dalam suatu larutan. Pada umumnya perairan alami mengandung karbondioksida sebesar 2 mg/liter. Pada konsentrasi yang tinggi (> 10 mg/liter), karbondioksida dapat beracun, karena keberadaannya dalam darah menghambat pengikatan oksigen oleh hemoglobin. Dalam suatu larutan, CO2 menunjukkan reaksi kesetimbangan sebagai berikut :
(1) CO2 + H2O  H2CO3
H2CO3  HCO3¯ + H
Sumber karbon utama di bumi adalah atmosfer dan perairan, terutama lautan. Lautan menyumbang karbon lima puluh kali lebih banyak daripada karbon di atmosfer. Perpindahan karbon dari atmosfer ke laut terjadi melalui proses difusi. Karbon yang terdapat di laut cenderung mengatur karbondioksida di atmosfer. Karbon yang terdapat di atmosfer dan perairan diubah menjadi karbon organik melalui proses fotosintesis. Kemudian masuk kembali ke atmosfer melalui proses respirasi dan dekomposisi yang merupakan proses biologis makhluk hidup (Effendi, 2003).
Karbondioksida dapat mengubah pH air. Berikut prosesnya, karbondioksida larut dalam air dalam bentuk asam lemah yang disebut asam karbon, H2CO3 sesuai reaksi berikut
CO2 + H2O  H2CO3 (Lenntech, 2009).
Karbondioksida dari udara selalu bertukar dengan yang di air jika air dan udara bersentuhan. Pada air yang tenang pertukaran ini sedikit, proses yang terjadi adalah difusi. Jika air bergelombang maka pertukaran berubah jadi lebih cepat. Gelombang dapat terjadi jika air di permukaan berpusar menuju ke bagian dasar danau, sambil membawa gas yang terlarut (Sastrawijaya, 1991).
d. Alkalinitas
Alkalinitas adalah gambaran kapasitas air untuk menetralkan asam atau dikenal dengan sebutan Acid Neutralizing Capacity (ANC) atau kuantitas anion di dalam air yang dapat menetralkan kation hidrogen. Alkalinitas yang diartikan sebagai kapasitas penyangga (buffer capacity) terhadap perubahan pH perairan. Penyusun alkalinitas perairan adalah anion bikarbonat (HO3¯), karbonat (CO3¯), dan hidroksida (OH¯), borat (H2Bo3¯), silikat (HS1O3¯), fosfat (HPO4¯² dan H2PO4¯), sulfida (HS) dan amonia (NH3) juga memberikan kontribusi terhadap salinitas. Namun pembentuk alkalinitas yang utama adalah bikarbonat, karbonat, dan hidroksida. Di antara ketiga ini tersebut, bikarbonat paling banyak terdapat pada perairan alami (Effendi, 2003).
Fluktuasi pH air sangat ditentukan oleh alkalinitas air tersebut. Apabila alkalinitasnya tinggi maka air tersebut akan mudah mengembalikan pH nya ke nilai semula, dari setiap `gangguan` terhadap pengubahan pH (O-fish, 2003).

e. Amonia Nitrogen
Nitrogen sebagai salah satu nutrien terdapat dalam protein. Protein merupakan komposisi utama plankton, dasar semua jaringan makanan yang bertalian dengan air. Dalam plankton terdapat 50% protein atau 7-10% nitrogen. Ada tiga tandon (gudang) nitrogen di alam. Pertama di udara, kedua senyawa anorganik (nitrat, nitrit, amoniak), ketiga adalah senyawa organik (protein, urin, dan asam urik). Nitrogen terbanyak ada di udara, 78% volume udara adalah nitrogen. Hanya sedikit organisme yang dapat langsung memanfaatkan nitrogen udara. Tanaman dapat menghisap nitrogen dalam bentuk nitrat, NO3. pengubahan dari nitrogen bebas di udara menjadi nitrat dapat dilakukan secara biologi maupun kimia. Transformasi ini disebut fiksasi (pengikatan) nitrogen (Sastrawijaya, 1991).
NH3 adalah bentuk dasar dari racun amonia. Dikatakan beracun bagi organisme air tawar pada konsentrasi antara 0,53-22,8 mg/L. Tingkat racun bergantung pada penurunan pH dan suhu. Tumbuhan lebih toleransi pada amonia daripada hewan, dan invertebrata lebih toleran daripada ikan (Wilkes, 2009).
Menurut Colt dan Amstrong (1979) dalam Pramaharani (2009), bahwa begitu menurun dan kadar ammonia dalam darah dan jaringan meningkat. Hasilnya adalah meningkatnya pH darah dan berpengaruh buruk terhadap reaksi katalis enzim dan stabilitas membran. Ammonia juga meningkatkan konsumsi oksigen oleh jaringan merusak insang, dan mengurangi kemampuan darah untuk mengangkut oksigen. Perubahan histology terjadi di dalam ginjal, empedu, kelenjar thyroid, dan darah ikan yang terkena konsentrasi sublethal ammonia (Pramaharani, 2009).
f. Ortofosfat
Menurut Haryadi et all (1992) dalam Indoskripsi (2009), orthofosfat adalah bentuk phosphorus (P) yang dapat langsung dimanfaatkan oleh organisme nabati terutama fitoplankton dan tumbuhan air. Unsur fosfat merupakan salah satu unsur hara yang paling penting bagi metabolisme sel tanaman. Pada perairan ditemukan dalam bentuk orthofosfat polifosfat, dan fosfat organik. Orthofosfat memegang peranan penting pada reaksi fosforilasi karena sangat penting dalam pembelahan sel dan sebagai penyusun lemak dan protein. Orthofosfat juga berperan untuk proses fotosintesis, respirasi, dan pertumbuhan.
Menurut Sunarto (2001) dalam Nurmilaanwar(2009), konsentrasi fosfat pada perairan tawar dan laut memiliki kisaran yang hampir sama yaitu 1-3 mg/L, sementara kisaran fosfat yang optimum bagi pertumbuhan fitoplankton adalah 0,09-1,80 ppm.

g. TOM (Total Organik Matter)
Kalium penganat (KmnO4) telah lama dipakai sebagai oksidator pada penentuan konsumsi oksigen untuk mengoksidasi bahan organik yang dikenal sebagai parameter nilai permanganat selalu memberikan hasil yang lebih kecil daripada nilai BOD. Kondisi ini menunjukkan bahwa permanganat tidak cukup mampu mengoksidasi bahan organik secara sempurna (Effendi, 2003).
Bahan Organik Terlarut (BOT) atau Total Organik Matter (TOM) menggambarkan kandungan bahan organik total suatu perairan yang terdiri dari bahan organik terlarut, tersuspensi (particulate) dan koloid. Bahan organik di perairan terdapat sebagai plankton, partikel-partikel tersuspensi dari bahan organik yang mengalami perombakan (detritus) dan bahan-bahan organik total yang berasal dari daratan dan terbawa oleh aliran sungai (Syafiuddin, 2004).
Beda TOM dengan BOD yaitu TOM menggambarkan kandungan bahan organik total suatu perairan yang terdiri dari bahan organik terlarut, tersuspensi, dan koloid (Syaifuddin, 2004). Sedangkan BOD adalah jumlah oksigen yang dibutuhkan oleh mikroorganisme di dalam air lingkungan untuk memecah (mendegradasi) bahan buangan organik yang ada di dalam lingkungan air tersebut (Wardhana, 1995).
h. Nitrat Nitrogen
Nitrat adalah bentuk utama di perairan alami dan merupakan nutrient utama bagi pertumbuhan tanaman dan alga. Nitrat nitrogen sangat mudah larut dalam air dan bersifat stabil. Senyawa ini dihasilkan dari proses oksidasi sempurna senyawa nitrogen di perairan (Effendi, 2003 dalam Indoskripsi, 2009).
Nitrogen merupakan unsur utama bagi pertumbuhan alga, karena unsur N ini merupakan penyusun dari semua protein dan asam nukleik dengan demikian merupakan penyusun protoplasma secara keseluruhan. Menurut beberapa peneliti kadar N di perairan sangat kecil, umumnya kurang dari 5 ppm. Sedangkan batas minimal untuk pertumbuhan alga adalah 0,35 ppm (Indoskripsi, 2009).





BAB III
METODOLOGI

3.1 Fungsi Alat dan Bahan

3.1.1 Suhu
Alat
- Thermometer Hg : untuk mengukur suhu perairan
Bahan
- Air Sampel : untuk bahan utama pengukuran yang akan diukur suhunya

3.1.2 Kecepatan Arus
Alat
- Stopwatch : mengukur waktu pada saat tali ditarik oleh botol yang hanyut
terbawa arus
- Current meter : alat yang digunakan untuk mengukur kecepatan arus secara
otomatis
- Tali Rafia 1 m : untuk mengikat botol agar tidak hanyut terbawa arus
- Botol Air : sebagai pemberat dan pelampung
Bahan
- Air Sampel : untuk bahan utama pengukuran yang akan diukur kecepatan
arusnya
3.1.3 Kecerahan
Alat
- Secchi Disk : alat untuk mengukur kecerahan perairan
- Tali : untuk mengikat secchi disk
Bahan
- Air Sampel : untuk bahan utama pengukuran yang akan diukur kacerahannya

3.1.4 pH
Alat
- Stopwatch : untuk mengukur waktu
- Kotak pH : untuk mencocokkan warna pada kertas Ph
Bahan
- Kertas Ph : untuk mengukur derajat keasaman (pH) dari suatu perairan
- Air Sampel : untu bahan utama pengukuran yang akan diukur pHnya
-

3.1.5 Oksigen Terlarut (DO)
Alat
- Botol DO : sebagai tempat air sampel yang akan diukur Donya
- Buret : sebagai tempat larutan titran dan sebagai alat untuk titrasi
- Statif : sebagai penyangga buret untuk titrasi
- Selang air : alat membuang cairan bening diatas endapan
- Pipet tetes : untuk mengambil dan meneteskan larutan
Bahan
- Air Sampel : sebagai bahan utama yang akan diukur Donya
- MnSO4 : mengikat oksigen
- NaOH+KI : melepas I2 dan membentuk endapan coklat
- H2SO4 pekat : pengkondisian asam dam melarutkan endapan
- Amilum : indiktor warna ungu
- N2S203 (0,025 N) : sebagai penitrasi dan mengikat I2 untuk membentuk 2NaI

3.1.6 Karbondioksida (CO2)
Alat
- Gelas ukur : untuk menakar air sampel yang diambil sesuai takaran
- Erlenmeyer 250 ml : tempat air sampel yang akan direaksikan
- Pipet tetes : untuk mengambil dan meneteskan larutan
Bahan
- Air Sampel : bahan utama yang akan diukur CO2nya
- Indikator PP : sebagai indikator suasana basa
- Na2CO3 (0,0454 N) : indikator warna merah muda/pink dan mengikat CO2
bebas diperairan menjadi 2NaHCO3
3.1.7 Alkalinitas
Alat
- Gelas ukur : untuk menakar air sampel yang diambil sesuai takaran
- Erlenmeyer 250 ml : tempat untuk reaksi air sampel
- Pipet tetes : untuk mengambil dan meneteskan larutan
- Buret : tempat larutan titran dan digunakan untuk titrasi
- Statif : sebagai penyangga buret untuk titrasi
Bahan
- Air Sampel : bahan utama yang akan diukur alkalinitasnya
- HCl (0,02 N) : penyuplai Ion H+
- MO : sebagai indikator suasana asam
3.1.8 Amonia Nitrogen
Alat
- Gelas ukur : untuk menakar air sampel sesuai yang dibutuhkan
- Erlenmeyer 250 ml : tempat air sampel yang direaksikan
- Pipet tetes : untuk mengambil dan meneteskan larutan
- Spektrofotometer : alat untuk mengukur kadar amonia nitrogen
- Cuvet : tempat larutan yang akan diukur dalam spektrofotometer
- Rak : tempat tabung reaksi
Bahan
- Air Sampel : bahan utama yang akan diukur kadar amonianya
- Pereaksi Nessler : untuk mengikat amonia diperairan
- Larutan baku : sebagai larutan pembanding untuk menentukan kadar yang
Terkandung secara visual

3.1.9 TOM (Total Organic Matter)
Alat
- Gelas ukur : untuk menakar air sampel sesuai yang dibutuhkan
- Erlenmeyer 250 ml : tempat air sampel yang direaksikan
- Buret : tempat larutan titran dan digunakan untuk titrasi
- Statif : sebagai penyangga buret untuk titrasi
- Pipet tetes : untuk mengambil dan meneteskan larutan
- Pipet volum : untuk mengambil larutan
- Bola hisap : untuk membantu mengambil larutan
- Corong : untuk membantu memasukkan larutan
- Hotplate : memanaskan larutan
- Thermometer Hg : mengukur suhu larutan
- Styrer : untuk mengaduk larutan pada saat titrasi
- Sentrifuge : untuk memanaskan larutan dan memuter styrer
Bahan
- Air Sampel : bahan utama yang akan diukur TOMnya
- KMnO4 : sebagai oksidator
- H2SO4 (1:4) : pengkondisian asam dan mempercepat reaksi
- Na-oxalate : sebagai reduktor



3.1.10 Ortofosfat
Alat
- Erlenmeyer 250 ml : tempat air sampel yang direaksikan
- Pipet tetes : untuk mengambil dan meneteskan larutan
- Spektrofotometer : alat untuk mengukur kadar ortofosfat
- Cuvet : tempat larutan yang akan diukur dalam spektrofotometer
- Rak : tempat cuvet
Bahan
- Air Sampel : bahan utama yang akan diukur kadar ortofosfatnya
- SnCl2 : sebagai indikator warna biru
- Ammonium molybdat : mengikat fosfat terlarut membentuk ammonium phosphomolybdat
- Kertas label : untuk memberi nama pada cuvet

3.1.11 Nitrat Nitrogen
Alat
- Spektrofotometer : alat untuk mengukur kadar nitrat nitrogen
- Petri dish : tempat sampel yang diuapkan /tempat kerak nitrat
- Pipet tetes : untuk mengambil dan meneteskan larutan
- Pipet volum : untuk mengambil aquades
- Bola hisap : alat bantu untuk mengambil larutan
- Beaker glass : tempat larutan yang direaksikan
- Gelas ukur : tempat untuk mereaksikan
- Spatula : untuk mengaduk larutan agar homogen
- Hotplate : memanaskan sampel
- Kertas saring : untuk menyaring
- Cuvet : tempat larutan yang akan diukur dalam spektrofotometer
- Rak : tempat cuvet
Bahan
- Asam Fenol Disulfonik : untuk melarutkan kerak nitrat
- Aquades : sebagai pereaksi/pengencer
- NH4OH (1:1) : untuk melarutkan lemak dan minyak dari kerak nitrat
- Air Sampel : sebagai pembuatan kerak nitrat
- Kertas label : untuk memberi nama pada cuvet

3.1.12 Salinitas
Alat
- Refraktometer : alat untuk mengukur salinitas air
- Pipet tetes : untuk mengambil dan meneteskan larutan
Bahan
- Air Sampel : untuk bahan yang akan diukur skalanya
3.2 Skema Kerja/ Prosedur Kerja
3.2.1 Prosedur Pengambilan Sampel DO

- dicatat volumenya
- dimasukkan ke dalam air perlahan-lahan (45o), jangan sampai terjadi gelembung udara
- ditutup bila sudah terisi penuh tanpa ada gelembung dan penutupan sebaiknya dilakukan di dalam air

- dibuka tutup botol DO
- ditambahkan 2ml MNSO4
- ditambahkan 2ml NaOH + KI
- dibolak-balik sampai terbentuk endapan coklat
- ditunggu sampai 30 menit, sampai terlihat batas yang jelas antara endapan dengan aliran di atasnya
- dibuang air bening diatas endapan dengan selang
- ditambahkan 2ml tetes amilum
- dititrasi dengan Na-thiosulfat 0.025 N sampai jernih pertama kali
- dicatat ml Na-thiosulfat yang terpakai (ml titran)
- dihitung dengan rumus : V titran x N titran x 8 x 1000
V botol DO – 4








3.2.2 Pengukuran KUalitas Air
a. Parameter Fisika
*)Suhu

- dimasukkan ke dalam perairan, posisi membelakangi matahari
- diusahakan jangan sampai tersentuh dengan tangan secara langsung pada bagian air raksa
- ditunggu sampai air raksa berhenti pada skala tertentu selama 1-2 menit
- dilakukan pembacaan saat termometer masih di dalam perairan
- dicatat dalam skala oC


*)Kecepatan Arus

-diikat dengan tali rafia sepanjang 1m
- dimasukkan ke dalam perairan
- diikatkan dengan aliran arus masuk
- dilepaskan di perairan secara bersamaan dengan diukur waktunya menggunakan stopwatch
- ditunggu hingga tali 1 meter habis merenggang / lurus pertama kali
- dicatat waktu yang dibutuhkan pada saat merenggang
- dihitung dengan rumus V= s
t
t




*)Kecerahan

- dimasukkan secara perlahan ke dalam perairan hingga batas tidak tampak pertama
- dicatat sebagai D1 diberi tanda dengan karet gelang batas yang tidak tampak pertama kali
- dimasukkan kembali dalam perairan sampai benar-benar tidak terlihat
- ditarik pelan-pelan sampai tampak pertama kali kemudian diberi tanda dengan karet gelang sebagai D2
- dihitung dengan rumus d = d1 + d2
2

b. Parameter Kimia
*)PH (Potensial Hidrogen)

-dimasukkan dalam perairan
- ditunggu selama ±2 menit
- diangkat dari perairan
- dikibas-kibaskan sampai setengah kering
- dicocokkan dengan kotak standard
-dicatat nilai PH yang didapat








)CO2 (Karbondioksida)

-diambil 25ml dengan gelas ukur
- dimasukkan dalam Erlenmeyer 50 ml
- ditambahkan 1-2 tetes PP (Phenol Ptalein)
- dititrasi dengan Na2CO3 0,0454 N hingga warna larutan menjadi pink untuk pertama kali
- dihitung CO2 bebas = ml (titran) x N (titran) x 22 x 100/ml air sampel (mg/l)


*)Alkalinitas

-diambil 25 ml dengan gelas ukur
- dimasukkan dalam Erlenmeyer 50 ml
- didapat PH berdasarkan hasil pengamatan
- didapat PH<8,3
- dititrasi dengan larutan HCl 0,02 N dengan menggunakan indikator methyl orange sampai terjadi perubahan warna
- dihitung volume HCl 0,02 N yang digunakan dengan rumus
CaCO3 (mg/l) = V(HCl) x N (HCl) x 100 x 1000
ml air sampel 2







*)Ammonia (NH3)

-diambil sebanyak 12,5 ml dengan gelas ukur
- dituangkan pada Erlenmeyer 50 ml
- ditambah 1 ml pereaksi nessler, digoyang-goyangkan agar homogen
- dibiarkan beberapa menit agar terbentuk warna dengan sempurna
- diamati kandungan amonianya dengan menggunakan spektrofotometer dengan panjang gelombang 425 µm


*)Ortofosfat

-diambil dengan gelas ukur sebanyak 25 ml
- dimasukkan sampel air ke dalam Erlenmeyer 50 ml
- ditambahkan 1 ml amonium molybdat
- dihomogenkan dengan cara Erlenmeyer digoyang-goyangkan
- ditambahkan 3 tetes SnCl2 dan dihomogenkan
- dimasukkan dalam cuvet
- diukur menggunakan spektrofotometer dengan panjang gelombang 690 µm








*)Nitrat Nitrogen

-diambil sebanyak 25 ml dengan gelas ukur dan dituangkan ke dalam cawan petri
- dipanaskan hingga berbentuk kerak dan didinginkan
- ditambahkan 0,5 ml asam ferol disulfonik, diaduk dengan spatula
- diencerkan dengan 10 ml aquades
- ditambahkan dengan NH4OH sampai terbentuk warna
- diencerkan dengan aquades sampai 25 ml
- dimasukkan dalam cuvet
- diamati kandungan nitrogennya dengan spektrofotometer dengan panjang gelombang 410 µm

















)Oksigen Terlarut

- diukur dan dicatat volume botolnya
- dimasukkan dalam perairan dengan posisi miring ± 45o
- diisi perlahan dengan air, jangan sampai terjadi gelembung udara
- ditegakkan secara perlahan jika volume hampir penuh
- ditutup dalam perairan jika volume sudah penuh

-dibuka tutup botolnya
- ditambahkan 1 ml MnSO4 dan 1 ml NaOH + KI dan botol ditutup kembali
- dibolak-balik sampai terjadi endapan coklat
- dibiarkan sampai mengendap selama ± 30 menit
- dibuang air bening yang terdapat di atas endapan coklat dengan selang

-diberi 1 ml H2SO4 pekat
- dihomogenkan
-ditetesi dengan 3 tetes amilum
- dititrasi dengan Na – thiosulfat (Na2S2O3 ) 0,025 N sampai jernih pertama kali
- dicatat volume titran Na – thiosulfat yang terpakai
- dihitung dengan rumus DO = V (titran) x N (titran) x 8 x 1000 (mg/l)
V botol DO - 4





*)Total Organic Matter (TOM)

-diambil 25 ml air sampel dengan gelas ukur
- dimasukkan dalam Erlenmeyer
- ditambahkan 4,75 ml KMNO4 dari buret
- ditambahkan 5 ml H2SO4 (1:4)
- dipanaskan sampai suhu 85oC
- diangkat
- didiamkan sampai suhu 75oC
- diangkat
- didiamkan sampai suhu 65oC
- ditambahkan Na – oxalate 0,01 N sampai tidak berwarna
- dititrasi dengan KMNO4 hingga merah jambu/pink pertama kali
- dicatat volume titran (xml) awal
- dicatat volume titran (yml) akhir
- dihitung dengan rumus TOM = (x-y) x 3,16 x 0,01 x 1000 (mg/l)
ml air sampel











3.2.3 Penggunaan Spektrofotometer

- dihubungkan dengan adaptor pada sumber listrik
- dinyalakan tombol power
- ditunggu sampai ada tulisan method pada layar
- dimasukkan panjang gelombang
- ditekan enter
- ditekan match jika larutan dan panjang gelombang sesuai
- ditunggu sampai ada tulisan abc
- dimasukkan larutan aquades ke dalam lubang spektrofotometer untuk kalibrasi
- ditekan tombol zero
- ditunggu sampai “0,000”
- dimasukkan larutan yang akan diukur
- ditekan enter
- dicatat angka yang keluar pada layar













BAB IV
PEMBAHASAN


4.1 Data hasil pengamatan factor Fisika - Kimia
No Parameter Hasil
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11 Suhu
Kecepatan Arus
Kecerahan
pH
Oksigen Terlarut ( DO )
Karbondioksida ( )
Alkalinitas
Ammoniak Nitrogen
TOM ( Total Organic Matter )
Ortofosfat
Nitrat Nitrogen


8





0,36 ppm
0,055 ppm

4.2 Perhitungan - Perhitungan
a) Kecepatan arus






b) Kecerahan
= 100 m (kedalaman 1)
= 100 m (kedalaman 2)
Kecerahan . . . . ?
Jawab : Kecerahan =
= = 100
c) Salinitas = 0,001 ppt
d) pH = 8
e) Oksigen Terlarut (DO)
Diket :

N titran = 0,025 N
V botol DO = 310 ml
Tanya : DO . . . . ?
Jawab : DO =
=
=
d) Karbondioksida
Diket : ml titran =
N titran = 0,0454 N
ml air sample = 25 ml
Tanya : bebas . . . . ?
Jawab : bebas =
=
=
= 10,787
g) Alkalinitas
Diket :

N (HCl) = 0,02 N
ml air sample = 25 ml
Ditanya : . . . . ?

Jawab : =
=
=
h) Amonia Nitrogen
i) TOM
Diketahui :

y = 0,6
ml air sample = 25 ml
Tanya : TOM . . . . ?
Jawab : TOM =
=
=
= 20,224
j) Ortofosfat
Diketahui : y = 0,069
Tanya : Ortofosfat . . . . ?
Jawab : y = 0,9127x – 0,0074
0,069 = 0,9127x – 0,0074
0,9127x = 0,069 + 0,074
0,9127x = 0,143
x =
= 0,157 ppm ortofosfat
k) Nitrat Nitrogen
Diket : y = 0,058
Tanya : Nitrat Nitrogen . . . . ?


Jawab : y = 0,4747x – 0,0073
0,058 = 0,4747x – 0,0073
0,4747x = 0,058 + 0,0073
0,4747x = 0,0653
x =
= 0,137 ppm nitrat nitrogen


4.3 Analisa tiap parameter (Fisika dan Kimia )
4.3.1 Parameter Fisika
4.3.1.1 Suhu
Dalam pengukuran suhu perairan alat yang digunakan adalah thermometer Hg. Dimasukkan thermometer Hg kedalam perairan secara pelan –pelan dan diusahakan pada saat pengukuran dipegang ujung tali thermometer Hg jangan sampai tersentuh oleh tangan karena hal tersebut dapat berpengaruh pada thermometer akibat panas tubuh kita. Ditunggu 2 menit sampai air raksa berhenti pada skala tertentu, kemudian thermometer Hg diangkat dari perairan dan dibaca skala yang ditunjukkan.
4.3.1.2 Kecepatan Arus
Dalam pengukuran kecepatan arus digunakan botol air mineral, tali raffia 1m dan juga stopwatch. Dalam pengukuran ini botol air mineral diikat ujungnya dengan tali raffia 1m tersebut kemudian dihanyutkan ke dalam perairan dengan posisi yang sejajar tetapi ujung tali raffia tetap dipegang dan stopwatch dihidupkan hingga tali raffia tersebut menegang baru stopwatch dihentikan, sehingga kita dapat mencatat waktu yang duperlukan tali tersebut sampai menegang. Oleh karena itu kecepatan arus dapat dihitung dengan menggunakan rumus V= dimana S adalah panjang tali sedangkan t adalah waktu yang dihitung dengan stopwatch.
4.3.1.3 Kecerahan
Pengukuran kecerahan dapat digunakan alat yang disebut secchi disk. Masukkan secchi disk dalam perairan sampai tidak terlihat batas hitam dan putih yang pertama secara pelan – pelan dan ditandai dengan karet grlang dan dicatat sebagai d1. Kemudian secchi disk dimasukkan lagi dalam perairan sampai benar-benar tidak terlihat, selanjutnya diangkat perlahan hingga terlihat batas hitam dan putih pertama kali dan ditandai dengan karet gelang dan dicatat sebagai d2, sehingga dapat diukur kecerahan dengan rumus .
4.3.1.4 Salinitas
Alat yang digunakan untuk mengukur salinitas adalah refraktometer langkah pertama adalah dibuka tiutup kaca prisma pada refraktometer kemudian dikalibrasi dengan aquades agar netral. Selanjutnya dibersihkan bagian lensanya dengan menggunakan tissue secara searah. Ditetesi lensanya dengan air sampel, lalu ditutup kaca prismanya secara perlahan dan jangan sampai ada gelembung udara. Kemudian dilihat dengan diarahkan ke sumber cahaya dan dibaca skalanya disebelah kanan.

4.3.2 Parameter Kimia
4.3.2.1 Oksigan Terlarut ( DO )
Alat yang digunakan adalah botol DO, buret, statif, pipet tetes,selang. Bahan yang digunakan adalah air sampel, , NaOH +KI, pekat, amilum dan (0,025). Pertama yang dilakukan adalah dicatat volume botol DO. Dibuka volume botol DO kemudian dimasukkan ke dalam perairan secara perlahan – lahan dengan posisi miring dan jangan sampai ada gelembung yang masuk, setelah penuh botol ditutup, penutupan ini dilakukan dalam air.
Botol DO yang berisi air sampel dibuka, lalu ditambahkan 2 ml MnSO yang berfungsi mengikat oksigen dan ml NaOH+KI yang berfungsi membentuk endapan coklat dan melepas I2. Setelah itu dihomogenkan dan ditunggu hingga 30 menit sampai membentuk endapan coklat. Setelah membentuk endapan coklat, air yang bening yang terdapat diatas endapan dibuang dengan dengan menggunakan selang.lalu endapan coklat ditetesi 1-2 tetes pekat yang berfungsi melarutkan endapan dengan menggunakan pipet tetes dan dihomogenkan sampai karut. Kemudian ditetesi 3-4 tetes amilum dengan pipet tetes yang berfungsi untuk indicator warna ungu. Setelah itu di titrasi dengan Na-thiosulfat 0,025 N sampai terjadi warna bening pertama kali. Na-thiosulfat 0,025 N berfungsi sebagai titran dan mengikat I2 dan membentuk I2. Kemudian dicatat volume (0,025) yang digunakan. Kadar terlarut dapat dihitung dengan menggunakan rumus :

4.3.2.2 Karbondioksida ( CO2 )
Dalam pengukuran alat yang digunakan yaitu gelas ukur, erlenmeyer 50 ml, buret, statif, pipet tetes. Bahan yang digunakan antara lain air sampel, indicator PP, (0,0454 N ). Pertama yang dilakukan adalah mengambil air sampel sebanyak 25 ml dengan menggunakan gelas ukur lalu dimaskkan ke dalam Erlenmeyer 50 ml. ditetesi indicator PP 1-2 tetes sebagai indicator warna suasana basa, kemudian dititras dengan (0,0454 N ) sampai warna pink pertama kali dan dicatat volume yang digunakan. Sehingga dapat diukur dengan menggunakan rumus :



4.3.2.3 Alkalinitas
Dalam pengukuran alkalinitas alat yang digunakan yaitu gelas ukur, erlenmeyer 50 ml, buret, statif, pipet tetes. Bahan yang digunakan antara lain air sampel, metal orange dan HCl 0.02 ml. Pertama diambil air sampel sebanyak 25 ml dengan menggunakan gelas ukur lalu dimaskkan ke dalam Erlenmeyer 50 ml dan ditetesi 2 tetes indikator MO sebagai indikator suasana asam, lalu dititrasi dengan HCL 0,02 N sebagai penyuplai ion dan dicatat volume HCL 0,02 N yang digunakan. Dalam melakukan pengukuran alkalinitas harus dilihat dulu pHnya, jika lebih dari 8,5 maka ditetesi dengan indikator PP tapi jika kurang dari 8,3 maka ditetesi indikator MO. Untuk menghitung alkalinitas digunakan rumus :

4.3.2.4 Amonium Nitrogen
Dalam pengukuran amonium nitrogen alat yang digunakan yaitu gelas ukur, erlenmeyer 50 ml, pipet tetes, cuvet spektrofotometer dan rak. Bahannya yaitu aur sampel, pereaksi nessler, kertas label. Pertama diambil air sampel sebanyak 25 ml dengan menggunakan gelas ukur lalu dimaskkan ke dalam Erlenmeyer 50 ml. Kemudian di tambahkan 2 ml pereaksi nessler yang fungsiya mengikat ammonia, dihomogenkan dan dibiarkan beberapa menit sampai terbentuk warna dengan sempurna kemudian dimasukkan dalam cuvet dan diberi kertas label sesuai nama agar tidak tertukar. Selanjutnya diukur kadar amonianya dengan spektrofotometer dengan panjang gelombang 425 mm.
4.3.2.5 TOM
Dalam pengukuran TOM alat yang digunakan adalah gelas ukur, Erlenmeyer 100ml, statif buret, thermometer Hg, hot plate, sentrifuse, stirrer, pipet volum, pipet tetes, bola hisap, corong. Bahannya adalah air sample, KmnO , (1:4), Na. Oxalate (0,01 N). Langkah pertama ukur dan dimasukkan kedalam Erlenmeyer 50 ml. Kemudian ditambahkan 5 ml dengan menggunakan pipet volum tujuannya untuk pengkodisian asam dan mempercepat reaksi . selanjutnya dipanaskan didalam hot plate sampai suhu C, kemudian diangkat dan ditunggu sampai tidak berwarna, fungsi dari Na – oxalate adalah sebagai reduktor, kemudian ditritrasi dengan samapi berwarna pink yang pertama kali. Dicatat volum titran dan dihitung nilai TOM dengan menggunakan rumus :

Dimana x adalah volum titran air sampel dan y adalah volum titran untuk aquades.
4.2.3.6 Ortofosfat
Dalam pengukuran ortofosfat alat yang digunakan adalah cuvet, pipet tetes, gelas ukur, rak, erlenmeyer 50 ml, spektrofotometer. Bahan yang digunakan adalah air sampel, , amonium molybdat, kertas dengan gelas ukurkemudian dimasukkan dalam erlenmeyer 50 ml. Setelah itu ditambahkan amonium molibdat yaitu untuk mengikat mobdat lalu dihomogenkan. Kemudian ditetesi sebanyak 2 tetes sebagai indikator warna biru, dan dihomogenkan lagi. Setelah itu dimasukkan dalam cuvet dan diberi kertas label yang telah diberi nama agar tidak tertukar . Ditunggu sampai beberapa menit , kemudian diukur dengan panjang gelombang 690 dan dicatat sebagai nilai y, sehingga dapat dihitung dengan menggunakan Rumus y = 0,9127 x – 0,0074.
4.2.3.7 Nitrat Nitrogen
Alat – alat yang digunakan adalah cawan petri, curvet, bola hisap, spatula, beaker glass, pipet tetes, spektrofotometer. Bahannya yaitu aquades, kertas label, air sampel, asam fenol disulfonik, (1:1). Hal awal yang digunakan adalah untuk menyaring air sampel 12,5 ml lalu dimasukkan kedalam cawan petri. Setelah itu diuapkan diatas pemanas air sampai terbentuk kerak nitrat. Kemudian didinginkan dan ditetesi 0,5 ml asam disulfonik yang berfungsi melarutkan kerak nitrat kemudian diaduk dan diratakan dengan sepatula. Setelah itu dicerna dengan aquades sebanyak 5 ml dan ditambahkan (1:1) sampai terbentuk warna. Fungsi dari (1:1) yaitu untuk melarutkan lemak dari kerak nitrat. Kemudian dicerna lagi dengan aquades sampai 12,5 ml dan dimasukkan kedalam cuvet dan diberi label yang sudah diberi nama agar tidak tertukar. Lalu diukur dengan spektrofotometer dengan panjang gelombang dan dicatat sebagai nilai y,sehingga dapat dihitung dengan rumus : y = 0,4747x – 0,0073.
4.2.3.8 pH
Alat yang digunakan yaitu kotak standard dan bahannya adalah air sampel dan pH paper. Dicelupkan pH paper kedalam perairan dan ditunggu , lalu diangkat dan dikibas – kibaskan sampai setengah kering. Ditunggu beberapa saat sampai terlihat perubahan warna, kemudian dicocokkan warnanya dengan kotak standard, dan dicatat pHnya.
4.2.3.9 Spektofotometer
Langkah pertama spektofotometer dipencet powernya lalu ditunggu sampai 0 dan dicatat methodnya. Kemudian ditekan red enternya dan akan muncul angka, dicatat dan dicari panjang gelombangnya. Lalu spektofotometer dikali basi dengan larutan blanko lalu ditekan red – enter. Kemudian itu ditekan lagi clear – zero dan ditunggu sampai muncul angka 0,000 dan dikeluarkan larutan blangkanya. Pengkalibasian dilakukan setiap 2 kali pengukuran, setelah dikalibrasi larutan yang akan diukur kadarnya dimasukkan, lalu ditutup dan ditekan red-enter. Kemudian dibaca dan dicatat angka yang ditunjukkan pada spektofotometer.
4.4 Hubungan-Hubungan Antar Parameter
4.4.1 Suhu dan DO
Peningkatan suhu perairan sebesar 10o menyebabkan terjadinya peningkatan konsumsi oksigen oleh organisme aquatik sekitar 2-3 kali lipat. Peningkatan suhu disertai dengan penurunan kadar oksigen terlarut. Sehingga keberadaan oksigen seringkali tak mampu mengambil kebutuhan organisme untuk melakukan proses metabolisme dan respirasi (Effendi,2003).
4.4.2 Alkalinitas dan pH
Menurut Effendi (2003), nilai alkalinitasnya sangat dipengaruhi oleh pH, alkalinitas berperan sebagai sisitem penyangga (bufer) agar perubahan pH tak terlalu besar. Jadi kenaikan nilai alkalinitasnya diikuti dengan nilai peningkatan pH.
4.4.3 pH, Amonia dan Suhu
Amonia diperairan dapat menghilang melalui proses xolatisasi karena tekanan parsial amonia dalam larutan meningkat dengan semakin meningkatnya pH. Hilangnya amonia ke atmosfer juga dapat meningkat dengan meningkatnya kecepatan angin dan suhu (Effendi,2003).
4.4.4 Karbondiksida dan pH
Apabila pH dalam suatu aquarium dikendalikan oleh karbondioksida dan pH maka hubungan pH dan CO2 terlarut akan merupakan hubungan yang tetap (Anonymous,2009).
4.4.5 Orthofosfat, Suhu dan pH
Semua polifosfat mengalami hidrolisis pembentukam orthofosfat perubahan ini tergantung pada suhu, pada yang terletak pada titk didih. Perubahan ini polifosfat menjadi orthofosfat berlangsung cepat. Kecepatan arus meningkat dengan menurunnya pH, perubahan polifosfat menjadi orthofosfat pada air limbah yang mengandung bakteri berlangsung lebih cepat dibandingkan dengan perubahan yang terjadi pada air bersih (Effendi,2003).
4.4.6 kecerahan dan Padatan tersuspensi
Padatan tersuspensi berkonsentrasi posistif dengan kekeruhan semakin tinggi nilai padatan tersuspensi, tersispensi nilai kekeruhan semakin tinggi pula, akan tetapi yingginya padatan larutan tidak selalu diikuti dengan tingginya kekeruhan, misalnya air memiliki nilai kepadatan terlalu tinggi tidak berarti memiliki kekeruhan yang tinggi (Effendi,2003).
4.4.7 DO dan Parameter lain
Kecepatan difusi oksigen dari udara tergantung dari beberapa faktor seperti kekeruhan air, suhu, salinitas, pergerakan massa air dan udara seperti arus, gelombang dan pasang surut. Odum (1972), menyatakan bahwa kadar oksigen dalam air laut akan berubah dengan semakin rendahnya suhu dan berkurang dengan semakin tingginya salinitas.

Laporan Praktikum Plankton


.

1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Plankton adalah mikroorganisme yang ditemui hidup diperairan baik di sungai, waduk, danau maupun diperairan payau dan laut. Organisme ini baik dari segi jumlah dan jenisnya sangat banyak. Plankton merupakan salah satu komponen utama dalam sistem mata rantai makanan (food chain) dan jaring makanan (food web). Mereka menjadi pakan bagi sejumlah konsumen dalam sistem mata rantai makanan dan jaring makanan. Mikroorganisme (plankton) ini ada yang dapat bergerak aktif sendiri seperti bahwa hewan dan kita sebagai hewani (zooplankton) dan ada juga plankton yang dapat melakukan asimulasi (photosyntesis) seperti halnya tumbuhan. Kelompok ini disebut plankton nabati (phytoplankton). Plankton juga mempunyai kemampuan berkembang biak dengan cepat dan dapat dengan mudah dibudidayakan secara massal, sehingga tidak perlu dikhawatirkan mereka akan punah. (Rizky,2009)
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan dari materi Penggunaan Mikroskop adalah
- Menambah ketrampilan mahasiswa terutama dalam penggunaan mikroskop dan memelihara mikroskop
- Menambah kemampuan mahasiswa untuk menghitung luas bidang pandang
1.2.2 Tujuan dari materi Jenis dan Klasifikasi Plankton adalah
- Menambah pemahaman mahasiswa tentang jenis dan klasifikasi plankton
- Menambah ketrampilan mahasiswa dalam identifikasi plankton
1.2.3 Tujuan dari materi Kelimpahan Plankton adalah
- Menambah pemahaman mahasiswa tentang jenis dan kelimpahan plankton
- Menambah ketrampilan mahasiswa dalam menghitung kelimpahan plankton
1.2.4 Tujuan dari materi Pengumpulan Plankton adalah
- Menambah pemahaman mahasiswa tentang pengumpulan plankton
- Menambah ketrampilan mahasiswa terutama dalam penentuan lokasi dan pengambilan sampel plankton

1.3 Tempat dan Waktu
Pelaksanaan praktikum Planktonologi ini pertama dilakukan di Balai Benih
Ikan Jalan Mawar Putih 86 Sidomulyo Punten, Batu pada tanggal 16 November 2009 pukul 07.00 – 15.00 WIB.
Dan kedua dilakukan di Laboratorium Hidrologi gedung C lantai 1 Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, pada tanggal 21 November 2009 pukul 07.00 – 10.00 WIB



















2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Materi Pengumpulan Plankton
2.1.1 Parameter kualitas air dan faktor-faktor yang mempengaruhi kehidupan plankton :
2.1.1.1 Parameter fisika
 Suhu
Menurut Cholik. Etall (1996), suhu sangat berpengaruh terhadapproses kimiawi dan biologi. Kaidah umum menunjukkan bahwa reaksi kimia dan biologi meningkatkan lipat dua untuk setiap kenaikan suhu sebesar 10oC.Hal ini dapat diartikan bahwa jasad perairan akan menggunakan oksigen terlarut dua kali lebih banyak pada suhu lebih kritis dalam air bersuhu tinggi dibanding dengan yang rendah.
Pertumbuhan dari kehidupan biota budidaya sangat dipengaruhi suhu air. Umumnya batas-batas tertentu kecepatan pertumbuhan biota meningkat sejalan dengan naiknya suhu air. Sedangkan derajat kelangsungan kehidupan bereaksi sebaliknya terhadap kenaikan suhu (Kordi dan Andi, 2007).

 Kecerahan
Kecerahan adalah sebagian cahaya yang diteruskan kedalam air dan dinyatakan dalam persen dari beberapa panjang gelombang didaerah spectrum yang terlihat cahaya yang melampauilapisan sekitar 1 meter, jatuh agak lurus pada permukaan air. Kemampuan cahaya matahari untuk menembus sampai kedasar perairan dipengaruhi oleh kekeruhan (terbidity) air,kekeruhan dipengaruhi oleh (1) benda-benda halus yang disuspensikan seperti lumpur dan sebagainya,(2) adanya jasad-jasad renik (plankton) dan (3) warna air (Kordi dan Andi,2007).
Kecerahan air tergantung pada warna dan kekeruhan, kecerahan merupakan ukuran transparansi perairan yang ditentukan secara visual dengan menggunakan secchidisk (Effendi, 2003).

2.1.1.2 Parameter Kimia
 Oksigen Terlarut (DO)
Menurut Kordi dan Andi (2007) dilihat dari jumlahnya oksigen adalah satu jenis gas terlarut dalam air dengan jumlah sangat banyakyaitu menempati ukuran kedua setelah nitrogen. Namun jika dilihat dari segi kepentingan untuk budidaya perairan oksigen menempati urutan teratas, oksigen yang diperlukan biota air untuk pernafasannya harus terlarut dalam air. Oksigen merupakan salah satu factor pembatas sehingga bila ketersediaanya didalam air tidak mencukupi kebutuhan biota budidaya, maka senjata aktivitas biota akan terhambat.
Menurut Barnis (2005), sumber utama oksigen terlarut dalam air adalah penyerapan oksigen dari udara melalui kontak antara permukaaan air dengan udara dan dari proses fotosintesis selanjutnya air kehilangan oksigen melalui perlepasan dari permukaan ke atmosfer dan melalui kegiatan respirasi dari semua organisme air.

 Karbondioksida (CO2)
Menurut Kordi dan Andi (2007), karbondioksida (CO2) atau biasa disebut orang sangat mudah larut dalam suatu larutan. Pada umunya perairan alam mengandung karbondioksida sebesar 2mg/l. Pada konsentrasi yang tinggi (> 10mg/l), karbondioksida dapat beracun, karena keberadaanya dalam darat dapat menghambat pengikatan oksigen oleh hemoglobin.
Sumber karbon utama dibumi adalah atmosfer dan perairan, terutama lautan. Laut mengandung karbon lima puluh kali lebih banyak daripada karbon diatmosfer (Effendi,2003).

 pH
Menurut cholik. et all (1986). pH adalah ukuran dari konsentrasi ion hydrogen dan menunjukkan suasana air tersebut apakah bereaksi asam atau basa. Skala pH mempunyai deret 0-14 dan pH 7 adalah netral, berarti air tidak bersifat basa ataupun asam. Bila nilai pH dibawah 7 berarti air tersebut asam dan bila diatas 7 berarti basa. Secara alamiah, pH perairan dipengaruhi oleh konsentrasi karbondioksida dan senyawa bersifat asam. Fitoplankton dan tanaman air lainya akan mengambil karbondioksida dari air selama proses fotosintesis sehingga mengakibatkan pH air meningkat dari siang hari dan menurun pada waktu malam hari.
pH air mempengaruhi tingkat kesuburan perairan karena mempengaruhi kehidupan jasad renik. Perairan asam akan kurang produktif, malah dapat membunuh hewan budidaya pada pH rendah, kandungan oksigen terlarut akan berkurang (Kordi dan Andi,2007).

 TOM (total organic matter)
Menurut Sutrisno dan Suciastuti (2004), zat organic yang terdapat didalam air bias berasal dari :
- Alam, minyak tumbuh-tumbuhan, serat-serat minyak dan lemak hewan, alcohol, gula, pati, sellulose, dan sebagainya.
- Sintesa berbagai persenyawaan dan buah-buahan yang dihasilkan dari proses-proses dalam pabrik.
- Fermentasi, alcohol, aseton, glycerol, antibiotic,asam-asam dan sejenisnya yang berasal dari kegiatan mikroorganisme terhadap bahan-bahan organic. Adanya bahan organic erat dengan perubahan sifat fisik air seperti warna , bau, rasa dan kekeruhan itu sendiri, jasad mati merupakan sumber nutrisi jasad heterotrofik buangan berbentuk CO2, H2O,alcohol, asam asetat, NH, dan sebagainya. Beberapa digunakan sebagai sumber nutrisi jasad heterotrofik.

 Nitrat
Menurut Yuli dan Kusriani (2005), nitrat adalah sumber nitrogen dalam air laut maupun tawar. Bentuk kombinasi lain dari element isi bias tersedia dalam bentuk amonia, nitrit dan komponen organic. Kombinasi element ini sering dimanfaatkan oleh fitoplankton terutama kalau unsure nitrat terbatas. Pemanfaatan nitrat oleh fitoplankton mencakup konversi nitart menjadi amonia sebelum diasimilasi oleh material sel.
Menurut Barrus (2001), nitrat adalah merupakan zat nutrisi yang dibutuhkan oleh tumbuhan untuk dapat tumbuh dan berkembang.

 Phosphat
Pada perairan alami, phosphorus terdapat dalam bentuk terlarut baik dalam bentuk organic atau anorganik dan Orthophospat kelihatan merupakan sumber utama phosphorus. Sel fitoplankton dapat mengakumulasi phosphat jika nutrient tersedia dalam jumlah yang berlebih. Hal ini disebut “Luxury consumtion”, phosphat tersebut selanjunya akan dimanfaatkan kalau sumber juga bias dimanfaatkan oleh beberapa spesies fitoplankton selama defisiensi phosphat anorganik (Yuli dan Kusriani, 2005).
Menurut Dugon (1972) dalam Effendi (2003), fosfat merupakan bentuk fosfor yang dapat dimanfaatkan oleh tumbuh-tumbuhan. Fosfat yang berikatan dengan Ferri (Fe2(PO4)) bersifat tidak dan mengendap didsar perairan.

2.1.2 Faktor-faktor yang mempengaruhi kehidupan
A. Fitoplankton
 Fisika
1. Suhu
Aktivitas fotosintesis oleh fitoplankton bisa terjadi pada kondisi suhu yang ekstrim seperti habitat antarfik dengan suhu dibawah OoC dan tropical muaflat yang suhunya mencapai 30oC atau bahkan lebih. Pengamatan dilapangan memang menunjukkan fluktuasi yang mempunyai pola musiman yang dikontrol oleh temperature (Yuli dan kusriani,2005).

2. Kecerahan
Menurut Nantji (1986), fitoplankton bisa ditemui diseluruh masa air melalui dari permukaan laut sampai pada kedalaman dengan intensitas chaya yang memungkinkan terjadinya fotosintesis.
Banyaknya cahaya yang menembus permukaan laut dan menerangi lapisan permukaan laut setiap harridan perubahan intensitas dengan bertambahnya memegang perairan penting dalam menentukan pertumbuhan fitoplankton. (Rommimohtartodan Juwana, 2001).

 Kimia
1. pH
Kisaran pH untuk budidaya alga 7-9 dengan besaran yang optimal 8,2; 8,7 kegagalan dalam budidaya alga dapat disebabkan oleh kegagalan dalam mempertahankan pH media budidaya. Hal tersebut dapat diatasi dengan penggunaan aerasi (Ekawati,2005).
Secara alamiah pH perairan dipengaruhi oleh konsentrasi karbondioksida da senyawa yang bersifat asam. Fitoplankton dan tumbuhan air lainnya akan mengambil CO2 dari air selama proses fotosintesis, sehingga mengakibatkan pH air meningakat pada siang hari dan menurun pada malam hari (Wirawan, 1995).

2. Nitrat
Menurut Yuli dan Kusriani (2005), nitrat adalah sumber nitrogen dalam air laut maupun air tawar. Bentuk kombinasi lain dari element ini biasa tersedia dalam bentuk amonia, nitrit dan komponen organic. Kombinasi element ini sering dimanfaatkan fitoplankton terutama kalau unsure nitrat terbatas, nitrogen terlarut juga bisa dimanfaatkan oleh jenis blue green algae dengan fiksasi nitrogen. Pemanfaatan nitrogen oleh fitoplankton mencakup konversi nitart menjadi amonia sebelum diasimilasi oleh material sel. Oleh karena itu pengambilan komponen ammonium dalam pengukuran jauh lebih bermanfaat, sementara dari percobaan culture menunjukkan bahwa ammonium –N lebih disukai dalam bentuk nitrat, dan unsur nitrat ternyata tersedia dalam jumlah yang diperairan alami.
Menurut beberapa peneliti kadar N diperairan sangat kecil, umunya kurang dari 5 ppm, sedangkan batas minimal untuk tumbuh algae adalah 0,35 ppm. Nitrogen tidak selalu menjadi factor pembatas bagi semua algae, misalnya dari jenis diatome dan cyanophyceae walaupun unsure N ini merupakan bagian dari protoplasma jasad-jasad tersebut (Subahjanto,2005).

 Biologi
1. Substrat
Dalam budidaya fitoplankton, media kultur digunakan sebagai tempat bertumbuh dan berkembang biak. Menurut Suriawira (1985), susunan bahan baik bahan alami maupun bahan buatan yang digunakan untuk perkembangan dan berkembang biakan mikro dinamakan media. Media yang digunakan dalan budidaya fitoplankton berbentuk cair yang didalamnya terkandung beberapa senyawa kimia (pupuk) yang merupakan sumber nutrient untuk keperluan hidupnya. Selanjutnya menurut Chen J dan H. PC. Slaelye (1991) dalam Nelvy.D dan Sudjiharno (2002), pertumbuhan dan perkembangan fitoplankton memerlukan berbagai nutrient yang diabsorbsi dari luas (media). Hal ini berarti keterangan unsure mikro nutrient dan makro nutrient dalam media tumbuhnya mutlak diperlukan.

2. Kompetisi
Organisme akan mengadakan kompetisi satu sama lain dan hal ini menyebabkan kondisi interfisik dalam memenfaatkan, sumber energy maksimum. Biasanya digunakan untuk kapasitas reduksi yang berlebihan kelimpahan fitoplanktonadalah lebih sedikit dalam kolam 10-25% dibandingkan kolam 0 dan 5% menutupi kolam, kompetisi sejenis bunga baku dengan fitoplankton yang berhubungan dengan macrophytes lain untuk mengurangi efisiensi fitoplankton dalam kolam (Musa dan Yanuhar, 2006).

3. Predasi
Kontaminasi oleh bakteri protozoa atau spesies lain merupakan masalah yang serius dalam budaya mikroalga mono spesifik atau axenix (Ekawati, 2005).

B. Zooplankton
 Fisika
1. Suhu
Pemilihan suhu yang optimal untuk budidaya pada pembesaran tergantung dari tipe morfologinya, small type dan long type juga berbeda dalam kebutuhanya terutama suhu optimal untuk pertumbuhannya. Suhu optimal antara 15-25oC. pada umumnya peningkatan suhu didalam batas-batas optimal biasanya mengakibatkan aktivitas reproduksi juga meningkat (Ekawati, 2005).

2. Kecerahan
Kecerahan atau kekeruhan air disebabkan oleh adanya partikel-partikel liat lumpur atau lainya yang mengendap, akan merusak nilai guna dasar perairan yang merupakan daerah pemijahan dan habitat berbgai organism (Wirawan, 1992).
Banyaknya cahaya yang menembus permukaan laut dan menerangi lapisan permukaan air laut setiap hari dan perubahan intensitas dengan bertambahnya memiliki peranan penting dalam menentukan pertumbuhan fitoplankton (juga zooplankton yang ada didalamnya) (Rommimohtarto dan Juwono, 2001).

 Kimia
1. pH
Zooplankton biasanya banyak terdapat diperairan yang kaya bahan organic, zooplankton alam hidup pada pH > 6,6, sedangkan pada kondisi biasa yang optimal hidup pada kondisi pH 6-8 (Ekawait, 2005).
pH merupakan salah satu bagian dari factor yang sangat berpengaruh terhadap banyak tidaknya kelimpahan zooplankton disuatu perairan, adapun pH optimum yang baik untuk pertumbuhan atau kelimpahan zooplankton disuatu perairan alami adalah pH antara 6,2-8.6 (www.research.vi.oc.id, 2005).

2. DO (Oksigen Terlarut)
Porifera merupakan salah satu zooplankton yang dapat bertahan hidup di air dengan kadar oksigen terlarut yang rendah yakni 2mg/l. tingkat oksigen tertinggi dalam air budidaya tergantung apda suhu, salinitas, kepadatan, jenis makanan yang yang digunakan (Ekawati, 2005).

3. TOM
Menurut Barrus (2001), sebagian besar zooplankton menggantungkan sumber nutrisinya pada materi organic, baik berupa fitoplankton maupun detritus.

 Biologi
1. Substrat
Menurut Subahjanti (2005), zooplankton biasanya banyak terdapat diperairan yang kaya akan bahan organic karena sebagai makananya.
2. Kompetisi
Organisme yang mengadakan kompetisi satu sama lain dan hal ini menyebabkan kompetisi inter spesifik dalam memenfaatkan sumber energy maksimum, biasanya digunakan untuk kapasitas reproduksi yang berlebihan (Musa dan Yanuhar, 2005).
3. Predasi
Predasi adalah hubungan antara mangsa dan pemangsa (predator). Hubungan ini sangat erat sebab tanpa mangsa, predator tidak dapat hidup, sebaliknya predator juga berfungsi sebagai pengontrol populasi mangsa, seperti adanya zooplankton sebagai pemangsa fitoplankton yang ada diperairan (Pendamping praweda biologi, 2001).





2.2 Materi Penggunaan Mikroskop
2.2.1 Pengertian Mikroskop
Menurut Putra dan Permana (2000), mikroskop adalah peralatan yang digunakan untuk memperbesar gambaran objek atau specimen yang berukurab kecil
Bagian-bagian mikroskop dan fungsinya adalah :
- Okuler : sebagai pembesar objek 10 x ukuran sebenarnya.
- Tangkai : sebagai penyokong body.
- Body : sebagai tempat system lensa.
- Revolver : untuk membantu dalam memilih daya perbesaran
tertentu.
- Obyektif : untuk memperbesar objek.
- Meja preparat : untuk tempat objek dan slide mikroskop berfungsi
untuk memindahkan objek ketempat yang bisa
terlihat dengan jelas.
- Kondensor : untuk mengkondersasikan cahaya yang masuk
melalui mikroskop.
- Diafragma : untuk mengatur jumlah cahaya yang masuk
melalui kondensor
- Pengatur kondensor : untuk menaikkan atau menurunkan kondensor,
membantu untuk mengatur pemusatan cahaya ke
objek.
- Tombol pengatur
Focus : untuk mengatur secara kasar dan halus.
- Sumber cahaya : untuk menyediakan cahaya terang/putih untuk
melihat objek
- Kaki : untuk menyokong mikroskop dan juga untuk
membawa mikroskop
2.3 Materi jenis dan klasifikasi plankton
2.3.1 Pengertian plankton
Menurut yuli dan kusriani (2000) ,plankton adalah organisme hidup yang melayang dalam air laut atu air tawar dan pergerakannya secara pasif tergantung pada arus dan angin.
Plankton adalah biota yang hidup di pintaka pelagic dan mengapung, menghambat atau berenang sangat lemah, artinya mereka tidak dapat melawan arus plankton terdiri dari fitoplankton atu plankton tumbuhan dan zooplankton atau plankton hewan (rommimohtarto dan juwana)

2.3.2 Pengelompokan plankton
a. berdasarkan ukuran
menurut yuli dan juwano (2005), euplankton bisa di klasifikasi secara artifosial berdasarkan ukuran yaitu :
• Makroplankton :plankton yang ukurannya >3 mm
• Mikroplankton :plankton yang ukurannya < 3mm
• Nanoplankton :plankton yang tertangkap dengan net
plankton ukuran 25 sehingga diameternya
lebih kecil dari plankton 60 mikron.
b. Berdasarkan asal
menurut Herawati (1989) ,plankton bisa di klasifikasakan berdasatkam asal, yaitu:
• Aurogenetik plankton :plankton yang berasal dari perairan
sendiri
• Allogenetik plankton :plankton yang berasal dari perairan lain
c.Berdasarkan siklus hidup
Menurut Herawati (1989),Plankton bisa di klasifikasikan berdasarkan siklus hidup, yaitu:
• Holoplankton :plankton yang seluruh hidupnya tidak pernah
keluar dari sifatnya sebagai plankton
• Mesoplankton :plankton yang mempunyai karekteristik hanya
sementara saja dri siklus hidupnya bersifat
sebagai plankton
• Tycopalnkton :plankton yang sebagian siklus hidupnya sebagai
plankton dan setelah dewasa menjadi organism lain seperti sea bass
d. Berdasarkan Habitat
Menurut Herawati (1989), plankton dibedakan menjadi:
• Limnoplankton :jeni plankton yang hidup di parairan danau
• Rheopplankton :jenis plankton yang hidup di lingkungan sungai
• Haliplankton :jenis plankton yang hidup di laut
• Hipalmesoplankton :plankton yang hidup di daerah estuari.

• Hypapplankton :plankton yang hidup mendekat dasar
perairan
• Epiplankton :plankton yng hidup di zona eupotik
• Bathiplankton :plankton yang biasa hidup di daerah zona apothik
• Mesoplankton :plankton yang hidup di daerah zona disphotik
e.Berdasarkan jenis makanannya
menurut Herawati (1989), berdasarkan jenis makanannya plankton di bedakan menjadi 2 yaitu:
• Plankton tanaman disebut fitoplankton
• Zooplankton terdiri dari plankter yang makanannya bersifat holosit termasuk semua jenis semua planton hewani
2.3.3 Ciri-ciri plankton
a.phylum chlorophyta
menurut Herawati (1989), cirri chlorophyta antara lain:
 Berwarna hijau karena mempunyai proporsi pigmen pada chloroplas nya jauh lebih baik
 Tersebar luas paada daerah air stagner dari perairan tawar sampai kelaut tetapi lebih spesifik pada perairan tawar
 Reproduksinya secara seksual
 Dinding selnya bagain bawah terdiri dari selulosa yang dilapisi jaringan pectin
 Bisa menyebabkan blooming perairan jika mereka membentuk lapisan pectin dan tebal
b. Phylum Chyanophyta
Menurut Herawati (1989) cirri Cyanophyta antara lain:
 Mengandung pigmen kebiruan cphycocianin dan sering juga pigmen kemerahan
 Variasi warna disebabkan oleh clorofil ,care tonoid,phyloocoanin,plycococoid,dan kadang –kadang juga oleh pigmen sel serta refraksi warna oleh pseudova
 Tidak mempunyai membrane nucleus dan nukleous
 Reproduksi aseksual
 Sering menyebakan blooming perairan
 Hidup meleyang pda atau dekat permukaan
 Hidup secara berkoloni
 Jika mati menghasilkan bau busuk

c.Phylum Chryscphyta
Menurut Herawati ,cirri-ciri Chryscphyta antara lain:
 Bersift bentis atau bahkan arsial dan tertestial,sedangkan lainnya bersifat ephiphytic/epizopic
 Dapat berkembang cepat sebagai ,flora planktonik
 Merupakan tanaman satu sel
 Sel diatom terdiri dua bagian disebut value. Bagian atau atsas epiteca dan bagian bawah hypoteca
 Value mengandung silica
 Reproduksinya dengan cara pembesaran sel dan pembentukan spora
 Reproduksi seksual

d.Phylum Rhodophyta
Dalam selnya mempunyai dinding yang terdiri dari selulosa dan agar karagen.tidak pernah menghasilkan sel-sel berflagel.pigmen klorofil terdiri dari klorofil A dan P,pigmenn fikobilin terdiri dari fitoetrin dan tikosia yang sering disebut pigmen aksesoris.pigmen tersebut ada dalam kloroplas cadangan makanan berupa tepung holidea dan berada diluar klorofil.Reproduksi secara vegetative dilakukan dengan frekmentasi rhodophyta memberi bermacam-macam spora,dan pospora(spora seksual) sperta nektral, monopora ,tetrasporo, biospora, polispora (Davisi ,1995)

2.4 Materi Kelimpahan plankton
2.4.1 Tingkat kesuburan perairan
a.Kesuburan perairan berdasarkan kelimpahan fitoplankton
Menurut Ladner (1976) dalam wikepedia (2008) ada 3 pembagian
perairan berdasarkan kelipahan fitoplankton:
• Oligotrofik :0-2000 individu
• Mesotrofik :200- 15000 individu
• Eutrofik :15000 individu

b. Kesuburan perairan berdasarkan kelimpahan Zooplankton
Menurut Ladner (1976) ,dalam wikepedia (2008) ada 3 macam pembagian peralatan berdasarkan kelimpahan Zooplankton:
• Oligotrofik :1 individu
• Mesotrofik :1 – 500 individu
• Eutrofik :7500 individu
2.4.2 Indek Keragaman
Indek keragaman menurut Shanon wheirer (1949) dalam Djonthani(2000) :
H’ ~ in .pi
Dimana H’= indeks keanekaragaman
Pi=m/h
n₂= jumlah individu jenis kel 1
N=jumlah total individu
H’ < 2 ,3026 =keanekaragaman kecil dan kestabilan komunitas rendah
2 , 3026 H’ >6,9076 =keanekaragaman sedang dan kestabilan komunitas sedang

H’ > 6,9078 =keanekaragaman tinggi dan kestabilan komunitas tinggi

2.4.3 Indeks Domnasi
Indeks Dominasi (D) menurut Sinpson 1949
D= x 100 %
Dimana D = Indeks dominasi
n =jumlah individu jenis ke i
N = jumlah total Individu
D mendekati O tidak ada jenis yang mendominasi dan D mendekati terdapat jenis yang mendominasi (Njonthoni , 2008)























3. MATERI DAN METODE

3.1 MATERI PRAKTIKUM
3.1.1 Penggunaan Mikroskop
Materi praktikum adalah pengenalan penggunaan dan pemeliharaan mikroskop setelah dipakai serta mengetahui cara perhitungan luas bidang pandang. Mikroskop yang dipakai dalam praktikum ini adalah mikroskop cahaya binokuler dengan cahaya dari lampu listrik. Praktikum dilakukan diLaboratorium Hirologi Fakultas Perikanan dan Ilmu kelautan Universitas Brawijaya, Malang. Selama praktikum praktikan diharapkan mampu menggunakan mikroskop dengan baik dan benar.
3.1.2 Jenis dan Klasifikasi Plankton
Materi praktikum adalah identifikasi dan pengklasifikasian plankton. Identifikasi merupakan metode untuk mengetahui jenis atau spesies plankton ynag ada dalam perairan. Identifikasi merupakan metode kualitatif. Namun hal ini sangat penting jika ingin mengenal plankton lebih khusus, tidak seperti potensi umum seperti yang telah kita bicarakan terdahulu. Untukitu buku petunjuk identifikasi sangat diperlukan sekali terutama buku identifikasi untuk plankton didaerah tropik.
Selain itu pengalaman juga sangat diperlukan dalam melakukan identifikasi. Namun sebagai pengetahuan dasar, pada praktikum kali ini kita akan mengenal berbagai jenis plankton secara umum berdasarkan buku identifikasi seperti Needham prescult dan Davis.
3.1.3 Kelimpahan Plankton
Materi praktikum adalah metode penghitungan plankton pada pola distribusi kelimpahannya. Tempat pengambilan contoh bisa didapat dari kolam, tambak, laut, waduk atau danau. Sedangkan anialisa akan dilakukan diLaboratorium Hidrologi Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Brawijaya, Malang. Pada praktikum ini setiap praktikan diharapkan mampu untuk menghitung kelimpahan palnkton.
3.1.4 Pengumpulan Plankton
Materi praktikum adalah pengumpulan atau konsentrasi plankton dalam air dan mengukur parameter-parameter yang mempengaruhi kehidupan plankton. Tempat pengambilan sampel adalah diperairan tawar. Selama praktikum,praktikan diharapkan mampu mengoperasikan alat dan prosedur pengambilan sampel plankton
3.2 Fungsi Alat dan Bahan
 Parameter fisika
3.2.1 Suhu
Alat :
- Thermometer Hg : untuk mengukur suhu perairan
Bahan :
- Air Sampel : untuk bahan utama pengukuran yang akan diukur suhunya

3.2.2 Kecerahan
Alat :
- Secchi Disk : alat untuk mengukur kecerahan perairan
- Tali : untuk mengikat secchi disk
Bahan :
- Air Sampel : untuk bahan utama pengukuran yang akan diukur
kecerahannya

 Parameter kimia
3.2.3 Karbondioksida (CO2)
Alat :
- Gelas ukur : untuk menakar air sampel yang diambil sesuai takaran
- Erlenmeyer 250 ml : tempat air sampel yang akan direaksikan
- Pipet tetes : untuk mengambil dan meneteskan larutan
Bahan :
- Air Sampel : bahan utama yang akan diukur CO2 nya
- Indikator PP : sebagai indikator suasana basa
- Na2CO3 (0,0454 N) : indikator warna merah muda/pink dan mengikat CO bebas di
perairan menjadi 2NaHCO3.

3.2.4 Nitrat Nitrogen
Alat :
- Spektrofotometer : alat untuk mengukur kadar nitrat nitrogen
- cawan petri : tempat sampel yang diuapkan /tempat kerak
nitrat
- Pipet tetes : untuk mengambil dan meneteskan larutan
- Pipet volum : untuk mengambil aquades
- Bola hisap : alat bantu untuk mengambil larutan
- Beaker glass : tempat larutan yang direaksikan
- Gelas ukur : tempat untuk mereaksikan
- Spatula : untuk mengaduk larutan agar homogen
- Hotplate : memanaskan sampel
- Kertas saring : untuk menyaring
- Cuvet : tempat larutan yang akan diukur dalam
spektrofotometer
- Rak : tempat cuvet
Bahan :
- Asam Fenol Disulfonik : untuk melarutkan kerak nitrat
- Aquades : sebagai pereaksi/pengencer
- NH4OH (1:1) : untuk melarutkan lemak dan minyak dari kerak
nitrat
- Air Sampel : sebagai pembuatan kerak nitrat
- Kertas label : untuk memberi nama pada cuvet

3.2.5 pH
Alat :
- Stopwatch : untuk mengukur waktu
- Kotak pH : untuk mencocokkan warna pada kertas pH
Bahan :
- Kertas pH : untuk mengukur derajat keasaman (pH) dari suatu
perairan
- Air Sampel : untuk bahan utama pengukuran yang akan diukur
PHnya
3.2.6 Oksigen Terlarut (DO)
Alat :
- Botol DO : sebagai tempat air sampel yang akan diukur DOnya
- Buret : sebagai tempat larutan titran dan sebagai alat untuk
titrasi
- Statif : sebagai penyangga buret untuk titrasi
- Selang air : alat membuang cairan bening di atas endapan
- Pipet tetes : untuk mengambil dan meneteskan larutan
Bahan :
- Air Sampel : sebagai bahan utama yang akan diukur DOnya
- MnSO4 : mengikat oksigen
- NaOH+KI : melepas I2 dan membentuk endapan coklat
- H2SO4 pekat : pengkondisian asam dam melarutkan endapan
- Amilum : indiktor warna ungu
- N2S2O3 (0,025 N) : sebagai penitrasi dan mengikat I2 membentuk 2NaI

3.2.7 Orthophosfat
Alat :
- Erlenmeyer 250 ml : tempat air sampel yang direaksikan
- Pipet tetes : untuk mengambil dan meneteskan larutan
- Spektrofotometer : alat untuk mengukur kadar ortofosfat
- Cuvet : tempat larutan yang akan diukur dalam
spektrofotometer
- Rak : tempat cuvet
Bahan :
- Air Sampel : bahan utama yang akan diukur kadar
orthofosfatnya
- SnCl2 : sebagai indikator warna biru
- Ammonium molybdat : mengikat fosfat terlarut membentuk ammonium
phosphomolybdat
- Kertas label : untuk memberi nama pada cuvet


3.2.8 Pengambilan sampel plankton
Alat :
- Plankton net : untuk menyaring sampel plankton dari dalam kolam
- Botol film : untuk menampung sampel plankton dari dalam kolam
- Ember : untuk mengambil air dari kolam untuk disaring
diplankton net.
- Pipet tetes : untuk menenteskan larutan lugol pada sampel plankton
Bahan :
- Air kolam : sebagai bahan ynag diambil sampel planktonnya
- Lugol : untuk mengawetkan sampel plankton

3.2.9 Penggunaan mikroskop
Alat
- Mikroskop binokuler : untuk mengamati plankton
- Objek glass : untuk meletakkan sampel plankton yang akan diamati
- Cover glass : untuk menutup sampel plankton diatas objek glass
Bahan
- Air sampel plankton : sebagai bahan yang diamati planktonnya
- Aquadest : untuk membersihkan objek glass dan cover glass

3.2.10 Penggunaan preparat
Alat
- Nampan plastik : digunakan untuk wadah alat
- Objek glass : untuk meletakkan sampel plankton yang diamati
dibawah mikroskop
- Cover glass : untuk menutup sampel plankton diatas objek glass
- Pipet tetes : untuk meneteskan sampel plankton diatas objek glass
- Washing bottle : sebagai tempat aquadest
- Botol film : sebagai wadah sampel plankton
Bahan
- Air sampel plankton : sebagai bahan yang akan diamati planktonnya
- Aquadest : untuk memebersihkan objek glass dan cover glass
- Tissue : untuk mengelap cover glass dan objek glass

3.2.11 Pengamatan plankton dan perhitungan kelimpahannya
Alat
- Mikroskop binokuler : untuk mengamati plankton
- Objek glass : untuk meletakkan sampel plankton yang
diletakkan dibawah mikroskop
- Cover glass : untuk menutup sampel plankton diatas objek
glass
- Alat tulis : untuk mencatat hasil pengamatan
- Buku prescott : untuk mengidentifikasi jenis plankton yang
ditemukan
Bahan
- Air sampel plankton : sebagai bahan yang diamati planktonnya
- Aquadest : untuk membersihkan objek glass dan cover glass
- Tissue : untuk mengelap cover glass dan objek glass
- Kertas : untuk mencatat hasil pengamatan

3.3 Skema Praktikum

 Parameter kimia
3.3.1 Prosedur Pengambilan Sampel DO


- dicatat volumenya
- dimasukkan ke dalam air perlahan-lahan (45o), jangan sampai terjadi gelembung udara
- ditutup bila sudah terisi penuh tanpa ada gelembung dan penutupan dilakukan di dalam air

- dibuka tutup botol DO
- ditambahkan 2ml MnSO4
- ditambahkan 2ml NaOH + KI
- dibolak-balik sampai terbentuk endapan coklat
- ditunggu sampai 30 menit, sampai terlihat batas yang jelas antara endapan dengan aliran di atasnya
- dibuang air bening diatas endapan dengan selang
- ditambahkan 2ml tetes amilum
- dititrasi dengan Na-thiosulfat 0.025 N sampai jernih pertama kali
- dicatat ml Na-thiosulfat yang terpakai (ml titran)
- dihitung dengan rumus : V titran x N titran x 8 x 1000
V botol DO – 4

3.3.2 pH (Potensial Hidrogen)


-dimasukkan dalam perairan
- ditunggu selama ±2 menit
- diangkat dari perairan
- dikibas-kibaskan sampai setengah kering
- dicocokkan dengan kotak standard
-dicatat nilai PH yang didapat




3.2.3 Orthofosfat

Ortofosfa

-diambil dengan gelas ukur sebanyak 25 ml
- dimasukkan sampel air ke dalam Erlenmeyer 50 ml
- ditambahkan 1 ml amonium molybdat
- dihomogenkan dengan cara Erlenmeyer digoyang-goyangkan
- ditambahkan 3 tetes SnCl2 dan dihomogenkan
- dimasukkan dalam cuvet
- diukur menggunakan spektrofotometer dengan panjang gelombang 690 µm




3.3.4 Nitrat Nitrogen


-diambil sebanyak 12,5 ml dengan gelas ukur dan dituangkan ke dlm cwn
- dipanaskan hingga berbentuk kerak dan didinginkan
- ditambahkan 0,5 ml asam ferol disulfonik, diaduk dengan spatula
- diencerkan dengan 5 ml aquades
- ditambahkan dengan NH4OH sampai terbentuk warna
- diencerkan dengan aquades sampai 12,5 ml
- dimasukkan dalam cuvet
- diamati kandungan nitrogennya dengan spektrofotometer dengan panjang gelombang 410 µm







3.3.5 CO2 (Karbondioksida)


-diambil 25ml dengan gelas ukur
- dimasukkan dalam Erlenmeyer 50 ml
- ditambahkan 1-2 tetes PP (Phenol Ptalein)
- dititrasi dengan Na2CO3 0,0454 N hingga warna larutan menjadi pink untuk pertama kali
- dihitung CO2 bebas = ml (titran) x N (titran) x 22 x 100/ml air sampel (mg/l)



3.3.6 Suhu


- dimasukkan ke dalam perairan, dengan posisi membelakangi matahari
dan jangan sampai tersentuh dengan tangan secara langsung pada
bagian air raksa
- ditunggu sampai air raksa berhenti pada skala tertentu selama 1-2 menit
- dilakukan pembacaan saat termometer masih di dalam perairan
- dicatat dalam skala oC













3.3.7 Kecerahan


- dimasukkan secara perlahan ke dalam perairan hingga batas tidak tampak pertama
- dicatat sebagai d1 diberi tanda dengan karet gelang batas yang tidak tampak pertama kali
- dimasukkan kembali dalam perairan sampai benar-benar tidak terlihat
- ditarik pelan-pelan sampai tampak pertama kali kemudian diberi tanda dengan karet gelang sebagai d2
- dihitung dengan rumus d = d1 + d2
2


3.3.8 Pembuatan preparat
Air sampel dalam botol film
- dikocok
- diuka tutup botol film
- diambil dengan pipet tetes
- diteteskan pada objek glass sebanyak 1 tetes
- ditutup cover glas dengan kemiringan 450
- diamati dibawah mikroskop
Hasil
3.3.9 pengambilan sampel plankton
Botol film
- dipasang pada plankton net no 25
- diambil air sampel kolam dengan sampler ukuran 5 liter
- disaring dengan plankton net
- diberi alkohol sebanyak 3-4 tetes
- diberi label
Hasil
3.10 Penggunaan mikroskop
Mikroskop
- objek glass dan cover glass dibersihkan dengan aquadest
- dikeringkan dengan tissue secara searah
- diambil botol film yang berisi plankton dan dikocok
- dibuat preparat plankton demgan mengambil sampel dari botol film dengan pipet tetes
- diteteskan pada objek glass sebanyak 1 tetes
- ditutup cover glass dengan sudut 450
- diletakkan dibawah mikroskop
- dinyalakan lampu mikroskop
- diatur fokusnya dengan perbesaran 400x
- diamati organisme plankton
- dihitung luas bidang pandang dengan rumus LBP=1/4 .d2
Hasil
3.3.11 pengamatan plankton dan perhitungan kelimpahannya
Preparat
- diletakkan dibawah mikroskop dengan lensa objektif 400x
- ditempatkan dibawah lensa okuler dengan memutar revolver
- lampu dalam mikroskp dinyalakan
- diatur fokus mikroskop dengan perbesaran 400x
- dilihat gambar plankton pada bidang pandang 1-5
- digambar bentuk plankton,ditulis ciri-ciri serta dicatat jumlah plankton
- diidentifikasi dengan buku prescott (1970)
- dihitung kelimpahan plankton dengan rumus N= T X V
L X V X P X W
Hasil


3.3. Analisa Prosedur
3.3.1. Parameter Kualitas Air
a. Parameter Fisika
1. Suhu
Disiapkan alat yang digunakan untuk pengukuran suhu yaitu thermometer Hg. Thermometer dimasukkan dalam perairan dengan membelakangi matahari agar tidak ada pengaruh suhu dari panas matahari. Ketika memegang thermometer harus pada tali yang ada di ujung thermometer, dengan tujuan agar suhu tubuh tidak mempengaruhi pengukuran suhu di perairan. Setelah dimasukkan ke dalam perairan, ditunggu selama ± 2 menit sampai air raksa yang ada dalam thermometer berhenti. Kemudian dicatat suhu yang diperoleh dalam satuan °C. Pengukuran suhu dilakukan 3 kali yaitu pada pukul 07.58, 10.52, dan 14.20.
2. Kecerahan
Disiapkan alat yang digunakan dalam pengukuran kecerahan yaitu secchi disk. Tali pada secchi disk dipegang dan secchi disk dimasukkan ke dalam perairan secara perlahan sampai tidak terlihat pertama kali, diukur dengan penggaris dan dicatat sebagai d1. kemudian secchi dish dimasukkan lebih dalam lagi sampai benar-benar tidak tampak sama sekali dan diangkat kembali secara perlahan sampai terlihat pertama kali, diukur dengan penggaris dan dicatat sebagai d2. Selanjutnya dihitung dengan menggunakan rumus d1 + d2/2 dan hasilnya dicatat dalam satuan meter. Pengukuran kecerahan dilakukan 3 kali yaitu pada pukul 07.58, 10.52, dan 14.20.
b. Parameter Kimia
1. Oksigen Terlarut (DO)
Disiapkan alat dan bahan yang digunakan dalam pengukuran DO. Pertama kali dicatat volume botol DO. Kemudian botol DO dimasukkan dalam perairan secara perlahan dan dengan posisi miring agar memudahkan pengambilan air dan diusahakan tidak ada gelembung udara yang masuk dalam botol, karena gelembung udara dapat mempengaruhi nilai DO. Setelah botol DO penuh, lalu ditutup pada saat botol DO masih berada dalam air agar tidak ada udara yang masuk ke dalam botol DO.
Selanjutnya botol DO yang berisi air sampel dibuka tutupnya dan diberi MnSO4 sebanyak 2 ml (44 tetes) untuk mengikat O2 terlarut dalam air dan NaOH + KI sebanyak 2 ml (44 tetes) untuk membentuk endapan coklat dan melepas I2. lalu dibolak-balik agar homogen. Setelah itu didiamkan selam 30 menit sampai terdapat endapan coklat di dasar dan cairan bening di atas endapan.
Kemudian air bening dibuang. Setelah itu, endapan tersebut diberi H2SO4 sebanyak 2 ml (44 tetes) untuk melarutkan endapan coklat. Kemudian diberi 3 tetes amilum yang berfungsi sebagai indikator suasana basa, lalu dihomogenkan dan dititrasi dengan Na2S2O3 0,025 N untuk mengikat I2 sampai jernih pertama kali. Dicatat volume awal dan akhir titran, kemudian dihitung DO dengan rumus
DO (mg/l) = V(titran) x N (titran) x 1000 x 8
V(botol DO)- 4
Hasilnya dicatat dengan satuan mg/l. Pengukuran DO dilakukan 3 kali yaitu pada pukul 07.58, 10.52, dan 14.20.
2. Karbondioksida (CO2)
Disiapkan alat dan bahan yang digunakan dalam pengukuran CO2. Air sampel diambil dan dimasukkan dalam botol aqua 600 ml. Kemudian diukur sebanya 25 ml dengan menggunakan gelas ukur 50 ml. Lalu dimasukkan dalam Erlenmeyer 100 ml dan diberi PP (Phenol Ptalein) sebanyak 3 tetes sebagai indicator suasana basa. Bila air tidak berubah warna menjadi pink menandakan ada kandungan CO2 nya, lalu dititrasi dengan Na2SO3 0,0454 N yang berfungsi untuk mengikat CO2 bebas sampai tampak warna pink pertama kali. Dicatat volume awal dan akhir titran dan kemudian dihitung dengan rumus
CO2 (mg/l) = V(titran) x N(titran) x 22 x 1000
ml air sampel

hasilnya dicatat dalam satuan mg/l. Pengukuran CO2 dilakukan 3 kali yaitu pada pukul 07.58, 10.52, dan 14.20.
3. pH
Disiapkan alat dan bahan yang digunakan dalam pengukuran pH. Diambil air sampel dan dimasukkan dalam botol aqua 600 ml. Lalu pH paper dicelupkan dalam air sampel tadi dan ditunggu ± 2 menit. Setelah itu dikibas-kibaskan sampai setengah kering, karena bila masih basah akan sulit dicocokkan warnanya dengan warna yang ada di kotak standart. Kemudian dicocokkan pada kotak standart dan dicatat hasilnya. Pengukuran pH dilakukan 3 kali yaitu pada pukul 07.58, 10.52, dan 14.20.
3.3.2. Pengambilan Sampel Plankton
Disiapkan alat dan bahan yang digunakan dalam pengambilan sampel plankton. Botol film dibuka dan dimasukkan pada lubang plankton net dan diikat dengan karet. Lalu air sampel diambil dengan ember (1 ember = 5 L). Selanjutnya, air yang ada dalam ember disaring menggunakan plankton net. Pada saat air disaring, plankton net diputar-putar agar plankton dapat tersaring. Kemudian setelah botol film terisi plankton, ditambahkan larutan lugol sebanyak 7 tetes sebagai bahan pengawet, digunakan lugol karena ketahanan untuk mengawetkan sampel plankton sangat baik. Selain itu, ditandai dengan kertas label agar tidak tertukar. Selanjutnya sampel disimpan dalam kotak cool box. Pengambilan sampel plankton ini dilakukan selama 3 kali yaitu pada pukul 07.58, 10.52, dan 14.20.
3.3.3. Penggunaan Mikroskop
Disiapkan alat dan bahan yang diperlukan. Pertama kali objek glass dan cover glass dikalibrasi dengan aquadest agar tidak terkontaminasi kotoran dari luar dan dikeringkan dengan tissue. Cara membersihkan dengan tissue yaitu tissue digosokkan searah agar serabut-serabut tissue tidak menempel pada objek glass dan cover glass. Sebelum mengambil sampel, botol film dibolak-balik dahulu agar homogen, kemudian diambil 1 tetes air sampel plankton dengan menggunakan pipet tetes dan diteteskan pada objek glass, lalu ditutup dengan cover glass. Tahap selanjutnya yaitu mikroskop binokuler yang sudah dihubungkan dengan sumber listrik dinyalakan dan preparat yang sudah siap tadi diletakkan di atas meja mikroskop. Kemudian diatur focus pembesaran 100X hingga pengatur kasar dan halus. Setelah didapat focus yang baik, lalu diamati luas bidang pandangnya dimana ada d1 dan d2 dan dimasukkan dalam persamaan LBP = ¼ Π d².
3.3.4. Pembuatan Preparat
Disiapkan semua alat dan bahan yang diperlukan. Pertama kali objek glass dan cover glass dikalibrasi dengan menggunakan aquadest agar tidak terkontaminasi kotoran dari luar dan dikeringkan dengan tissue. Cara membersihkan dengan tissue yaitu tissue digosokkan searah agar serabut-serabut tissue tidak menempel pada objek glass dan cover glass. Sebelum mengambil sampel, botol film dibolak-balik dahulu agar homogen, kemudian diambil 1 tetes air sampel plankton dengan menggunakan pipet tetes dan diteteskan pada objek glass, lalu ditutup dengan cover glass. Cara menutup objek glass dengan cover glass adalah cover glass dimiringkan 45° agar tidak ada gelembung udara dalam preparat. Dan hasilnya diperoleh preparat yang siap diamati dengan mikroskop.
3.3.5. Pengamatan Plankton
Disiapkan alat dan bahan yang diperlukan. Setelah preparat sudah siap, tahap selanjutnya adalah pengamatan plankton. Pengamatan plankton dilakukan pada bidang pandang 1 sampai bidang pandang 5 dimana letak dari bidang pandang 1 sampai 5 digambarkan seperti dibawah ini



Pada masing-masing bidang pandang dicari planktonnya. Bila sudah ditemukan, diamati dan digambar bentuk plankton, warna, dan cirri-ciri lainnya. Setelah itu diidentifikasi denagn menggunakan buku Presscott (1970).
3.3.6. Penghitungan Kelimpahan Plankton
Disiapkan alat dan bahan yang dibutuhkan. Setelah pembuatan preparat dan pengamatan plankton, tahap selanjutnya adalah menghitung kelimpahan plankton dengan mengamati jumlah plankton pada setiap bidang pandang mulai dari bidang pandang 1 samapi dengan bidang pandang 5. Setelah itu, dihitung kelimpahan planktonnya dengan persamaan Lacky Drop :
N = T x V x N
L x V x P x W
kemudian hasilnya dimasukkan ke dalam data pengamatan.

4. DATA HASIL DAN PEMBAHASAN
Waktu Pengamatan Warna Kecerahan Suhu CO2 DO pH
07,08




10,52



14,20
Coklat kekuning – kuningan


Coklat Kehijauan


Hijau 41m




38,25m



26,5 245 ◦c




27 ◦c



27 ◦c 0















8




8



8

NO Gambar Perbesaran Klasifikasi Gambar literatur
1







2











3









4







5






6







7







8









9







10







11







12







13







14










15







16








17

















































100x







100x










100x










400x







400x






400x







400x







400x









400x










400x







400x







400x







400x







400x










400x







400x









400x P :Chrycophyta
SP :Xanthophaceae
O : Mischceater
F:Pleurochrnidaceae
G : Tetradriella
S:Tetradriella gigar


P :Chrycophyta
SP :Xanihopycea
O :Mischoccales
F:Pleurochlo clasceae
G :Batrydiopsis
S:Batridiopsis archirabazi





P : Chrycophyta
SP :Bacillario Phycea
O : Pennales
F :Pleurochlori Daiceae
G : Amphipluceae
S :Amphipluceae pehiada





P : Chrycophyta
SP : Bacillarriophyceae
O :Pewrinates
F :Fragilariaceae
G :Ophipora
S :Ophipora Marly


P :Chrycophyta
SP:Chloro
O:Pyraminoceae
G:Spareliopsil
S:Sphareliupsis gleacyfams


P:chrycophyta
SP:Chlorophyceae
O:Volvocales
F:Chlumyclomonadace
G:Haematococus
S:Haematococus Lawstris


P: chrycophyta
SP:Bacillariophyceae
O:Pennales
F:Nitzchloeae
G: -
S:Nirzchia Sp


P: chrycophyta
SP:Chroococcales
O: -
F: chroococacae
G:Aphanocapsa
S:Aphanocapsa Grevillei



P: chrycophyta
SP:Chlorophyceae
O:Volvocales
F:Clamyo Lonionadaceae
G:Polytoma
S:Poltoma Obtosuni






P: chrycophyta
SP: -
O:Oscillatoriaceae
F:Oscillatoriaceae
G:Borzia
S:Borzia intoclares


P: chrycophyta
SP:-
O:Nostocalles
F:Loriellaceae
G:Collurenema
S:collurenamal Runebve


P: chrycophyta
SP: -
O:Oscillatoriates
F:Oscillatoriaceae
G:Rumeria
S:Rumeria Elagans


P: chrycophyta
SP:-
O:Chumaesiphonales
F:Pleurorapsaceae
G:Myxasarana
S:Myxosarana amethydina


P: chrycophyta
SP: -
O:Nortucales
F:Scylon mataceae
G:Desmonepa
S:Desmonema Wrangeli





P: chrycophyta
SP:Chlorophyta
O:Chlorococales
F:Cooomgxaleae
G:Ourococucus
S:ourococcus Bicuudetus


P: chrycophyta
SP: -
O: Chruocaccales
F: chroocacaceae
G: Synethocuccus
S:Synechoecus Aerugenosus





P: chrycophyta
SP: -
O:Wosrucales
F:Rinulariaceae
G:Colothrix
S:Calotrix Sp





































4.1.4. Data Perhitungan Kualitas Air dan Kelimpahan Plankton
a. KECERAHAN
PUKUL 07.58 WIB


PUKUL 10.52


PUKUL 14.20


b. KARBONDIOKSIDA ( CO2 )
PUKUL 07.58


= 0 mg/l


PUKUL 10.52


PUKUL 14.20




c. DISSOLVED OXYGEN ( DO )
PUKUL 07.58




PUKUL 10.52




PUKUL 14.20




PERHITUNGAN KELIMPAHAN PLANKTON




MENGGUNAKAN RUMUS MODIFIKASI LUCKY DROP


a. PUKUL 07.58













b. PUKUL 10.25



c. PIKUL 14.20








RUMUS

a. PUKUL 07.58





b. PUKUL 10.25


c. PUKUL 14.20







RUMUS INDEKS DOMINASI


a. PUKUL 07.58












b. PUKUL 10.52



c. PUKUL 14.20













RUMUS INDEKS KERAGAMAN


a. PUKUL 07.58













b. PUKUL 10.5





c. PUKUL 14.20













4.2 Pembahasan
4.2.1 Keadaan Umum Lokasi Praktikum (Lingkungan Fisik)
Pada Kelompok 7, lokasi praktikum yang digunakan adalah kolomnya persegi panjang warnanya coklat kekuning-kuningan, airnya tergenang, ada ikannya, ada rumput serta ada pohonnya.
Untuk data pengamatan kualitas air pada kolam semipermanen pada kelompok 240C, Karbondioksidanya bernilai 0 (terikat), nilai DO nya 4,67 dan pHnya yaitu 8. Untuk pengamatan pada pukul 10.52 warna perairan kolamnya yaitu coklat kehijauan. Kecerahannya mencapai 38.25 cm suhunya mencapai 270C, karbondioksidanya 27,97, nilai DOnya 8,6 dan phnya 8. Untuk pengamatan pada pukul 14.20 warna perairan kolamnya yaitu hijau, kecerahannya mencapai 26,5 cm suhunya 270C, karbondioksidanya 39,9, nilai DOnya yaitu 7,1 dan pHnya 8.


4.2.2 Lingkungan Biologi
4.2.3 Kelompok 7 melakukan pengamatan pada kolam semipermanen yang mempunyai kedalaman 55 cm. Bentuk kolam persegi panjang, warna perairannya yaitu coklat kekuning-kuningan airnya tenang. Pada kolam tersebut ada ikannya, disekitar kolam ada tanaman serta rumput dan pohon, yang keadaannya sangat subur.
4.2.4 Keadaan Umum BBI Punten
Balai Benih Ikan Punten terletak di daerah Punten, Kota Batu. Balai Benih Punten merupakan balai dengan menggunakan kolam tradisional, semiparmanen dan permanent ikan yang dibudidayakan banyak golongan ikan mas, ikan koki, ikan nila, dan ikan air tawar lainnya. Lingkungan pada Balai Benih Punten sangat strategis karena dekat dengan sumber air terutama air tawar. Pembenihan pada Balai Benih Ikan Punten ada yang secara tradisional, semi intensif maupun intensif ini terlihat kolam yang digunakan pada balai tersebut.
4.2.5 Deskripsi Stasiun Pengamatan
Pengamatan dilakukan pada kolam semipermanen di Balai Benih Ikan, Punten, Batu Kolam pengamatan berbentuk persegipanjang, dengan warna perairan coklat kekuning-kuningan airnya tenang. Disekeliling kolam dikelilingi oleh rumput-rumput yang tumbuh secara bebas. Kolam tersebut mempunyai kedalaman 55 cm.
4.2.6 Hubungan Parameter Kualitas Air Terhadap Kelimpahan Plankton
a. Parameter Fisika
1. Suhu
Pada pukul 07.58 suhu bernilai 240C, pada pukul 10.52 bernilai 270C dan pada pukul 14.20 tetap 270C. Dari data ini terjadi akibat keadaan cuaca yang berubah atau mengalami kenaikan suhu, dari pagi hingga siang yang suhunya semakin naik.
Suhu sangat berperan mengendalikan kondisi ekosistem perairan. Organisme aquatik memiliki keceraan suhu tertentu (Batas atas dan Batas bawah) yang disukai bagi pertumbuhannya, misalnya olga dari phylum cheorophyta dan dialam akan tumbuh dengan baik pada kisaran suhu berturut-turut 30-350C dari 20-300C. Pylum Chyanophyta telah dapat bertoleransi terhadap kisaran suhu tinggi dibandingkan dengan Cholorophyta dan diatom (Effendi, 2003).
Selain peningkatan suhu juga mengakibatkan peningkatan metabolisme dan respirasi organisme air dan selanjutnya mengakibatkan peningkatan konsumsi oksigen. Peningkatan suhu juga menyebabkan peningkatan dekompisisi bahan organik oleh mikroba. Kisaran suhu optimum bagi pertumbuhan fitoplankton diperairan adalah 20-300. (Effendi, 2003).
2. Kecerahan
Pada pukul 07.58 kecerahan kolam 41 cm, pukul 10.52 kecerahan kolam 38.2 cm pada pukul 14.20 kecerahan kolam 26,5 cm. Dari data terlihat bahwa terjadi penurunan kecerahan pada pukul 10.52 dikarenakan kurangnya cahaya matahari yang masuk kedalam perairan. Dalam kecerahan kecerahan ini, fitoplankton bias tumbuh dengan baik karena cahaya bisa optimal diserap oleh fitoplankton untuk berfotosintesis. Namun menurut Ghufron (2003).
Kecerahan air tergantung pada warna dan kecerahan. Kelimpahan plankton yang dominan diperairan tumbuh erat hubungannya dengan tingkat kecerahan air. Kelimpahan yang terlalu tinggi dan jenis plankton yang merugikan akan sangat membahayakan bagi organisme perairan. Warna air berkaitan dengan dominant jenis plankton tertentu harus bermuara pada kondisi diperairan tersebut (Anonymous, 2009).
b. Paramater Kimia
1. pH (Poisioning Hidrogen)
pH air mempengaruhi tingkat kesuburan perairan karena mempengaruhi kehidupan jasad renik. Perairan asam akan kurang produktif, malah dapat membunuh hewan budidaya. Pada pH rendah (keadaan tinggi) kandungan okigen terlarut akan berkurang, Sebagai akibat konsumsi oksigen menurun, Akibatnya pernapasan naik dan selera makan akan berkurang. Sebaliknya pH tinggi menyebabkan peningkatan kadar ammonia, sehingga secara tidak langsung membahayakan biota perairan. pH tinggi (9,0 – 9,5) kadang-kadang terjadi ditambak-tambak pada siang hari dan biasanya dibarengi dengan ledakan plankton (Plankton biomin), (Kordi dan Tancung, 2007).
2. DO (Disolved Oxygen)
Biota air membutuhkan okigen guna pembakaran bahan bakarnya (makanan untuk menghasilkan aktivitas, seperti aktivitas berenang, pertumbuhan, reproduksi dan sebaliknya. Oleh karena itu ketersediaan oksigen bagi biota air untuk hidup dengan baik adalah 5 ppm (Pordi dan Tancung, 2007).
Penggunaan alat Bantu dalam penanganan konsentrasi okigen terlalu rendah juga dapat diperkecil melalui pengaturan pembenihan pakan biasanya diikuti dengan proses pembusukan yang memanfaatkan oksigen dalam dan air dan hasil akhirnya berupa bahan organik yang merupakan pupuk bagi fitoplankton (Kardi dan Tancung, 2007).
Dari hasil pengamatan kelompok 7 memperoleh hasil sebagai berikut pukul 07.58 DO nya 4,67 mg/l, pukul 10.52 DO nya 10.52 Do nya 8,6 mg/l, pukul 14.20 DO nya 7,1 mg/l. Kadar okigen dalam air ini sangat baik pada perairan kolam, dan bagi organisme didalamnya yang berkembangbiak pada kolam tersebut.
3. Karbondioksida (CO2)
Karbondioksida merupakan gas yang dibutuhkan oleh tumbuh-tumbuhan air renik (pitoplankton) maupun tingkat tinggi untuk melakukan fotosintesis meskipun peranan karbondioksida sangat besar bagi organisme air, namun kandungan yang berlebihan sangat mengganggu, bahkan menjadi racun fotosintesis dari fitoplankton akan mengambil karbondioksida pada siang hari, sedangkan respirasi tanaman akan menghasilkan karbondioksida pada malam hari. Kadar karbondioksida sebesar 5 ppm didalam air masih dapat ditoleransi oleh hewan air termasuk zooplankton asalkan kadar oksigennya cukup tinggi (Kardi dan Tancung, 2001).
Menurut Effendi (2003) bahwa perairan yang diperuntukkan kadar karbondioksida bagi kepentingan perikanan kurang dari 5 mg/l.
Dari data pengamatan kelompok 7 diperoleh nilai sebagai berikut : pukul 07.58 memperoleh nilai 0 mg/l, pukul 10.52 memperoleh 27,97 mg/l, pukul 14.20 memperoleh nilai 39,9 mg/l. Menurut Kardi dan Tancung, (2007). Kadar karbondioksida 50-100ppm dapat mematikan hewan air. Jadi kadar CO2 pada siang hari dan sore hari masih dapat ditoleransi yaitu 23,97 mg/l dan 10,56 mg/l.
4. Phospot
Berdasarkan kadar fosfat total, perairan diklasifikasikan menjadi 3 bagian yaitu perairan tingkat kesuburan rendah (0-0,2 mg/l) Perairan dengan tingkat keseburan sedang (0,021-0,05 mg/l) dan perairan dengan tingkat kesuburan tinggi (0,051-0,1 mg/l) (Low dalam Effendi, 2003).
Kadar fosfat yang diperkenankan bagi kepentingan air minum adalah 0,2 mg/l dalam bentuk fosfat (PO4) kadar fosfat pada perairan alami berkisar untuk 0,005-0,02 Mg/l. Keberadaan fosfat secara berlebihan yang disertai dengan keberadaan nitrogen dapat menstimular pedakal pertumbuhan alga diperairan (alga bloman).
Algae berlimpah ini dapat membentuk lapisan pada permukaan air selanjutnya dapat menghambat penetrasi oksigen dan cahaya matahari sehingga kurang menguntungkan bagi ekosistem perairan (Effendi, 2003).
5. Nitrat
Nitrat (NO3) adalah bentuk utama nitrogen diperairan alami dan merupakan nutrient utama bagi pertumbuhan tanaman dan algae. Nitrat nitrogen sangat mudah larut dalam air dan bersifat stabil. Nitrifikasi merupakan proses oksidasi ammonia menjadi nitrit dan nitrat adalah proses yang paling penting dalam siklus nitrogen dan berlangsung pada kondisi aerob. Oksidasi ammonia ini menjadi nitrit dilakukan oleh bakteri Nitrosomonas dan oksidasi nitrit menjadi nitrat dilakukan oleh bakteri nitro bakteri (Effendi, 2003).
Kadar nitrat nitrogen pada perairan alami hampir tidak pernah lebih dari 0,1 mg/l. Kadar nitrat lebih dari 0,1 mg/l. Kadar nitrat lebih dari 5 mg/l menggambarkan terjadinya pencemaran antrophogenin yang berasal dari aktivitas manusia dari 0,2 mg/l dapat mengakibatkan terjadinya eutrafikasi perairan, yang selanjutnya menstimulir pertumbuhan algae dan tumbuhan air secara pesat (bloming) (Effendi, 2003)
4.2.6. Tingkat Keseburan Perairan Berdasarkan Plankton Yang Ditemukan
a. Berdasarkan Kelimpahan Fitoplankton
Menurut Iadner (1976) dalam wikipedia (2008), terdapat pembagian perairan berdasarkan kelimpahan fitoplankton yaitu oligotropik : 0-2000 in/liter mesotrofik = 2000-15.000 individu/liter, oligotropik > 15.000 individu/liter. Dari hasil tersebut disimpulkan bahwa perairan tersebut bersifat Oligotropik.
Dari hasil praktikum diperoleh hasil bahwa pada pukul 07.50 terdapat beberapa phylum antara lain Chrsophyta yang terdiri dari beberapa genus antara lain tetrodriella, batnydiopsis, amphipleura, ophipora, nitztha. Phylum chlorophyta tersiri dari beberapa genus antara lain sphoerelipsis, haemorococcus, cholorotylum. Pada pukul 10.52 terdapat 2 phylum antara lain chynophyta, dengan genusaphanocopya, dan phylum cholorophyta dengan genus politama. Pada pukul 14.20 terdapat beberapa phylum plankton antara lain : chynophyta yang terdiri dari genus mborzia, coltorenema, romeria, mysosarano, aeromonema,. Phylum chlorophyta dengan genus ouroccocus dan phylum chynophyta dengan macam genus synccacus, carathrix sp.
b. Berdasarkan Kelimpahan zooplankton
Bahwa zooplankton adalah sejenis plankton hewani yang bersifat tototaksin negative dan hidupnya adalah dibawah perairan. (Anonymous, 2008)
Dari hasil praktikum tidak ditemukan adanya zooplankton. Hal ini dikarenakan mungkin pada saat pengambilan sampel kurang kedalam sehingga zooplankton tidak terambil. Hal ini sesuai yang di katakan Wikipedia (2009). Bahwa zooplankton adalah sejenis plankton hewani yang bersifat fototaksis negative dan hidupnya adalah dibawah perairan.
4.2.7 Jenis Plankton yang Mendominasi
a. Berdasarkan Data Indeks Dominasi
Dari hasil praktikum pada pukul 07.58,Jenis fitoplankton yang mendominasi adalah Nischiya Sp dari phylm chrisophyta yang mendominasi sebanyak 1,69%. Pada pukul 10.52. jenis fitoplnkton yang mendominasi adalah Aphanocapsa grefelley dari phylum chyanophyta,yang mendominasi sebanyak 10,54 %. Pada pukul 14.20 jenis phytoplankton yang mendominasi adalah Borzia triloculahylum chyanophyta yang mendominasi sebanyak 0,607 % di perairan.
b. Berdasarkan Data Indeks Keragaman
Dari hasil praktikum pada pukul 07.58, jenis keragaman fitoplankton yang mendominasi adalah nitzchia sp dari phylum crysophyta dengan nilai keragaman sebanyak 12,673 %. Pada pukul 10.52 jenis keragaman fitoplankton yang mendominasi adalah Aphanochapsa dreville dari phylum chyanophyta dengan nilai keragaman sebanyak 46,84%. Pada pukul 14.20, jenis keragaman fitoplankton yang mendominasi adalah Borzhia triloculari dari phylum chyanophyta dengan nilai keragaman sebanyak 5,56 % diperairan.











5. PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Dari hasil praktikum diperoleh beberapa kesimpulan antara lain :
- Plankton adalah mikroorganisme yang ditemui hidup diperairan baik di
sungai, waduk, danau maupun diperairan payau dan laut
- Kehidupan fitoplankton dipengaruhi oleh suhu, kecerahan, substrat, pH, nitrat,
phospat, DO dan CO2
- Kehidupan zooplankton dipengaruhi oleh suhu, kecerahan,substrat,Ph,
TOM dan DO
- Jenis kolam yang diamati oleh kelompo 7 yaitu semi permanen yang
mempunyai kedalaman 55 cm. Gambaran ekologi pada kolam semi
permanen adalah bentuk kolam persegi panjang, airnya tergenang dan
berwarna coklat kekuning-kuningan, pada kolam terdapat ikan, disekitar
kolam
terdapat tanaman, rumput dan pohon yang kondisi lingkungannya sangat
subur
- Dari data pengamatan kualitas air didapat hasil sebagai berikut pada waktu
pengamatan pukul 07.58 warna air kolam yaitu coklat kekuning-kuningan,
kecerahannya mencapai 41 cm, suhu 24oC, CO2 0 mg/l karena CO2 terikat,
DOnya 4,67 mg/l, Ph 8. Pada pengamatan pukul 10.52 warna air kolam
coklat kehijau-hijauan, kecerahannya 38,2 cm, suhu 27oC, CO2nya 27,97
mg/l, DOnya 8,6 mg/l, pH 8. Pada pengamatan pukul 14.20 warna air kolam
hijau, kecerahannya 26,5 cm, suhunya 27oC, CO2nya 39,9 mg/l, DOnya 7,1mg/l dan pH 8.

5.2 Saran
Sebaiknya pada praktikum plankton ditambah alat –alat, agar dalam praktikum tidak saling menunggu dan praktikum dapat berjalan dengan lancer

DAFTAR PUSTAKA

Arfiati. 2001. Limnolgi.Fakultas Perikanan.Universitas Brawijaya. Malang
Baru, S. 2003. Pengantar Limnologi. Linulus. Amerika Serikat
Effendi. 2003. Telaah Kualitas Air. Yogyakarta
Herawati. 1989. Diktat Kuliah Planktonologi. UB. Malang
Hatabarat dan Evans. 1985. Pengantar Oceanografi. UI press. Jakarta
Musa dan Uun. 2006. Diktat Limnologi. UB. Malang
Romimohtarto dan Jawana. 2006. Biologi Laut. Djumbatan. Malang
Subahjanti. 2005. Faktor Lingkungan Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Plankton Universitas Brawijaya. Malang 2008
Yuli dan Kusriani. 2005. Planktonologi. Universitas Brawijaya. Malang